Pada tahun ini, Ajinomoto berpartisipasi dalam Asian Congress of Nutrition (ACN) 2019 yang diselenggarakan pada 4–7 Agustus 2019 di Bali International Convention Center (BICC) The Nusa Dua. Mengambil tema “Nutrition and Food Innovation for Sustained Well-being”, ACN 2019 menjadi ajang bertukar informasi dan inovasi di bidang gizi, pangan, kesehatan dari pakar gizi, praktisi, dan perusahaan untuk mewujudkan tujuan SDG’s, yakni zero hunger dan good health and wellness.
Selama ACN berlangsung, Ajinomoto memberikan pemahaman di booth pameran mengenai produk-produk yang diproduksi di Indonesia, Thailand, Malaysia, dan negara lainnya. Selain itu, penyelenggaraan hari ketiga ACN 2019 atau Selasa (6/8/2019), Ajinomoto juga mengundang Director Center of Public Health Nutrition University of Washington, Adam Drewnowski PhD dan Fraser Taylor PhD selaku Food Policy, The George Institue for Global Health dari Sydney, Australia, dalam scientific symposium.
Hadapi tantangan gizi
Menurut Direktur PT Ajinomoto Indonesia Tri Mulyo, keikutsertaan Ajinomoto adalah sebagai mitra dari Federation of Asian Nutrition Societies (FANS) melalui sponsor, kegiatan, dan produk dalam rangka menghadapi tantangan di bidang gizi, khususnya di wilayah Asia Pasifik.
Selain itu, berkomunikasi dengan 1.500 ahli di bidang gizi dan pangan (peneliti gizi, peneliti pangan, dietesien yang teregistrasi/RD, dan dokter medis) melalui dialog berdasarkan fakta ilmiah untuk berbagi keunikan produk dan aktivitas di bidang health and well-being terkait protein dan bumbu umami. Penekanan dan yang perlu disampaikan bahwa banyak konsumen atau masyarakat yang belum memahami manfaat dari bumbu umami dari Ajinomoto itu sendiri.
“Sekarang, masih banyak konsumen ataupun masyarakat yang belum memahami tentang manfaat MSG. Diharapkan setelah ini, dapat dipahami manfaat besar MSG itu sendiri,” ungkapnya.
Ajinomoto terus mengembangkan dan menguatkan posisinya di sektor pangan Tanah Air dengan meluncurkan beberapa merek baru hingga pada 2019. Berbeda dari industri-industri lain yang cenderung memasarkan produk yang sudah ada saat memasuki usia matang, Ajinomoto justru terus berinovasi untuk memenuhi selera konsumen di Tanah Air yang beragam.
Tidak hanya di lini produk, untuk mendukung program pemerintah di sektor lapangan kerja, Ajinomoto turut berkontribusi dengan meningkatkan serapan tenaga kerja di fasilitas- fasilitas produksinya.
Pada Maret 2019, PT Ajinomoto Indonesia dengan 4 grup perusahaannya telah mempekerjakan sekitar 3.700 orang. Serapan kerja tersebut juga dibarengi dengan sejumlah program edukasi dan pelatihan yang dijalankan selaras dengan pesan perusahaan yaitu “Eat Well, Live Well”. Untuk di lingkungan internal, Ajinomoto memiliki workplace nutrition activity, yaitu penyediaan makan siang dengan gizi seimbang dan edukasi gizi bagi karyawan, baik di kantor maupun pabrik.
Sementara untuk masyarakat secara luas, Ajinomoto telah meluncurkan Dapur Umami, School Lunch Program (SLP) yang bekerja sama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB), juga support gizi, dan edukasi gizi kepada atlet renang nasional I Gede Siman Sudartawa dalam program Winning Meal Project.
Edukasi gaya hidup sehat
Sementara itu, PR Department Manager PT Ajinomoto Indonesia Indra Nurcahyo mengungkapkan, Ajinomoto melakukan SLP sebagai perwujudan visi untuk menjadi Dantotsu nomor satu perusahaan makanan di Indonesia. Kontribusi tersebut salah satunya dengan program edukasi gaya hidup sehat untuk siswa sekolah dengan menyediakan menu gizi seimbang dan pengetahuan gizi.
