Rumah tapak versus hunian vertikal. Dilema ini tak kunjung usai bagi pasar properti di Indonesia. Inovasi desain arsitektur maupun interior pun terus digubah demi mendapatkan standar kenyamanan tertinggi. Tetap memberikan sentuhan personal dan privasi, tetapi memiliki kenyamanan ekstra dengan fasilitas lengkap layaknya berhuni di hunian vertikal. Hal ini pun dijawab lewat konsep low-rise apartment.

Berbeda dari konsep apartemen pada umumnya yang tingginya mencapai puluhan lantai, low-rise apartment umumnya hanya memiliki 4–5 lantai. Pembangunan ini mulai banyak dijumpai di Indonesia, tak hanya di ibu kota, tetapi juga kota besar lainnya seperti Surabaya.

“Pada dasarnya kita melihat pasar masih lebih suka landed property. Namun, karena supply lahan makin terbatas, mau tak mau (pembangunan) harus vertikal. Tapi kalau masih bisa memilih, orang masih lebih memilih landed house. Maka kita cari benefit dari landed house dan benefit dari high rise, akhirnya ketemu dengan low-rise apartment,” tutur Office & Residential Sales Division Head PT Alam Sutera Realty Tbk  Oki L Suratman.

Kelindan kenyamanan

Alam Sutera pun menghadirkan low-rise apartment-nya yang pertama, Lloyd, yang menggabungkan kenyamanan hunian tapak dan vertikal dengan selaras. Di atas lahan seluas 4 hektar, Lloyd menghadirkan dua tipe unit dengan ukuran yang terbilang lapang.

Tipe 2 kamar tidur seluas 99,3 meter persegi, sementara tipe 3 kamar tidur seluas 128,4 meter persegi. Mengambil tema desain industrial yang menampilkan dinding bata ekspos, disertai penataan ruang terbuka pada bagian interior, menjadikan tiap unit apartemen Lloyd terasa homey.

Setiap tower juga hanya dirancang sebanyak 5 lantai dan per lantai terdiri atas 4 unit, tiap unit dilengkap fitur smart home. Beberapa di antaranya teknologi nirkabel untuk otomatisasi dan kontrol rumah untuk sistem pencahayaan, listrik, perlengkapan AC, tirai, termasuk pemantauan melalui akses mobile phone.

Setiap unit dilengkapi kitchen set dari Toto dan pendingin ruanganTipe 2 kamar tidur mendapat 3 AC (termasuk ruang tamu) dan tipe 3 kamar tidur mendapat 4 AC. Penghuni juga tak perlu pusing soal parkir karena setiap unit mendapat jatah satu lahan parkir.

Sementara itu, sebanyak 70 persen dari total luas lahan merupakan ruang terbuka yang terdiri atas taman, ruang terbuka hijau, dan fasilitas. Terdapat tiga tipe kolam renang, pusat kebugaran yang terbagi menjadi area luar ruang dan dalam ruang, area barbeku, serta area joging sepanjang 1 kilometer.

Rancangan ini menjadikan hunian vertikal Lloyd tetap memiliki tingkat kepadatan yang rendah. Sensasi yang serupa kala berhuni di rumah tapak. “Jadi, orang membeli ini bukan sekadar untuk investasi, tetapi juga layak untuk ditinggali. Tujuan utama dari Lloyd memang end user,” tambah Oki.

Sejak diluncurkan April 2018, Lloyd dengan segera mendapat respons positif dari pasar. Lima puluh persen dari total unit yang tersedia telah laku terjual pada penjualan tahap pertama dan kedua.

Harga Lloyd pun ikut bergerak seiring dinamika pasar dan dalam waktu singkat mengalami kenaikan hingga tiga kali. Jika saat pertama diluncurkan ditawarkan dengan Rp 16 juta per meter persegi, kini Lloyd telah mencapai Rp 18,7 juta per meter persegi. Selain berkat konsep yang inovatif, Lloyd menempati posisi strategis, yakni terletak di tengah-tengah antara area rumah tapak dan pusat bisnis Alam Sutera yang didominasi bangunan bertingkat tinggi.

Menurut rencana, pembangunan akan dimulai pada Januari 2019 dan proses serah terima berlangsung mulai Juli 2021. Penjualan tahap ketiga pun telah dimulai sejak 9 April dan berakhir pada 30 Mei.

Pengembang berharap, pada penjualan tahap ketiga ini seluruh total unit laku terjual. Pembeli bisa menikmati cicilan progresif Rp 18 juta per bulan untuk unit tertentu atau melakukan cicilan hingga 36 kali. Pada pembelian unit Lloyd tahap 3 ini pembeli bisa mengikuti undian berhadiah Toyota Voxy, motor Honda Beat, atau logam mulia 50 gram. [IKLAN/ADT]

Foto : dokumen www.alam-sutera.com

Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 15 Mei 2018