Tak dapat dimungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi.
Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik, sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.
Menyikapi hal itu, Kominfo menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tajuk “Yuk Belajar Menyenangkan secara Online”. Webinar yang digelar pada Kamis, 29 Juli 2021 di Kota Tangerang Selatan, diikuti oleh puluhan peserta secara daring.
Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Alviko Ibnugroho (financologist, motivator keuangan, dan kejiwaan keluarga), H Benyamin Davnie (Wali Kota Tangerang Selatan), Muslim Nur, dan Indriyatno Banyumurti (Program Manager ICT Watch Indonesia).
Tema yang dibahas oleh masing-masing narasumber meliputi digital skills, digital ethics, digital culture, dan digital safety. Alviko Ibnugroho memulai i dengan mengatakan, salah satu contoh perubahan budaya akibat teknologi, terutama di sektor pendidikan, adalah membuat banyak sekolah menerapkan aturan belajar di rumah.
“Di sisi lain guru harus bekerja ekstra proaktif dan kreatif agar kelas online sama efektifnya dengan tatap muka. Orangtua juga harus memantau anak belajar di rumah,” kata Alviko.
Selain itu, komunikasi yang terkesan satu arah membuat siswa sulit berkonsultasi dan tantangan akan muncul jika online learning diterapkan di daerah tanpa teknologi dan internet yang memadai.
“Kegiatan pengasuhan di tengah wabah Covid-19 guru harus memberikan tugas secara online kepada anak melalui orangtua. Yang menjadi cukup menarik perhatian saya adalah ketika guru memberi tugas kepada anak tetapi malah orangtua yang mengerjakan tugas. Orangtua yang harus bisa memberi penjelasan tanggung jawab kepada anak,” katanya.
Masalah utama orangtua zaman now adalah mempersiapkan anak menghadapi zamannya. Sekarang ini kita mulai memasuki era digital, kita sebagai orangtua sudah mempersiapkan anak menghadapi era digital ini.
“Kualitas belajar di era digital membuat kemampuan orangtua dan guru mendidik anak/siswa, untuk bisa memanfaatkan dunia digital demi masa depannya dan itu akan membuat sukses anak dan sukses orangtua,” ujar Alviko.
H Benyamin Davnie menambahkan, digital ethics adalah kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika digital (netiquette) dalam kehidupan sehari-hari.
Etika ketika bermedia sosial yang harus diketahui dan untuk diajarkan kepada anak adalah dengan berhati-hati dalam menyebarkan informasi pribadi (privasi) ke publik, gunakan etika atau norma saat berinteraksi dengan siapapun di media sosial. Hati-hati terhadap akun yang tidak dikenal.
“Pastikan unggahan di akun media sosial tidak mengandung unsur SARA. Manfaatkan media sosial untuk membangun jaringan atau relasi. Manfaatkan media sosial untuk menunjang proses pengembangan diri,” terangnya.
Muslim Nur turut menjelaskan, sekolah online turut menciptakan kemampuan seperti untuk berpikir secara kritis dan kreatif, berempati dan bertoleransi, memecahkan masalah, dan literasi digital.
“Pada proses pembelajaran anak harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, berpusat pada anak, dan kontekstual,” ujarnya. Adapun karakteristik guru pembelajaran daring adalah membangun dan menciptakan pengetahuan secara mandiri dan membentuk komunitas pembelajar yang inklusif.
Selain itu, juga perlu pembelajar berkolaborasi dengan pembelajar lain dalam membangun pengetahuannya dan memecahkan masalah secara bersama-sama. Terakhir, memanfaatkan media laman (website) yang bisa diakses melalui internet, pembelajaran berbasis komputer, kelas virtual, dan kelas digital.
“Peran orangtua yang diharapkan dengan memastikan anak setiap mengikuti pembelajaran jarak jauh, mendorong anak agar aktif dan mandiri selama proses pembelajaran. Adanya pengelolaan belajar yang inovatif antara guru dan peserta didik dilakukan dengan komunikasi yang komunikatif sehingga akan menyenangkan,” jelasnya.
Indriyatno Banyumurti menjelaskan, data pribadi adalah setiap data tentang seseorang baik yang teridentifikasi atau dapat diidentifikasi secara tersendiri atau dikombinasi dengan informasi lainnya, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui sistem elektronik atau nonelektronik.
“Agar terhindar dari pencurian data pribadi, hendaknya tidak mem-posting hal terkait data pribadi di media sosial. Teliti setiap tautan yang diterima. Bisa jadi link tersebut merupakan phising, jangan asal klik. Menginstal aplikasi di ponsel hanya dari tempat resmi (Playstore atau AppStore),” jelasnya.
Dalam sesi KOl, Decky Tri mengatakan, secara positif kita bisa memanfaatkan internet untuk pengembangan diri seperti membuat konten, yang untuk sekarang banyak orang yang bergabung di platform-platform.
“Internet juga dapat membuat kita menambah jejaring, teman, followers yang menutup kemungkinan agar bisa kolaborasi membuat konten yang edukatif, bermanfaat untuk banyak orang dan dari sini bisa membuat kita ke depannya menjadi media untuk mendapatkan keuntungan,” katanya.
Salah satu peserta bernama Thomas menanyakan, strategi seperti apa agar kualitas belajar anak di rumah lebih nyaman dan efektif tanpa terganggu dengan orang yang berada di rumah?
“Kita sebagai orangtua bisa menerapkan disiplin dan kolaboratif serta membuat senang, sehingga proses belajar anak akan meningkat. Kita memang dituntut harus kreatif selama daring,” jawab Alviko.
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Tangerang Selatan. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]