/CERITA.

Oleh Acha Sinaga

Australia boleh dikatakan berhasil melepaskan dahagaku pada travelling, terutama pantai. Buat aku, Australia juga punya banyak pantai yang bagus.

Saat ini, aku sering bolak-balik Indonesia–Australia untuk men­dapatkan permanent resident di Australia. Jadi, biasanya aku 1 bulan di Australia, 2 bulan di Indonesia.

Kesempatan tinggal di Aus­tralia tentu saja aku manfaat­kan untuk travelling, selain bekerja tentunya. Selama tinggal di Australia, aku menetap di New South Wales, Sydney. Walaupun demikian, aku kerap juga work trip ke Brisbane dan bepergian ke Melbourne.

Boleh dikatakan, aku terkesan dengan budaya warga Australia. Mereka sangat beretiket. Contoh kecilnya adalah budaya antre. Mereka bisa dengan sabar mengantre. Selama di sini, aku tidak pernah lihat ada yang berusaha menyela antrean.

Lavender Bay cocok sekali untuk jalan-jalan saaat musim panas.

Mereka juga sangat meng­hargai orang lain. Misalnya, saat aku masuk ke dalam toko, mereka selalu menyapa seperti “Hello, good morning, how are you today?” Kemudian, walau kita sudah lihat dan bertanya tetapi pada akhirnya tidak jadi beli pun, mereka akan mengatakan “Thank you. Have a good day.” Aku terkesan dengan etiket yang mereka punya. Walaupun mungkin saja, itu sudah menjadi standar budaya di sana. Yang jelas, di Indonesia tidak seperti itu.

Ketertarikan aku pada Australia bisa dikatakan sangat banyak. Selain budaya warganya, Australia punya bangunan dengan arsitektur yang bagus. Selain itu, di sini udaranya sangat bersih karena minim polusi. Seperti waktu aku jalan-jalan ke kota seharian cuma pakai sandal, saat balik ke rumah, kaki terasa masih bersih. Kalau di Jakarta, seperti harus cuci kaki dulu, kan?

Oya, makanan di sini juga juara banget. Boleh dikatakan orang-orang di sini kalau mengerjakan apa-apa serius sekali. Termasuk dalam hal makanan, mereka seperti tidak ingin sekadar ada, tetapi harus enak. Selama di sini, aku jarang menemukan makanan yang enggak enak. Dan, pastinya, porsinya kebanyakan besar banget. Kalau orang Indonesia biasanya dibagi untuk berdua.

Kehidupan orang-orang di sini lekat sekali dengan alam. Kalau biasanya di Indonesia, orang-orangnya mengisi waktu luang dengan pergi ke mal untuk belanja, nongkrong, atau nonton bioskop. Orang Australia seperti diarahkan untuk wisata ke alam, bisa jadi karena banyak national park di sini. Sejak kecil saja, anak-anak mereka sudah dikenalkan dengan alam.

Wisata Pantai

Jika bicara soal tempat favorit, buat aku, semua tempat di Australia itu favorit. Di sini, banyak sekali tempat yang instagrammable, bahkan di dekat rumah sekalipun. Namun, kalau tetap harus memilih, pantai menjadi tempat favorit. Di Sydney, banyak sekali pantai, kalau dibandingkan dengan Melbourne dan Brisbane.

Waktu itu, aku dan suami pernah tidak sengaja menemukan pantai yang boleh dikatakan hidden. Awalnya, kami ingin pergi ke pantai dekat Booderee National Park. Jaraknya 2,5 jam roadtrip dari kota Sydney. Sampai di sana, ternyata pantainya penuh banget. Suami pun tidak menikmati dan mengajak untuk mencari tempat lain.

Suasana La Perouse jam 5 sore jelang musim dingin.

Sampailah di Booderee National Park itu. Tiket masuk cuma 11 dollar Australia. Itu murah sekali untuk ukuran Australia. Di dalamnya, aku menemukan taman botani dan langsung menuju sebuah pantai yang bernama Cave Beach. Dalam perjalanan ke sana, aku melihat banyak kanguru berkumpul. Gemes banget.

