Tak dapat dimungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi.

Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik, sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.

Menyikapi hal itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tema “Pentingnya Literasi Digital untuk Pelajar”. Webinar yang digelar pada Senin, 22 November 2021 di Jakarta Utara, diikuti oleh puluhan peserta secara daring.

Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Didin Sutandi (Penulis dan Jurnalis), Arfian (Dosen dan Konsultan SDM),  Rusdiyanta (Dekan FISIP Universitas Budi Luhur), dan Ismita Saputri (CEO Kaizen Room).

Didin Sutandi membuka webinar dengan mengatakan, untuk memiliki kecakapan digital, kita harus memahami kompetensinya. “Yaitu mengetahui dan memahami jenis-jenis perangkat keras dan perangkat lunak, mengetahui atau memahami jenis-jenis mesin pencarian informasi, cara penggunaan, dan memilah informasi/data. Mengetahui cara mengakses dan ragam fitur dalam aplikasi percakapan dan media sosial.”

Selain itu, wajib mengetahui dan memahami cara mengakses aplikasi dompet digital, marketplace, dan transaksi digital serta fitur-fitur di dalamnya. Sebagai seorang pelajar yang memahami literasi digital, harus bisa menguasai sebuah informasi dengan memanfaatkan mesin pencarian di Google.

Menurutnya, berbagai macam informasi di ruang digital ini ada jenis-jenisnya, yaitu misinformasi, disinformasi, dan malinformasi. Ciri-cirinya dari mis/disinformasi yakni kalimat dimulai dengan judul yang heboh, berlebih-lebihan, provokatif, dan diakhiri dengan tanda seru.

Lalu huruf kapital digunakan secara serampangan dan kadang-kadang menggunakan warna yang mencolok. Kualitas foto dan grafis lainnya buruk. Mencatut lembaga atau figur publik. Isinya tidak masuk akal, dukungan buktinya palsu atau tidak dapat dilacak dan tidak muncul di media berita arus utama.

“Oleh sebab itu sebagai pelajar kita juga harus bisa memaksimalkan platform media sosial yang bisa berfungsi sebagai networking, berkolaborasi, sebagai personal branding dan tentunya berniaga secara online untuk menghasilkan pundi-pundi pemasukan,” ungkapnya.

Arfian menambahkan, di era revolusi industri 4.0, kompetensi teknologi merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki setiap individu. Karena itu, di lingkungan sekolah perlu ditanamkan literasi digital agar dapat menciptakan generasi yang cakap digital.

“Literasi digital merupakan kemampuan memproses informasi, memahami pesan, dan berkomunikasi efektif. Dengan memahaminya, setiap orang atau kelompok masyarakat akan menemukan, mengevaluasi, mengelola, dan membuat informasi secara bijak dan kreatif,” tuturnya.

Adapun manfaat literasi digital, antara lain meningkatkan kemampuan individu untuk lebih kritis dalam berpikir serta memahami informasi. Literasi digital merupakan hal yang penting bagi siswa-siswi di sekolah.

Sebab, sebagian besar proses pembelajaran seperti materi pelajaran, bahan bacaan, informasi tugas, dan pengumpulan tugas dilakukan melalui internet. Perlu penekanan pada keterampilan berpikir kritis sejak usia dini. Literasi digital perlu diasah sejak dari pendidikan dasar.

Kompetensi yang harus dimiliki tidak sekadar mengoperasikan alat atau perangkat digital, melainkan juga bagaimana memanfaatkan sumber data digital untuk memenuhi kebutuhan pendidikan. Kompetensi digital dalam dunia pendidikan tidak hanya terfokus pada kompetensi profesional pendidik, tetapi juga kompetensi pedagogis pendidik, serta kompetensi dari para peserta didik.

Rusdiyanta turut menjelaskan, latar belakang literasi digital adalah sebagai wawasan kebangsaan dan nasionalisme, etika dan etiket, infiltrasi budaya asing, kebebasan berekspresi, toleransi, batas privasi, hak atas kekayaan intelektual.

Literasi digital sendiri adalah kemampuan seseorang dalam aspek pemanfaatan teknologi digital, alat komunikasi, membuat dan mengevaluasi informasi dengan sehat dan cermat, serta patuh kepada hukum dalam kehidupan. Prinsip dasar literasi digital yakni kemampuan untuk memahami informasi yang diberikan media, eksplisit maupun implisit. Media saling berhubungan dan saling ketergantungan satu sama lain.

“Lalu saling berbagi pesan/informasi kepada masyarakat, masyarakat memiliki kemampuan mengakses, memahami serta menyimpan informasi untuk dibaca di lain hari. Termasuk kemampuan bekerja sama untuk mencari, mengumpulkan serta mengorganisasi informasi yang dinilai berguna,” tuturnya.

Sebagai pembicara terakhir, Ismita Saputri mengatakan, karakteristik masyarakat digital (digital society) yakni cenderung tidak menyukai aturan yang mengikat atau tidak suka diatur-atur, dikarenakan tersedianya beberapa opsi.

Mereka juga msenang mengekspresikan diri, khususnya melalui platform media sosial. Terbiasa untuk belajar bukan dari instruksi melainkan dengan mencari, masyarakat digital lebih senang untuk mencari sendiri konten/informasi yang diinginkan.

“Masyarakat digital juga tidak ragu untuk men-download dan upload, merasa tidak eksis bila tidak meng-upload. Mereka berinteraksi di media sosial, berbagi dan melakukan aktivitas kesenangan bersama,” ujarnya.

Kita juga harus sadar bahwa berinteraksi secara offline maupun secara online itu sama saja, apapun pekerjaan atau usaha yang kita jalankan sehari-hari sama saja berinteraksi dengan manusia juga baik secara langsung maupun di dunia digital, tapi kita harus selalu ingat untuk menjaga keamanan pribadi.

Selain memanfaatkan dari alat-alat yang ada pada Google Workspace, sebagai seorang pelajar yang terliterasi kita juga bisa memanfaatkan platform sosial media yang kita miliki sebagai tempat atau wadah dalam mencari motivasi, untuk belajar hal-hal baru, mendapatkan informasi yang luas.

Dalam sesi KOL, Astira Vern mengatakan, kalau kita berbicara tentang dunia digital khususnya di pendidikan pastinya sekarang serba mendadak karena sedang pandemi di mana ada dampak positif dan negatifnya.

“Dampak positifnya adalah bisa memudahkan komunikasi dan sebagai sarana belajar dimana sekarang masih ada yang belajar online sekolahnya, di mana kita bisa mencari informasi jawaban melalui Googling. Untuk dampak negatifnya dari era digital saat ini yaitu penyebaran hoaks dan yang kedua kecanduan media sosial,” pesannya.

Salah satu peserta bernama Lia menanyakan, apakah yang bisa kita lakukan selaku orang tua agar anak-anak tetap aman bersosial media?

“Yang harus dilakukan sebagai orang tua adalah memberikan perhatian lebih, jangan terlalu memanjakan sang anak dengan selalu memberikan kebebasan untuk menggunakan handphone. Beri batasan waktu yang bisa digunakan anak untuk bermain internet, atau ajak anak untuk melakukan aktivitas di luar rumah yang dapat meningkatkan minat dan bakat sang anak,” jawab Ismita.

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Jakarta Utara. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten dan @siberkreasi.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]