Tak dapat dipungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi. Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik, sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.
Menyikapi hal itu, maka baru-baru ini Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tema “Hidup Pintar di Tengah Dunia Digital”. Webinar yang digelar pada Jumat, 10 September 2021 di Kota Serang, diikuti oleh puluhan peserta secara daring.
Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Novi Widyaningrum, SIP, MA – Researcher, Center for Population & Policy Studies UGM, Dr Santo Dewatmoko, ST, MM, MA – Pelaku Bisnis, Akademisi, Investor, Pemerhati Kebijakan Publik, Dr Dwiyanto Indiahono – Dosen Kebijakan Publik Universitas Jenderal Soedirman dan Tomy Widiyatno – Pekerja & Pengembang Media Seni.
Tema yang dibahas oleh masing-masing narasumber meliputi digital skills, digital ethics, digital culture, dan digital safety. Novi Widyaningrum membuka webinar dengan mengatakan, setidaknya ada enam digital skills yang harus dimiliki di tengah dunia digital.
“Pertama adalah komunikasi secara profesional lewat sosial media, lalu paham cara pengoperasian gadget dan laptop, kemampuan marketing dan promosi lewat internet, mengambil dan mengedit gambar lewat smartphone, paham search engine optimization dan bisa mempromosikan produk lewat video,” tuturnya.
Selain itu, di dunia digital dikenal adanya hak digital, yang merupakan hak asasi manusia yang menjamin tiap warga negara untuk mengakses, menggunakan, membuat dan menyebarluaskan media digital. Hak digital yaitu hak untuk mengakses, berekspresi dan untuk merasa nyaman.
“Sedangkan tanggung jawab kita di dunia digital yaitu melindungi privasi dan data pribadi, menjaga hak-hak atau reputasi orang lain, menjaga keamanan nasional atau ketertiban masyarakat atau kesehatan atau moral publik,” ujarnya.
Dr Santo Dewatmoko menambahkan, bagaimana sebaiknya generasi milenial dan generasi Z menghadapi dunia digital, cara efektif adalah dengan membangun literasi digital. “Literasi digital adalah pengetahuan serta kecakapan pengguna dalam memanfaatkan media digital,” ucapnya.
Kecakapan ini mencakup kemampuan menemukan, mengerjakan, mengevaluasi, menggunakan, membuat serta memanfaatkannya dengan bijak, cerdas, cermat serta tepat sesuai kegunaannya. Perkembangan komunikasi digital memiliki karakteristik komunikasi global yang melewati batas-batas geografis dan batas-batas budaya
Artinya dalam ruang digital kita akan berinteraksi dan berkomunikasi dengan berbagai perbedaan tersebut sehingga pertemuan secara global tersebut akan menciptakan standar baru tentang etika dalam berinternet (Etika Digital).
Etika digital adalah kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan dan mengembangkan tata Kelola etika digital dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan etika digital adalah mencegah tindak kejahatan dan melindungi keselamatan pribadi, mencegah pelanggaran hukum di dunia maya.
Dr Dwiyanto Indiahono turut menjelaskan, budaya digital adalah suatu cara hidup yang baik, dilestarikan, dan diwariskan pada konteks pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi.
“Membangun dunia digital yaitu dengan berkumpul dengan komunitas yang baik, sharing informasi, tenangkan diri dan berfikir jernih dalam membuat konten, posting atau sharing konten valid, bermanfaat dan sampaikan secara santun,” katanya.
Sebagai pembicara terakhir, Tomy Widiyatno mengatakan, saat ini perekrut pekerja akan memperhatikan pola hidup serta kepribadian kandidat berdasarkan aktivitas di media sosial.
“Maka mari lah menjdi warga digital positif dan aman. Smart, pilah-pilah informasi yang akan disebar, berdasarkan baik atau tidak. Alert, jangan mudah percaya berita yang tidak masuk akal. Tinggalkan jejak digital yang positif,” pungkasnya.
Dalam sesi KOL, Shafa Lubis mengatakan, dengan belajar literasi digital kita akan mendapatkan informasi yang bermanfaat. “Literasi digital ini penting banget, banyak hal-hal yang tidak kita ketahui, seperti bagaimana cara membedakan yang hoax dan yang bukan. Paling penting adalah kita harus punya visi bermain internet,” katanya.
Dalam webinar ini, para partisipan yang hadir juga dipersilahkan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Eni Kusnaini menanyakan, bagaimana agar generasi muda mempunyai etika sopan santun di media sosial dan bisa saring sebelum sharing saat melihat berita?
“Pertama kita harus mencontohkan dulu dan memberikan contoh kalau kita beretika, kita perlu pendampingan ke mereka dalam memberikan penjelasan atau mensosialisasikan dalam membatasi penggunaan gadget di usia dini, serta memberikan suatu penjelasan terdapat aplikasi atau gadget,” jawab Santo.
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Serang. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui Instagram @siberkreasi.dkibanten dan @siberkreasi.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, terutama kepada Kominfo. Mengingat program literasi digital ini hanya akan berjalan dengan baik dan mencapai target 12,5 juta partisipan, jika turut didukung oleh semua pihak.