Empat tahun yang lalu, Youtube viewers dikagetkan dengan video berjudul “Somewhere in America #MIPSTERZ” yang memotret sekelompok perempuan berpakaian Muslim yang percaya diri dengan identitasnya seakan menguasai beberapa sudut kota dengan skateboard, sepatu hak tinggi, dan berhijab. Mereka menamakan diri mereka Mipster.

Siapakah para Mipster ini? Mengapa mereka begitu bangga dengan identitas Muslimnya di tengah stigma sosial pandangan tentang Islam sebagai agama yang di Amerika dan di Eropa terpinggirkan karena isu kekerasan? Layla Shaikley, pembuat video ini, berujar, video ini dibuat atas kekesalannya setiap kali identitas Islamnya dihadapkan pada islamphobia dan teroris.

“Video Mipsters ini dibuat untuk merayakan keseharian kami. Tanpa burka, bom, atau simbol-simbol lain yang secara sembrono dilekatkan pada hijab di kepala kami. Sebagai gantinya, kami tampilkan papan seluncur, sinar matahari, dan bersenang-senang,” katanya.

Video ini mengusung pesan bahwa kaum muda Muslim, selanjutnya disebut generation M, percaya bahwa keimanan dan perkembangan zaman bisa berjalan beriringan. Generasi M merasa keimanan memberikan kesabaran dan harapan dan pada akhirnya memberikan kedamaian dan bahagia menjalani hidup.

Namun, mereka juga membuktikan bahwa kaum muda Muslim juga bisa mengikuti arus perkembangan zaman yang dinamis dan kompetitif, tanpa melupakan syariat dan ajaran Islam. Mereka kritis terhadap informasi-informasi terbaru saat ini, sehingga kemampuan dan keterampilan mereka dapat diperhitungkan.

Karakter “Mipster” tidak hanya selalu tampil berbeda dan percaya diri dalam berpenampilan, tapi juga memiliki wawasan yang luas, mengikuti perkembangan zaman, dan semangat #MampukanDiri untuk berkarya dan berprestasi.

Singkatnya, seperti inilah sosok generasi M: berpengaruh, percaya diri dalam penampilan dan kata-katanya, #MampukanDiri menjadi pionir dan tak gentar menghadapi rintangan. Mereka mempertontonkan kuatnya rasa identitas agama di setiap aspek kehidupan mulai dari pakaian, musik, gaya travelling, hingga makanan. Semua dijadikan ekspresi identitas Islam mereka.

Bintang pop generasi M mulai bermunculan dengan skala global, mulai dari Maher Zain (Swedia), Outlandish (Denmark), hingga Yuna (Malaysia). Mereka adalah sebagian dari selebritas yang berhasil menjual jutaan kopi album.

Hana Tajima adalah salah satu ikon Mipster yang memulai jejaknya sebagai fashion designer khusus wanita berhijab dengan model yang tidak kaku, penuh warna, dan modern. Pada prosesnya, mereka pun berdakwah dalam lirik lagu dan perilaku mengenai kebaikan. Hasilnya, pandangan mengenai Islam mulai berubah dan dapat diterima di sebagai agama kedamaian.

Melihat perkembangan ini, tampaknya “Mipster” bukan hanya sekedar nama atau pengakuan, tapi juga gerakan sosial untuk memperkenalkan Islam sebagai agama kedamaian dan mengajarkan rasa bangga terhadap keimanannya dan #MampukanDiri untuk menjadi sosok Muslim yang sukses di bidangnya masing-masing.

PermataBank Syariah turut mengapresiasi gerakan ini dengan menggelar Mipster Project X Indonesia Hijabfest 2018 bersama Wardah pada 31 Mei–2 Juni 2018 di The Hall, Senayan City, Jakarta, dengan tajuk “Inspirasi untuk #MampukanDiri Jadi Muslim yang Berprestasi”.

Acara ini akan dimeriahkan oleh tokoh-tokoh Muslim yang bangga dengan identitasnya imannya dan #MampukanDiri untuk berprestasi di kancah global, seperti Dian Pelangi, Pevi Permana, Ayu Zulia Shafira, Medina Zein, dan Chiki Fawzi.

Pembekalan oleh Ustadz Hanan Attaki dalam sesi iftar dan tarawih bersama, Rene Suhardono dan, Ahmad Fuadi. Diharapkan dengan acara ini, umat Muslim muda di Indonesia dapat terinspirasi dan lebih #mampukandiri untuk menjadi Muslim yang lebih baik dan bijak menghadapi pengaruh konsumerisme dan instant recognition. [*]

Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 12 Mei 2018