Sampai di pantai itu, ternyata wow banget. Pantainya bagus dan tidak banyak orang. Sesuai namanya, pantai itu punya gua yang bagus banget untuk foto-foto. Pas buat mengisi timeline Instagram. Tapi, jangan masuk terlalu dalam, spooky juga sih. Pantai ini buat aku kayak hidden heaven.

Tempat ini recommended banget buat kamu yang ingin roadtrip dan mencari wisata alam serta pantai di Sydney. Apalagi, harga tiket masuknya juga sangat terjangkau. Jadi, mampir saja kalau ke sini saat pelesir ke Sydney, Australia. [*]

/CUTTING EDGE.

Kerja Sambil “Travelling”

Oleh Aldila fadila
Blogger
@aldilafadila

Foto dokumen pribadi.

Saat ini, travelling menjadi kegiatan idaman bagi banyak orang, tak terkecuali umurnya. Tak heran, pekerjaan yang memungkinkan untuk berkeliling ke beberapa tempat, baik dalam negeri maupun luar negeri, menjadi incaran. Ini juga menjadi impian dari seorang Aldila Fadila, atau akrab dipanggil Lala.

“Bekerja sambil travelling? Itu seperti mewujudkan mimpi sih. Dari pertama kali aku kerja, my dream job is actually got paid to travel. Dan, aku yakin, itu semua jadi impian banyak orang sih,” ujar Lala.

Bagi Lala, liburan sangat penting untuk menyeimbangkan diri. Bekerja sebagai seorang strategic marketing project di Shopee, Lala kerap kali lembur. Oleh karena itu, Lala selalu mencoba menyempatkan waktu untuk istirahat.

“Saat weekend, aku benar-benar enggak mau buka laptop untuk cek pekerjaan sama sekali. Aku mau akhir pekan jadi waktu untuk keluarga dan diriku sendiri. Aku juga selalu menyediakan me time saat bisa pulang cepat. Paling nonton (film) Korea,” ujarnya. [VTO]

/LITERASI.

Kelindan Kenyamanan di Kota Multikultural

Oleh Velysia Zhang

Awal mula tujuan saya mendatangi Sydney, kota terbesar di Australia, adalah bekerja sambil liburan. Mendapatkan visa selama setahun di Negeri Kanguru memungkinkan saya bisa menghabiskan waktu luang atau akhir pekan untuk mengelilingi Sydney dan sekitarnya.

Sydney merupakan kota yang lengkap. Bangunan pencakar langit, bangunan lama arsitektur Eropa, pelabuhan kapal, taman, hingga alamnya sangat menarik untuk dieksplorasi. Sydney juga punya cuaca yang bersahabat, tidak terlalu dingin pada musim dingin, tetapi kadang pada musim panas suhu bisa mencapai 40 derajat. Bagi kita yang tinggal di negara tropis, cuaca ini tidak akan mengganggu.

Favorit saya adalah berjalan dari Central Station menyusuri Jalan Georgestreet menuju Townhall, Queen Victoria Building, Westfield, kemudian Hyde Park. Pada sore hari, saya senang menghabiskan waktu di Circular Quay, melihat keindahan Teluk Sydney dan Sydney Opera House, menyeberangi Harbor Bridge menuju Milsons Point untuk melihat matahari terbenam.

Foto dokumen pribadi.

Hampir setiap suburb punya taman. Favorit saya adalah Victoria Park yang dekat dengan Broadway, tempat tinggal saya. Taman kecil ini punya danau kecil di tengah dengan bunga yang indah. Kita juga bisa mengunjungi pop up market, contohnya di The Rocks, Glebe Market, dan Bondi Market.

Bicara soal alam, Sydney punya banyak pantai dan taman nasional. Kondisi alam seperti ini cocok bagi saya yang senang trekking. Blue Mountains, Royal National Park, atau Bondi-Cogee Walk merupakan sering saya jadikan tempat untuk trekking.

