Tak dapat dimungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi.Â
Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik, sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.
Menyikapi hal itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tema “Tips and Trik Berjejaring di Dunia Digital”. Webinar yang digelar pada Senin, 29 November 2021 di Jakarta Utara, diikuti oleh puluhan peserta secara daring.Â
Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Eka Y Saputra (Web Developer dan Konsultan Teknologi Informasi), Wulan Tri Astuti (Dosen Ilmu Budaya UGM, IAPA), Wulan Furrie (Praktisi dan Dosen Manajemen Komunikasi Institut STIAMI), dan Zulfan Arif (Translator dan Content Writer).
Wulan Tri membuka webinar dengan mengatakan, dunia digital yang nyaman dan damai bisa terwujud apabila pengguna internet saling berinteraksi dengan positif. Oleh karena itu perhatikan etika saat berkomunikasi dan berinteraksi dengan mematuhi etiket serta menggunakan rasa empati saat berinteraksi. Etika adalah sistem nilai dan norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam mengatur tingkah lakunya.Â
Etika berlaku meskipun individu sendirian. Sementara etiket adalah tata cara individu berinteraksi dengan individu lain atau dalam masyarakat. Etiket berlaku jika individu berinteraksi atau berkomunikasi dengan orang lain.
Empati adalah kemampuan seseorang untuk mengenali, memahami dan berbagi rasa dengan makhluk lain. Contoh sikap empati adalah ketika seseorang mampu bersikap seakan berada di posisi orang lain sehingga terasa ketulusannya.Â
“Netiket sangat penting di media digital. Jika secara offline atau tatap muka kita bisa melihat ekspresi wajah, gestur tubuh dan intonasi bicara, tidak begitu halnya ketika kita berinteraksi di dunia online,” jelasnya.
Meskipun kita tidak bisa melihat, mendengar atau merasakan langsung ketika berinteraksi di media sosial, kita tetap harus berhati-hati dalam berkomunikasi secara online. Hindari melukai perasaan orang lain dengan berkomentar yang kurang bijak, bersikap saling membangun jauh lebih baik.
Wulan Furrie turut menjelaskan, budaya digital merupakan bagian dari budi dan akal manusia. Budaya adalah pola atau cara hidup yang terus berkembang oleh sekelompok orang dan diturunkan pada generasi berikutnya.Â
“Budaya digital adalah bahan utama untuk transformasi digital itu meningkatkan produktivitas dan inovasi untuk mempertahankan keunggulan kompetitif. Budaya digital memberdayakan orang untuk memberikan hasil lebih cepat, budaya digital menarik dan mempertahankan bakat yang lebih baik,” katanya.
Munculnya jejaring sosial versi maya seperti saat ini, bisa menjadi pisau bermata dua yang mempengaruhi relasi manusia. Situs komunitas dibuat untuk memenuhi keinginan individu untuk berkomunikasi tanpa ada batasan waktu dan ruang. Tak jarang jejaring sosial kerap berpotensi mempengaruhi pola berpikir seseorang dan membentuk kepribadian individu.
Zulfan Arif menambahkan, salah satu tips dan trik berjejaring di dunia digital ini adalah kita harus merasa aman, aman untuk diri sendiri dan juga perangkat yang kita gunakan. Karena dalam dunia digital itu banyak terjadi kejahatan siber.Â
Tips perlindungan data pribadi yakni perbaiki keamanan perangkat, pahami pengaturan privasi di setiap akun platform digital, hindari wifi publik, pilih aplikasi yang hanya mengakses data yang dibutuhkan, hindari membagikan data pribadi.Â
Lalu waspada terhadap aktivitas komunikasi mencurigakan baik dari identitas akun yang kita kenal maupun bukan. Penting juga untuk memahami jejak digital. Jejak digital adalah jejak data yang kita tinggalkan di internet, maupun data pribadi yang kita berikan ke layanan online.
Dalam sesi KOL, Adinda Daffy mengatakan, dirinya merasakan dampak positif dari sosial media, karena dengan memaksimalkan sosial media bisa memperluas pertemanan, bisa berpengaruh terhadap pekerjaan.
“Misalnya saat klien ingin melihat portofolio pasti juga lewat dari instagram atau platform sosial media lainnya. Bisa mengembangkan Hobi yang dimiliki, misalnya hobi travelling dan akhirnya membuat konten untuk me-review hotel-hotel yang ada di Indonesia,” jelasnya.
Salah satu peserta bernama Darel menanyakan, banyak anak-anak yang mengikuti/terpengaruh oleh konten yang tidak benar atau tidak memotivasi, bagaimana cara kita mengatasi masalah tersebut?
“Untuk menghindari hal tersebut sebenarnya filternya ada di dalam diri kita sendiri, dengan berpikir apakah konten ini bermanfaat atau tidak untuk saya, dan dengan melihat konten ini apakah kemudian saya bisa menjadi manusia yang lebih baik lagi atau tidak. Diskusikan kepada orang tua jika melihat konten-konten di sosial media sebelum terpengaruh hal buruk,” jawab Wulan.
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Jakarta Utara. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten dan @siberkreasi.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]