Mengusung tema “Setting the Scene – Integrasi dan De-Integrasi: Menyiapkan Visi Terpadu untuk Pengembangan Metropolitan Semarang Menuju Tahun 2045 (Berkelanjutan, Terintegrasi, dan Inklusif), Center for Urban and Regional Resilience Research (CURE) Fakultas Teknik Universitas Diponegoro beserta tim konsorsium (ONE Architecture dan ARCADIS) dari Belanda) memfasilitasi kegiatan lokakarya di Jakarta dan Kota Semarang pada 14-16 Mei 2025.

Kegiatan ini merupakan bagian dari Nota Kesepahaman tentang Air (MoU Pengelolaan Sumber Daya Air) 2022-2027 antara Pemerintah Belanda (GON) melalui Kementerian Infrastruktur dan Pengelolaan Air dan Pemerintah Indonesia (GOI) melalui Kementerian Pekerjaan Umum.

Inisiatif ini dilatarbelakangi oleh kondisi Pantai Utara Jawa yang sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim. Hal ini diperparah oleh pesatnya urbanisasi dan penurunan tanah yang ditandai dengan munculnya berbagai masalah terkait air yang semakin masif, baik di wilayah hilir maupun hulu.

Rangkaian kegiatan lokakarya diawali di Jakarta pada 14 Mei 2025. Bertempat di Direktorat Jendral Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum, kegiatan ini dihadiri oleh berbagai kementerian dan lembaga serta mitra pembangunan nasional dan internasional seperti Invest International dan the World Bank.

Lokakarya dibuka oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan BAPPENAS dilanjutkan dengan pemaparan hasil oleh tim konsorsium.

“Kita sudah punya regulasi, kelembagaan, dan wadah koordinasi lintas sektor—tinggal bagaimana kita mengaplikasikan secara konsisten. Pengelolaan sumber daya air bukan hanya soal infrastruktur, tapi juga kolaborasi, inovasi pendanaan, dan komitmen bersama lintas administrasi dan masyarakat,” jelas Direktur Direktorat Sistem dan Strategi Pengelolaan Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum Birendrajana.

Dokumen Setting the Scene menekankan perlunya menghubungkan pengelolaan air dengan dinamika perkotaan, pembangunan ekonomi, kebutuhan masyarakat, dan adaptasi iklim melalui proses de-integrasi.

“Dokumen Setting the Scene berfungsi sebagai masukan untuk perencanaan terpadu di masa mendatang. Penting untuk membangun proses de-integrasi dari sistem yang kompleks menjadi komponen yang dapat ditindaklanjuti oleh para pemangku kepentingan”, terang Prof Matthijs Bouw dari ONE Architecture.

Lokakarya Pengelolaan Air
DOK UNDIP

Pentingnya implementasi

Direktur Direktorat Sumber Daya Air BAPPENAS Mohammad Irfan Saleh PhD menekankan pentingnya implementasi dan aksi nyata untuk membangun Ketahanan Metropolitan Semarang di sektor air.

“Saya sangat mengapresiasi sekali apa yang sudah dilakukan di tahap Setting the Scene dan untuk kedepannya, saya pikir perlu segera kita tindak lanjuti dengan sebuah kegiatan yang lebih detail di tahap implementasinya”, ungkap Irfan.

“Keselarasan dan pemahaman bersama menjadi landasan penting untuk menentukan langkah-langkah konkret berikutnya untuk implementasi. Harapannya, proses yang telah dilaksanakan di Metropolitan Semarang dapat diwujudkan dalam implementasi nyata, mencapai hasil yang diharapkan, dan dapat direplikasi,“ imbuh Ivo van der Linden, perwakilan the Government of the Netherlands.

Berbagai tantangan muncul dalam mengubah konsep dan strategi menjadi inisiatif yang implementatif, karena implementasi yang efektif memerlukan langkah-langkah yang jelas dan rencana rinci.

“Inisiatif ini merupakan tindak lanjut program WaL (https://english.rvo.nl/subsidies-financing/water-leverage). Setting the Scene memiliki visi untuk memahami konsep ‘terintegrasi’  dari berbagai inisiatif,  serta melakukan ‘de-integrasi’ hasil tersebut dalam bentuk yang lebih konkret dan implementatif. Setting the Scene diharapkan dapat membantu pemangku kepentingan dalam memahami peran mereka dengan lebih jelas, meningkatkan koordinasi, dan merancang skema pendanaan yang sesuai,” pungkas Prof Wiwandari Handayani dari CURE-FT UNDIP.

Kegiatan dilanjutkan pada 15 Mei 2025 yang dihadiri oleh Walikota dan Wakil Walikota Semarang. Walikota Semarang Dr Agustina Wilujeng Pramestuti menyambut baik kerja sama ini dan menekankan pentingnya air bagi kehidupan.

“Pemerintah Kota Semarang menyambut baik kerja sama Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Belanda, khususnya berhubungan dengan pengelolaan air yang terpadu dan berkelanjutan. Air adalah bagian penting dalam kehidupan kita dan setiap generasi harus menjaganya dengan baik untuk kepentingan generasi berikutnya,” jelas Agustina.

Lokakarya Pengelolaan Air
DOK UNDIP

Programme Advisor Partners for Water RVO Simon van Meijeren menjelaskan bahwa inisiatif ini merupakan hasil kerja sama yang telah terjalin lama antara Kementerian Air Belanda dan Pemerintah Indonesia, khususnya Pemerintah Kota Semarang.

Ia menyampaikan apresiasinya atas dukungan dan kerja sama yang telah terjalin. “Acara ini memungkinkan para peserta lokakarya untuk dapat lebih memahami dinamika lansekap suatu wilayah. Fokusnya tidak hanya pada identifikasi masalah tetapi juga pada pencarian peluang potensial untuk pembangunan di wilayah tersebut,” jelas Simon.

Inisiatif Setting the Scene diharapkan dapat direplikasi di wilayah rentan lain di Indonesia. “Semoga inisiatif Setting the Scene ini bisa direplikasi di daerah-daerah lain, karena ini sangat membantu pemerintah, terutama untuk mengumpulkan informasi terkait apa saja yang telah dilaksanakan oleh masing-masing stakeholder yang terlibat dari hulu hingga hilir untuk penanganan banjir dan perlindungan pesisir,” harap Plt Asisten Deputi Infrastruktur Dasar Strategis Kemenko Bidang Infrastruktur dan Pengembangan Kewilayahan Andi Yulianti Ramli.

Rangkaian kegiatan lokakarya ditutup dengan kegiatan kunjungan lapangan ke beberapa lokasi program terkait air di Metropolitan Semarang yaitu Proyek Tol Semarang-Demak, area pemukiman Tembalang, DAM Jatibarang, normalisasi Sungai Beringin, dan kawasan mangrove di Pantai Tirang.

Kerja sama ini juga bagian dari wujud kontribusi UNDIP untuk pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (SGDs) antara lain SDG 6, SDG 11, SDG 13, dan SDG 17.