Manusia merupakan baik makhluk individu dan makhluk sosial. Interaksi sosial terjadi antar-individu dalam kehidupannya di masyarakat yang memiliki konteks dalam segala dimensi kehidupan manusia. Berinteraksi itu penting untuk membangun konsep diri dan aktualisasi diri, untuk kepentingan kehidupan, untuk memperoleh kebahagiaan, dan bahkan untuk terhindar dari tekanan dan ketegangan.
Dengan berinteraksi, kita belajar tentang makna cinta, rasa hormat, rasa bangga, iri hati, bahkan kebencian. Di era digital sekarang, kita seakan tidak terbatas dalam berinteraksi dengan siapa saja, kapan saja, dan bebas berpendapat apa saja. Terkait itu, dalam berinteraksi di ruang digital seringkali kita temui pengguna media digital yang menyampaikan aspirasi atau informasi berupa berita palsu atau hoaks. Hal tersebut akan berdampak merugikan bagi sesama pengguna media digital.
Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar webinar dengan tajuk “Interaksi Online Nyaman, Kikis Ujaran Kebencian”. Webinar yang digelar pada Kamis, 2 September 2021, diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.
Dalam forum tersebut hadir Didin Sutandi (penulis dan jurnalis), Dr Bambang Kusbandrijo MS (Dosen UNTAG Surabaya dan Pengurus DPP IAPA), Rusman Nurjaman (Peneliti Lembaga Administrasi Negara), Nur Hamzah (digital media & communication specialist), dan Sheila Siregar (Public Relations of State-Owned Enterprise) selaku narasumber.
Dalam pemaparannya, Nur Hamzah menyampaikan bahwa terkait ujaran kebencian dan keamanan bermedia digital, kita harus terlebih dulu menerapkan literasi digital, seperti memahami rekam jejak digital yang membentuk dan mengabadikan gambaran tentang siapa kita di dunia digital.
“Selain itu, hal yang bisa dilakukan agar aman dari ujaran kebencian adalah menyaring informasi yang kita terima dan jangan meninggalkan jejak terhadap informasi yang tidak valid. Selain itu, kita bisa laporkan segala macam bentuk ujaran kebencian ke pemilik platform dengan memanfaatkan fitur lapor, dan hentikan penyebaran konten ataupun informasi yang mengandung ujaran kebencian,” jelasnya.
Sheila Siregar selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa dampak positif aktif di internet yang ia rasakan saat ini adalah bisa bertemu secara real time, kemudahan informasi yang lebih cepat kita dapatkan, bisa sama-sama berinteraksi tanpa bertatap muka, dan tentunya kemudahan dalam kampanye produk dan iklan.
Sedangkan negatifnya antara lain informasi palsu, pencurian data, dan hate speech. Menurutnya, literasi digital adalah salah satu skill yang harus kita miliki karena tanpa ini kita tidak bisa memfilter informasi yang ada di internet dan menjaga diri kita, keluarga, dan orang lain dari dampak negatif internet.
Salah satu peserta bernama Rachel menyampaikan, “Dalam menyampaikan pendapat atau berekspresi di media sosial, seringkali kita menerima ujaran kebencian dan pendapat negatif dari berbagai pihak. Lalu bagaimana tindakan efisien agar kita dapat bijak menyikapi ujaran kebencian atau konflik yang tertuju kepada kita terhadap pendapat yang kita sampaikan?”
Bambang Kusbandrijo menjawab, konten negatif itu selalu terjadi karena bagaimanapun ketika kita berinteraksi, pasti ada yang senang dan tidak senang. Ketika kita menerima komen yang nadanya negatif, yang pertama kita lihat ada pada diri sendiri, apakah postingan kita bernada menghasut atau tidak.
“Kita juga harus hati-hati apakah ada perbedaan kepentingan atau tidak, maka dari itu kita perlu menjelaskan arahnya ke mana, dan apa sebenarnya isi konten yang kita sampaikan,” jawabnya.
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Timur. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]