Sydney dikenal dengan kota multikultural. Tak heran, segala jenis makanan bisa ditemukan, mulai dari kuliner ala Asia, Barat, hingga Timur Tengah. Masyarakat Sydney juga punya budaya ngopi. Ini menyenangkan. Saya bisa menghabiskan akhir pekan mencicipi kopi dan brunch cantik.

Salah satu tempat makan favorit saya adalah Spice Alley di Kensington Street, Chippendale. Kendati berada di dalam gang, tempat makan berkonsep foodcourt ini asyik untuk nongkrong dan makan. Beragam kuliner Asia sembari menikmati mural dan lampion merah. Yang paling penting, harganya terjangkau.

Bicara soal Sydney, tidak cukup untuk dituliskan. Anda harus merasakannya sendiri. Jadi, sekaranglah saatnya merasakan asyiknya liburan di kota multikultural Sydney, Australia.

/KOLEKTIF.

Magnet Musik Independen

Foto dokumen Thinking Loud/stoneyroads.com

St. Jerome’s laneway Festival menjadi magnet kuat dalam dunia pertunjukan musik di Australia, bahkan kini Asia Tenggara. Bermula dari sebuah bar kecil di Melbourne, Australia, Laneway Festival sudah merambah Singapura.

Festival musik yang sudah berlangsung sejak 2005 ini juga merambah Sydney. Pada 4 Februari lalu, Laneway Festival sukses digelar di Sydney College of the Arts. Sesuai dengan kiblatnya, musisi yang diundang kebanyakan adalah musisi bukan dari arus utama, tetapi sangat berkualitas. Pada tahun ini, Sydney kedatangan antara lain Father John Misty, Tokimonsta, Wolf Alice, Mac DeMarco, dan Loyle Carner.

Laneway Festival tidak saja menyajikan pertunjukan yang apik dan menarik, tetapi juga makanan yang lezat. Laneway Festival berhasil juga mengundang beberapa restoran ternama di Sydney. Menariknya, harganya makanan di sini bisa dibuat terjangkau untuk ukuran di Australia.

Festival ini pernah juga mendatangkan musisi besar dunia. Sebut saja Lorde, Tame Impala, dan Chet Faker. Selain Sydney, pada tahun ini Laneway Festival diadakan di beberapa kota, antara lain Adelaide, Melbourne, Brisbane, Fremantle, dan Auckland. Singapura, merupakan negara satu-satunya yang mengadakan Laneway Festival di luar Australia.
Kalau kamu seorang penggila pertunjukan musik, perhelatan St Jerome’s Laneway Festival pun tidak boleh dilewatkan. [*]

/ULAS.

Debut Kabin Baru A380

Foto dokumen Singapore Airlines.

Penumpang Singapore Airlines kini bisa menikmati pengalaman terbang yang berbeda dalam kabin Singapore Airlines. Ini menyusul layanan baru Airbus A380 yang dilengkapi dengan kursi terbaru serta sistem hiburan dalam penerbangan.

Pesawat tersebut mulai ber­­ope­­ra­si dengan layanan pener­bangan Singapore Airlines SQ221, yang berangkat dari Singapura pada Senin, 18 Desember 2017 pukul 20.47 waktu setempat tujuan Sydney. Penerbangan pulang akan beroperasi dengan layanan penerbangan Singapore Airlines SQ232, yang akan berangkat dari Sydney pada pukul 12.15 waktu setempat dan tiba di Singapura pada pukul 17.35 waktu setempat.

Armada Pesawat A380 terbaru milik Singapore Airlines akan dilengkapi dengan 471 kursi yang terbagi dalam 4 kelas, dengan 6 suites, 78 business class, 44 premium economy class, dan 343 economy class. Untuk informasi lebih lanjut mengenai produk-produk kabin terbaru, kunjungi A380.singaporeair.com. [*]