Tak dapat dimungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi.

Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik, sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.

Menyikapi hal itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tema “Internet Sehat Anak Cerdas”. Webinar yang digelar pada Kamis, 28 Oktober 2021 di Kabupaten Lebak, diikuti oleh puluhan peserta secara daring.

Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Razi Sabardi (Pengamat Kebijakan Publik Digital), Erwan Widyarto (Mekar Pribadi, Penulis, dan Jurnalis), Olivia Lewi (Dosen FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta), dan Ari Ujianto (Penggiat Advokasi Sosial).

Razi Sabardi  membuka webinar dengan mengatakan, dalam media digital kerap terjadi penyebaran konten negatif. “Konten negatif adalah informasi atau dokumen elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan, penghinaan atau pencemaran nama baik, pemerasan dan/atau pengancaman, penyebaran berita bohong dan menyesatkan sehingga mengakibatkan kerugian pengguna, juga penyebaran kebencian atau permusuhan berdasarkan suku, agama, ras, dan golongan.”

Menurutnya, berita bohong atau tidak bersumber, sering dikaitkan dengan peristiwa besar misalnya seperti peristiwa politik, bencana alam, ekonomi, sosial dan kesehatan.

Erwan Widyarto menambahkan, digital culture atau budaya digital adalah sebuah konsep yang menggambarkan gagasan bahwa teknologi dan internet secara signifikan membentuk cara kita berinteraksi, berperilaku, berpikir dan berkomunikasi sebagai manusia dalam lingkungan masyarakat.

“Teknologi dan internet itu membentuk budaya digital dalam aspek sosial, ekonomi, politik, agama dan lainnya,” ujarnya. Contohnya yakni silaturahmi virtual, belanja online, video conference, e-voting, webinar, Ngaji Online, dan sebagainya.

Adapun risiko internet bagi anak di antaranya, yakni cyberbullying yang merupakan sebuah perilaku yang terjadi dalam intensitas tertentu, dilakukan secara berulang-ulang, dan mengandung perilaku agresif (menghina dan menyerang).

Lalu ada penipuan, yang merupakan penggunaan layanan internet atau software dengan akses internet untuk menipu atau mengambil keuntungan dari korban, misalnya dengan mencuri informasi personal

Olivia Lewi turut menjelaskan, dalam menggunakan internet, diperlukan etika digital. “Etika Digital adalah kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan dan mengembangkan tata kelola etika digital (netiquette) dalam kehidupan sehari-hari.”

Penting bagi orangtua untuk pilih konten edukatif yang mendorong kemampuan anak, baik secara kognitif maupun behaviour. Pentingnya berbicara sopan, menghargai keberagaman, memilih konten positif yang bermanfaat.

Sebagai pembicara terakhir, Ari Ujianto mengatakan, literasi digital banyak menekankan pada kecakapan pengguna media digital dalam melakukan proses mediasi media digital yang dilakukan secara produktif.

“Tips mencegah dan mengatasi ancaman keselamatan anak melalui dunia digital yakni mengembangan kreativitas melalui pengalaman bermedia digital, melakukan kolaborasi dan mengajarkan berpikir kritis,” paparnya.

Dalam sesi KOL, Fahri Azmi mengatakan, support system terbaik bagi anak dalam bermedia digital salah satunya adalah dengan memberikan pendampingan kepada anak dalam bermedia digital.

“Dilakukan pengawasan yang tentunya tidak membuat anak merasa terintimidasi atau tertekan juga dalam mencari suatu hiburan di media digital. Lebih memberikan kepada pengawasan dalam time management. Tentunya orang tua dituntut juga untuk dapat konsisten dalam melakukan hal tersebut,” katanya.

Salah satu peserta bernama Putri Nabila menanyakan, bagaimana peranan orangtua dalam mengedukasi anak-anak terhadap efek ruang digital yang berlebihan tapi juga tidak meninggalkan pengaruh pentingnya skill digital?

“Ketika seorang anak memiliki kesempatan untuk mengakses ruang digital, maka perlu bagi orangtua untuk dapat memberikan pendampingan yang baik dengan komunikasi yang sehat juga tentunya, awasi dan control kecanduan mereka dalam menggunakan media digital,” jawab Razi.

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kabupaten Lebak. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]