Pada era digital, ungkapan berubah atau mati berlaku di banyak bidang industri. Kalau tidak mau digulung zaman, bersiaplah ikut dalam transformasi digital yang menjanjikan pertumbuhan pada masa mendatang.

Teknologi digital kini menjadi penggerak utama (driving force) perkembangan. Hampir semua masyarakat di dunia tidak bisa mengelak dari revolusi (perubahan cepat) teknologi yang sudah menjangkau banyak aktivitas kehidupan sehingga menjadi lebih efektif dan efisien.

Contohnya dalam dunia perbankan. Dari yang dulu semua transaksi keuangan hanya bisa dilakukan di bank, kini hampir semua bisa dilakukan secara daring menggunakan telepon pintar.

Bermacam bentuk aktivitas perbankan mulai dari transfer dana, membeli reksadana, membuka deposito, atau jual-beli obligasi bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja selama terhubung dengan internet.

Singkat kata, transformasi digital sudah terjadi dan bisa dirasakan. Transformasi ini bukan cuma soal digitalisasi, tapi juga mengubah organisasi, proses bisnis, dan orang-orang yang ada di dalamnya.

Hal tersebut seperti dikatakan Director PT Metrodata Electronics Tbk Sjafril Effendi, yang menambahkan bahwa kemajuan teknologi membuat “batas” antarnegara menjadi samar. Baik negara maju seperti Amerika Serikat atau negara berkembang seperti Indonesia bisa berinovasi dan menggunakan teknologi yang sama. Kemampuan start up (perusahaan rintisan) merengkuh pasar yang luas juga membuat investor asing mau berinvestasi di Tanah Air.

“Termasuk kita lihat adopsi cloud. Dari yang dulu kita mulai sekitar 5-6 tahun yang lalu, sekarang sudah dipakai di mana-mana. Ini yang kemudian mendorong kehadiran Software as a Services (SaaS). Jadi, bukan cuma teknologinya, produknya pun sudah mature atau sudah stabil, yang ini menambah kepercayaan customer untuk melakukan SaaS,” kata Sjafril.

Sekadar catatan, SaaS adalah layanan yang memberi keleluasaan kepada pengguna untuk memakai aplikasi tanpa harus mengerti dan mengurus soal penyimpanan data hingga pemeliharaan (maintenance) aplikasi tersebut. Hal ini dimungkinkan karena SaaS merupakan service yang disediakan penyedia layanan. Contoh dari SaaS, antara lain Salesforce, SAP, Successfactor, Oracle ERP Cloud, Microsoft Office 365, dan Dynamic 365.

Industry 4.0

Kemajuan teknologi digital membawa kita pada revolusi industri gelombang keempat atau Industry 4.0. Ini adalah tren terbaru dalam dunia teknologi yang sudah sedemikian canggih. Berkait dengan Industry 4.0, Presiden Jokowi pun telah meresmikan roadmap yang disebut Making Indonesia 4.0.

Sekadar catatan, tiga revolusi industri sebelumnya terjadi pada tahun 1750-1830 dengan ditemukannya mesin uap dan kereta api. Kedua, penemuan listrik, alat komunikasi, kimia dan minyak pada tahun 1870-1900. Ketiga, penemuan komputer, internet, dan telepon genggam (1960 hingga sekarang). Dan seperti tiga revolusi industri sebelumnya, kehadiran industri 4.0 yang pertama kali diperkenalkan pada Hannover Fair 2011 juga diyakini bakal menaikkan produktivitas.

Sjafril memaparkan, perkembangan utama dalam Industri 4.0 saat ini adalah Internet of Thungs (IoT) dan big data, yang bisa melakukan predictive analysis. Kemajuan ini akan berkembang lebih canggih, sampai ke arah augmented reality yang bisa memudahkan orang, misalnya dalam belajar.

Foto-foto dokumen Metrodata.

Namun, era Industry 4.0 bukannya hadir tanpa tantangan. Seperti dikatakan Sjafril, ada beberapa hal yang patut dicermati dan diantisipasi, terutama oleh para pelaku bisnis. Salah satunya generasi milenial, yang beberapa waktu lalu oleh Financial Times diprediksi bakal mengambil alih porsi terbesar pasar pada tahun depan. Ini adalah potensi, termasuk bagi korporasi.

Salah satu tantangannya adalah bagaimana bisa beradaptasi dengan generasi yang saat ini usianya berkisar 25–35 tahun. Bagi perusahaan, tantangannya adalah tentu bagaimana membuat mereka bisa bertahan bekerja dalam satu perusahaan. Di sisi lain, customer perusahaan juga adalah para millenials yang karakter serta gayanya perlu dipahami.

Menyikapi perubahan tersebut, Metrodata yang telah berkecimpung dalam bisnis teknologi informasi dan komunikasi (TIK) selama hampir setengah abad pun ikut beradaptasi, misalnya lewat produk-produk teknologi teranyar. Apalagi dengan banyaknya karyawan muda yang inovatif, perusahaan ini selalu menyalurkan ide dan memberikan tantangan kepada karyawan untuk terus maju dan berubah mengikuti zaman.

“Kalau kita tidak berubah, kita ketinggalan,” tegas Sjafril.

MSD 2018

Melihat perkembangan dan dinamika zaman, terutama dalam dunia TIK, Metrodata secara konsisten setiap tahun sejak 2004 menggelar Metrodata Solution Day (MSD). Salah satu tujuan utama MSD adalah edukasi pasar serta menjadi etalase bagi masyarakat untuk melihat kondisi terkini dalam dunia TIK sekaligus menunjukan solusi terbaik dalam dunia tersebut.

Secara garis besar, MSD yang tahun ini mengangkat tema “Industry 4.0: Digital Revolution” ini menjadi one stop solution bagi pemimpin teknologi informasi (TI) dan profesional yang ingin berinvestasi untuk dapat mendorong transformasi bisnis dalam revolusi digital.

Mengundang para pelaku bisnis, MSD 2018 juga menjadi ajang berbagi pengalaman pebisnis dari bermacam bidang industri yang berhasil “mengadopsi” Industri 4.0.

Lewat MSD, sebagaimana diutarakan Sjafril, Metrodata ingin menyampaikan pesan bahwa Revolusi Industri 4.0 ini harus direspons dengan cepat. Lebih-lebih dengan produk-produk tek­nologi yang terbukti berhasil, infrastruktur yang ma­pan, dan revolusi ini sudah jadi perhatian negara.

“Kita ingin arahkan pada kesempatan, terutama pada delapan pilar yang ini juga menjadi visi Metrodata: cloud service, digital business platform, big data and analytics, security, consulting and advisory services, managed services, hybrid IT infrastructure, serta business application,” pungkas Sjafril. [ASP]

Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 28 Agustus 2018.