Menurut Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010, salah satu problem di Indonesia yaitu kurang gizi (malnutrition) pada anak-anak. Sebanyak 58,8 persen anak usia sekolah memiliki angka kecukupan gizi hanya 70 persen. Sementara itu, data Riskesdas tahun 2013 menyebutkan 26,4 persen anak usia 5–14 tahun mengalami anemia (kekurangan zat besi). Studi lain pada tahun 2009 menjelaskan 48,1 persen anak-anak Indonesia mendapatkan makanan yang tidak bergizi.
Dari data-data tersebut, Ajinomoto mengusung konsep Ajinomoto Shared Value merumuskan konsep SLP, program kolaborasi antara Departemen Gizi Institut Pertanian Bogor dan PT Ajinomoto Indonesia. Melalui SLP, Ajinomoto bersama IPB mengadakan penelitian yang bertujuan untuk memperbaiki status gizi dan kesehatan anak sekolah.
Indra menjelaskan kegiatan pokok SLP adalah pemberian makan siang dengan gizi seimbang dan pelaksanaan edukasi gizi dan edukasi perilaku hidup bersih dan sehat bagi siswa. “Dari pemberian makan siang dengan gizi seimbang, hasil yang signifikan adalah peningkatan asupan gizi yang terdiri atas asupan energi, protein, lemak, karbohidrat, zat besi, dan vitamin C yang lebih jauh berujung pada perubahan anemia status (peningkatan siswa dengan Hb normal),” paparnya.
Dari sisi edukasi, hasilnya adalah perbaikan pengetahuan, sikap, serta praktik terkait gizi seimbang dan pola hidup bersih sehat. Pada tahun 2019, ditambahkan bahwa program SLP tetap dilanjutkan dengan mengambil target sekolah yang berbeda. “Jumlah sekolahnya masih tetap satu sekolah. Namun, kami belum ada rencana untuk melaksanakannya di beberapa sekolah yang berbeda dalam waktu yang bersamaan karena keterbatasan sumber daya,” imbuhnya.
Sementara itu, Dr Rimbawan dari Departemen of Community Nutrition Faculty of Human Ecology Bogor Agricultural University saat ditemui di kegiatan ACN 2019, Rabu (7/8/2019) menjelaskan lebih lanjut. “Kita memperbaiki mutu sekolah dari sarana penyedia makanan dan sarana Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Kita menjalankan program ini selama satu tahun di Pondok Pesantren Darussalam Bogor, dengan memberikan makan siang yang lebih baik. Anak-anak yang selama ini kurang makan buah dan sayur, kita perbaiki, yang makan siangnya kurang teratur, kita perbaiki,” katanya.
“Selama 10 hari, kita berikan menu makan siang yang berbeda. Pada hari ke-11, menu makanan yang diberikan kepada anak sama seperti menu hari pertama dan seterusnya. Produk Ajinomoto juga ditambahkan ke dalam sayuran yang kita siapkan untuk anak. Hal ini untuk menambah cita rasa,” lanjut Dr Rimbawan.
Tidak hanya memberikan pemahaman kepada anak murid, dalam penelitian ini juga turut diberikan pendidikan kepada guru dan manajemen sekolah untuk menciptakan kondisi bersih dan sehat.
Dengan memberikan pemahaman kesehatan dan perilaku yang baik, perilaku makan anak sekolah menjadi lebih baik sehingga memberikan pengaruh terhadap tingkat sakit anak yang berkurang.
“Hasil dari penelitian yang kita lakukan, dari yang sebelumnya banyak anak yang mengalami anemia, jumlahnya menjadi berkurang,” kata Dr Rimbawan. Hasil penelitian School Lunch Program juga dipublikasikan oleh Ajinomoto di booth Ajinomoto.
Ajinomoto sendiri bukan nama baru di industri makanan dan minuman. Perusahaan di balik merek AJI-NO-MOTO® ini memulai bisnisnya di Tanah Air pada 1969 dan mulai memproduksi AJI-NO-MOTO® pada tahun 1970 di pabrik Mojokerto.
Perusahaan yang meraih sejumlah penghargaan di bidang pangan, gizi, dan pemanfaatan hasil buang produksinya ini juga dikenal lewat kualitas dan jaminan produknya yang memenuhi sertifikasi Halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang dibuktikan dengan pemberian Sistem Jaminan Halal (SJH) kepada Ajinomoto. [*]
Foto Utama : Sesi ilmiah dari Director Center of Public Health Nutrition University of Washington, Adam Drewnowski PhD.