Tak dapat dimungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi. 

Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik, sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.

Menyikapi hal itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tema “Bersama Kita Cegah Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak”. Webinar yang digelar pada Selasa (12/10/2021) di Tangerang Selatan, diikuti oleh puluhan peserta secara daring. 

Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Madha Soentoro – Etnomusikolog & Pemerhati Industri Musik Digital, Drs. Ayat Sudrajat, M.Pd – Koordinator Pengawas SMK KCD DIKBUD Prov. Banten Wilayah Tangerang, Dewi Sawitra Bintari, S.Psi – Divisi Rujukan PUSPAGA CERIA dan Diana Balienda – Kaizen Room.

Kekerasan anak

Tema yang dibahas oleh masing-masing narasumber meliputi digital skills, digital ethics, digital culture, dan digital safety. Madha Soentoro membuka webinar dengan mengatakan, maraknya kekerasan yang terjadi pada perempuan dan anak menimbulkan adanya fenomena gap gender. 

“Kondisi di mana adanya perasaan superioritas dan lebih besarnya kekuatan antara satu gender dengan gender yang lainnya yang kemudian menciptakan adanya kesenjangan,” tuturnya. Mengenai tanggung jawab negara, pemerintah dan pemerintah daerah dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014.

Hal tersebut, diatur dalam beberapa pasal yang di antaranya mewajibkan dan memberikan tanggung jawab untuk menghormati pemenuhan hak anak tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, etnik, budaya, dan bahasa, status hukum, urutan kelahiran, dan kondisi fisik dan/atau mental, serta melindungi, dan menghormati hak anak dan bertanggung jawab dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan di bidang penyelenggaraan perlindungan anak. 

Cara mencegah kekerasan terhadap anak perempuan dan anak yakni cari tahu, kita bisa mencari tahu dan pahami jenis-jenis kekerasan, dan risiko yang mungkin akan diterima. Cari tahu dan sampaikan, apa saja yang membuat anak merasa aman dan apa yang membuat mereka tidak nyaman. 

Lalu utamakan keselamatan dan perlindungan diri segala bentuk kekerasan ataupun pelecehan seksual terhadap anak, di mana saja dan kapan saja. Pastikan kepentingan terbaik untuk anak dan orang muda

“Tetap waspada terhadap potensi bahaya yang akan menimpa anak, baik karena kondisi lingkungan, orang sekitar, atau diri sendiri. Cari tahu bagaimana merespons adanya potensi bahaya terjadinya kekerasan atau pelecehan. Perhatikan kalau terjadi tanda-tanda kekerasan terhadap anak, lalu segera laporkan kepada orang yang Anda percaya.

Membangun hubungan

Drs. Ayat Sudrajat, menambahkan, internet adalah suatu jaringan komunikasi yang memiliki fungsi untuk menghubungkan antara satu media elektronik dengan media elektronik yang lain dengan cepat dan tepat. 

“Kita semua manusia bahkan sekalipun saat berada di dunia digital, jadi ikutilah aturan seperti dalam kehidupan nyata. Apalagi, pengguna internet berasal dari bermacam negara yang memiliki perbedaan bahasa, budaya dan adat istiadat. Bermacam fasilitas di internet memungkinkan seseorang untuk bertindak etis/tidak etis,” tuturnya.

Dewi Sawitra Bintari turut menjelaskan, grooming adalah upaya untuk membangun hubungan, kepercayaan dan ikatan emosional, sehingga mereka dapat memanipulasi atau mengeksploitasi, bahkan melecehkan korban (karena korban merasa berutang budi dan terikat).

“Upaya untuk mencegah misalnya memberi pemahaman sejak dini bahwa perempuan dan anak punya hak atas tubuhnya, dan orang lain—bahkan orang tua sekalipun—tidak bisa menyentuh apalagi meraba badan mereka tanpa izin,” jelasnya. Menurutnya, siapa pun boleh menolak hal-hal yang membuatnya tidak nyaman.

Penting untuk menjadi perhatian orang tua tentang budaya digital, jadilah orang tua yang cerdas, yang tidak mudah terpengaruh dengan budaya luar dan tren masa kini, yang tidak sesuai dengan nilai-nilai agama dan Pancasila. 

Perbanyak ilmu agama agar dapat mendidik anak dengan baik sesuai dengan tuntunan agama sehingga tidak mudah terpengaruh dari budaya yang buruk. Selamatkan dampak buruk perubahan budaya di masyarakat dengan melakukan berbagai kegiatan positif bersama perempuan dan anak.

Sebagai pembicara terakhir, Diana Balienda mengatakan, maraknya penipuan online dan kebocoran data membuat kita untuk lebih concern terhadap digital safety. Kita semua tahu, munculnya teknologi sebetulnya didasarkan pada niat baik yang bertujuan untuk mempermudah kehidupan manusia.

“Baik itu dalam beraktivitas sehari-hari maupun aktivitas lainnya. Namun, tidak dapat dimungkiri bahwa kemajuan yang ada justru juga memiliki dampak negatif, yang menjadi sebuah tantangan baru yang dihadapi oleh kita semua sebagai masyarakat digital,” katanya.

Oleh karena itu, menjadi sangat penting bagi kita sebagai masyarakat digital dan bagian dari masyarakat internasional, untuk betul-betul memahami dan memiliki digital skills yang mampu meningkatkan ketahanan kita sebagai masyarakat terhadap berbagai ancaman dan kejahatan digital yang ada. 

Menurutnya, KGBO (Kekerasan Gender Berbasis Online) adalah segala bentuk kekerasan yang bertujuan menyerang gender dan seksualitas baik orang atau pihak lain yang difasilitasi teknologi internet.

Dalam sesi KOL, Gina Sinaga mengatakan, dunia maya pasti tetap ada yang namanya orang jahat. “Maka kita perlu melindungi diri kita. Jangan sampai kita memicu adanya kejahatan,” tuturnya.

Dalam webinar ini, para partisipan yang hadir juga dipersilakan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Winditya menanyakan, bagaimana cara korban pelecehan jika ingin melaporkan apa yang di alaminya ke keluarga/teman?

“Paling kita jadi teman atau sahabat harus membuatnya lebih kuat. Itu sama aja dengan cyber bullying, kita tidak bisa membungkam mulut setiap orang enggak bisa yang harus kita lakukan adalah bagaimana kita memproteksi diri ya itu memproteksi diri kita jadi kalau di mana kejadian seperti itu jangan ditanya kenapa lagi, atau kok bisa terus elu sih gitu,” jawab Diana.

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Tangerang Selatan. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui Instagram @siberkreasi.dkibanten dan @siberkreasi.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, terutama kepada Kominfo. Mengingat program literasi digital ini hanya akan berjalan dengan baik dan mencapai target 12,5 juta partisipan, jika turut didukung oleh semua pihak.