Tak dapat dimungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi. 

Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik, sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.

Menyikapi hal itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tema “Hidup Pintar di Tengah Dunia Digital”. Webinar yang digelar pada Selasa (5/10/2021) di Kota Tangerang, diikuti oleh puluhan peserta secara daring. 

Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Yusuf Mars – Pemred PadasukaTV, Dir. Eksekutif ITF, Muhamad Achadi – CEO Jaring Pasar Nusantara, Widiasmorojati – Entrepreneur dan Mia Angeline – Deputy Head of Communication Department, Bina Nusantara University, Jakarta.

Transformasi digital

Tema yang dibahas oleh masing-masing narasumber meliputi digital skills, digital ethics, digital culture, dan digital safety. Yusuf Mars membuka webinar dengan mengatakan, transformasi digital sudah semua orang merasakannya, karena sangat cepat dan pesat.

“Jumlah pengguna media sosial 170 juta, pengguna internet mencapai 202 juta. Rata-rata orang Indonesia menghabiskan waktu untuk mengakses sosmed 3 jam 14 menit. Sosmed paling populer Youtube 43 persen, Facebook 41 persen, Whatsapp 40 persen, Instagram 40 persen, dan platform lainnya,” tuturnya.

Dalam menggunakan sosial media ada beberapa hal yang perlu dipahami, yakni menjaga privasi, menghindari hoaks, jaga keamanan akun, menyebarkan hal yang positif, jangan menyinggung SARA, sesuaikan penggunaan media sosial dengan kebutuhan atau minat.

Muhamad Achadi menambahkan, etika itu suatu dasar terkait tentang perilaku yang benar, berhubungan dengan manusia untuk bisa bersifat adil, pengertian, harmoni dan menjadi adab suatu yang baik tentang cara suatu hidup, tentang budi pekerti yang baik dan menjadi peradaban suatu pola pikir.

“Perubahan ruang media bisa menentukan kita beretika digital, dari media masa ke ruang digital. Dalam sistem demokrasi Pancasila, tak ada kebebasan yang mutlak. Hukum akan membalasnya, agar demokrasi tidak disalah artikan sebagai kebebasan tanpa tanggung jawab. Kewajiban warga digital adalah memahami dan menjadikan etika sebagai kesadaran tentang apa yang menjadi hak dan apa yang menjadi kewajiban sebagai warga negara,” jelasnya.

Mia Angeline turut menjelaskan, beberapa risiko negatif dari internet itu ada cyberbullying, cyberpredator, phishing, perjudian online, scams, malware. Sehingga kita harus pintar-pintar dari ini agar kita bisa mengambil benefitnya.

“Ingat safety, meminta izin sebelum menyebarkan konten orang lain, rutin perbarui password, baca dulu sebelum setuju, jangan gampang percaya orang baru dikenal dan kenali hoaks,” katanya.

Dampak internet

Dalam sesi KOL, Ones mengatakan, dampak positif internet sangat banyak sekali, ada kolaborasi, mensupport UMKM, mempromosikan usaha, komunikasi, menambah wawasan, dan mencari inspirasi. 

“Namun dampak negatif banyak banget sekarang berita hoaks, konten viral yang tidak mengedukasi untuk itu kita sebagai generasi di era digital ini harus bisa memanfaatkan kecanggihan digital ini dengan membuat sesuatu konten yang positif, posting yang bermanfaat, mengedukasi dan menginspirasi orang banyak,” pesannya. 

Dalam webinar ini, para partisipan yang hadir juga dipersilakan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Risma Merliana menanyakan, bagaimana upaya dan tindakan yang dapat kita lakukan untuk menghindari berbagai konten negatif di dunia maya yang saat ini sedang marak terjadi?

“Pertama kita harus berhati-hati dengan konten yang ada, kita harus tingkatkan literasi digital, kita harus asah, kita harus jeli, mindset kita harus selalu disesuaikan, kita harus pandai-pandai beradaptasi perkembangan dunia digital. Kita akan menghadapi eranya mesin ya tentu kita harus selalu mengikuti perkembangan teknologi, dan etika lalu berkembang dan menyesuaikan diri karena memang tidak cukup etika berhenti di sini karena etika mengikuti cara pandang kita,” jawab Achadi.

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Tangerang. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui Instagram @siberkreasi.dkibanten dan @siberkreasi.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, terutama kepada Kominfo. Mengingat program literasi digital ini hanya akan berjalan dengan baik dan mencapai target 12,5 juta partisipan, jika turut didukung oleh semua pihak.