Sejumlah program dibahas dalam pertemuan Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya dengan Sekretaris Jenderal United Nation World Tourism Organization (UNWTO) Zurab Pololikashvili di Madrid, Spanyol, 24 Januari 2019 lalu. Selain soal MPD (Mobile Positioning Data) (Kompas, 26/1/2019), pertemuan tersebut juga membahas tentang Sustainable Tourism Development (STD), dan Homestay Desa Wisata yang tengah dikembangkan Kemenpar. “Semuanya direspons positif,” ungkap Menpar Arief Yahya.

Terkait implementasi STD, Menpar Arief Yahya langsung me­ngacu pada rumus utama­nya, yaitu harus memiliki ECE (Ecology, Community, Economic) values-nya. Atau sering juga disebut 3P, (Planet, People dan Prosperity). “Dan itu langsung diterapkan saat mengembangkan 10 Bali Baru, atau 10 Destinasi Prioritas,” ujarnya.

STD merupakan konsep pariwisata berkelanjutan, yaitu membangun des­ti­na­si dengan memperhitungkan semua aspek, seperti menjaga ling­kungan, mempertahankan budaya lokal dan kelestarian alamnya, sehingga terbangun ekosistem yang tetap autentik, berkarakter, dan menjadi kekuatan atraksi wisata. “Istilah saya, semakin dilestarikan, semakin menyejahterakan,” kata Arief Yahya.

Misalnya, di sebuah desa wisata, dipikirkan menjaga dan merawat hutan, sumber air bersih, manajemen sampah, aktivitas harian warganya, budaya lokal, yang ujungnya menarik sebagai kekuatan atraksi.

Saat ini, lanjut Arief Yahya, Indonesia sedang mengembangkan program STO atau Sustainable Tourism Observatory di 12 titik. Tahap pertama 5 pusat pemantauan Pariwisata Berkelanjutan. Ke-5 STO itu masuk dalam network INSTO, Pangandaran bersama ITB Bandung, Sleman Yogyakarta dengan UGM, Sasaot Lombok dengan Universitas Mataram, Samosir dengan Universitas Sumatera Utara, dan Sanur Bali dengan Universitas Udayana.

Selepas 5 lokasi, dikembangkan 7 titik lagi, yang semua berada di kawasan yang sedang dikembangkan sebagai 10 Bali Baru, atau 10 Destinasi Prioritas. Di antaranya, Tanjung Lesung Banten dengan Universitas Indonesia, Tanjung Kelayang Belitung bersama IPB Bogor, Kepulauan Seribu Jakarta dengan Universitas Pancasila, Bromo Tengger Semeru – BTS dengan tim Unair Surabaya, Labuan Bajo Komodo bersama Universitas Flores, Wakatobi Sultra dengan Universitas Hasanuddin Makassar dan Morotai Maluku Utara dengan Universitas Khairun.

“Dengan begitu, 10 Bali Baru semua dibangun dengan konsep Pariwisata Berkelanjutan. Kami senang karena Sekjen UNWTO Mr Zurab Pololikashvili akan mendukung penuh untuk mengimplementasikan STD, dengan STO dan menuju STC, Sustainable Tourism Certification,” tutur Arief Yahya.

UNWTO telah membangun “Partnerships for SDGs Online Platform” yang salah satunya mengangkat topik pariwisata berkelanjutan. Platform ini merupakan sarana pertukaran informasi bagi negara-negara anggota untuk meningkatkan pencapaian SDGs khususnya di bidang pariwisata. UNWTO berharap Indonesia dapat aktif dalam pertukaran informasi tersebut.

Pemanfaatan teknologi

Tenaga Ahli Menteri Bidang Pariwisata Berkelanjutan Valerina Daniel mengatakan Kemenpar saat ini sedang membuat microsite sustainable.indonesia.travel sebagai sarana pe­nyebaran informasi bagi wisatawan dan pengelola destinasi terkait pariwisata berkelanjutan. “Setelah diluncurkan, Kemenpar akan bermitra dengan UNWTO dalam hal pertukaran informasi khususnya dalam program STO,” sebut Valerina.

Dalam pertemuan dengan UNWTO itu, Menpar dan Sekjen UNWTO sepakat untuk mempererat kerja sama untuk meningkatkan pencapaian pariwisata berkelanjutan melalui penggunaan teknologi dan inovasi yang diharapkan dapat segera diimplementasikan.

Sehari sebelumnya, Rabu 23 Januari 2019, Kementerian Pariwisata yang diwakili Deputi Bidang Industri dan Kelembagaan, Giri Adnyani didampingi Kepala Bidang Hubungan Luar Negeri di Strategi dan Komunikasi Pemasaran II, Surana dan Valerina Daniel bertemu Director of Sustainable Tourism Development UNWTO (United Nations of World Tourism Organization) Dr Dirk Glaesser. Lokasinya di UNWTO Headquarters, Madrid, Spanyol.

Sejumlah poin penting pertemuan tersebut, pertama, Sustainable Tourism merupakan fokus utama peng­embangan pariwisata dunia. UNWTO mengapresiasi komitmen Indonesia menerapkan pariwisata berkelanjutan dalam pembangunan Sustainable Tourism Destination (STD) di 10 Destinasi Prioritas Pariwisata.

Kedua, Program Sustainable Tourism Observatory (STO) yang dijalankan Indonesia di 5 lokasi pusat pemantauan pariwisata berkelanjutan (Monitoring Center for Sustaianable Tourism Observatory/MCSTO) dinilai sudah berjalan konsisten. Diharapkan dapat ditingkatkan kapasitasnya dalam hal metodologi penelitian dan pelaporan yang berstandar internasional.

Pihak UNWTO bersedia melakukan kerja sama pelatihan untuk pelibatan lebih lanjut dari universitas sebagai mitra kerja Kementerian Pariwisata. “Kami akan terus berkolaborasi dengan UNWTO agar mendapatkan hasil yang optimal,” kata Giri Adnyani.

Ketiga, Kementerian Pariwisata mengajukan tambahan 2 MCSTO yang baru yakni Labuan Bajo dan Wakatobi. Dua lokasi yang sudah masuk dalam 10 Bali Baru. Kemenpar juga akan mengundang Dr Dirk Glaesser atau delegasi UNWTO untuk hadir dalam Indonesia Sustainable Tourism Observatory Forum yang direncanakan pada 27 September 2019.

Keempat, dalam pertemuan ter­sebut, juga dilaporkan perkem­bangan 5 MCSTO di Indonesia dan profil singkat 2 MCSTO baru yang akan memperoleh dukungan dari Swiss Contact untuk diakui UNWTO sebagai bagian dari INSTO (International Network of Sustainable Tourism Observatory).

“Dr Dirk Glaesser menyatakan, ke depan metodologi survei yang akan dilakukan menggunakan salah satunya GeoReference sehingga penggunaan teknologi big data dapat lebih membantu penelitian yang lebih valid,” tandasnya. [*]

Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 30 Januari 2019.