Terasa tepat ketika kita membicarakan tentang kekayaan kuliner Nusantara dengan mengacu entri di atas. Sebuah kata sifat yang membuat kita bangga karenanya. Istimewa tidak hanya cita rasanya, tetapi juga proses dan sejarah yang kemudian tersaji dalam sebuah makanan atau minuman.

Uniknya pula, dari segi kuliner, Indonesia kaya dengan street food (makanan jalanan). Makanan jalanan yang dimaksud tidak hanya yang dijual di gerobak pinggir jalan, tetapi juga rumah makan atau warung makan (bukan konsep fine dining) dengan memiliki menu khas nan spesial. Banyak di antaranya yang telah berusia puluhan tahun dan tetap laris manis diminati hingga saat ini, yang “katanya” telah memasuki tahap generasi milenial.

Bagi orangtua atau kakek nenek dari generasi milenial atau bahkan generasi milenial itu sendiri, makanan jalanan menjadi comfort food. Ini merupakan makanan yang memberikan kenyamanan dan memunculkan nostalgia serta dapat memengaruhi sisi emosional diri.

Coba saja ingat, misalnya bagi yang bertempat tinggal di Semarang, pisang plenet Mbah Toerdi yang telah ada sejak 1952 atau bagi yang di Yogyakarta dengan gudeg Yu Djum yang juga telah jualan sejak 1950-an. Ini baru sedikit contoh dari berbagai macam makanan jalanan yang khas yang ada di tiap-tiap daerah di Indonesia dan bagi beberapa orang menjadi comfort food mereka.

Hal itu diakui Sarah Puspa Dewi (31). Perempuan yang hobi travelling dan kuliner ini menuturkan makanan jalanan memang selalu menjadi favorit kapan dan di mana pun. Setiap kali berpelesir ke luar kota, Sarah tak lupa mencicipi makanan jalanan yang khas. Jika terasa klop di lidah, dipastikan dia akan kembali untuk mendatanginya.

“Jajanan yang saya sukai adalah macam telur gulung dan bakso goreng. Sementara itu, untuk makanan daerah favorit adalah nasi bali. Makanan yang memiliki perpaduan rasa gurih dan pedas, di­pas­tikan mengundang selera makan saya,” ujar Sarah.

Kerinduan akan berbagai makanan jalanan legendaris di beberapa kota di Indonesia, seperti di Semarang, Yogyakarta, Cirebon, Bandung, Pa­dang, Pontianak, Surabaya, Manado, Bogor, dan Ja­karta tampaknya bisa terobati dengan hadirnya Kampoeng Legenda persembahan Mal Ciputra Jakarta.

Kampoeng Legenda merupakan event kuliner tahunan Mal Ciputra Jakarta dalam rangka memeriahkan HUT ke-73 Republik Indonesia. Event yang berlangsung selama dua pekan ini benar-benar mendatangkan para penjual makanan jalanan legendaris dari kotanya untuk menyajikan kuliner spesial mereka di area center court, lantai lower ground timur dan utara Mal Ciputra Jakarta. Kampoeng Legenda berlangsung mulai 8 Agustus hingga 19 Agustus 2018.

“Event ini kembali kami selenggarakan guna memenuhi kerinduan para pencinta kuliner legendaris Nusantara. Para pengunjung tidak perlu pergi ke daerah asalnya untuk mendapatkan kuliner kegemaran mereka karena kami sudah datangkan langsung ke Mal Ciputra Jakarta,” terang General Manager Mal Ciputra Jakarta Ferry Irianto.

Selain itu, Ferry menyampaikan, melalui event ini, Mal Ciputra Jakarta ingin turut ambil bagian dalam melestarikan warisan legendaris Indonesia di tengah gempuran makanan asing yang makin berkembang. “Kami juga ingin dapat mengajak para generasi milenial agar dapat mengenal lebih dalam kuliner legendaris negeri kita dan turut melestarikannya.”

Pada hari pertama acara Mal Ciputra ini berlangsung, para pengunjung sudah memadati area. Salah seorang pengunjung, Dian Fitri Rahwayati (33) mengungkapkan antusiasmenya terhadap acara itu.

“Saya puas dengan acara kuliner ini. Banyak peserta menyajikan makanan yang khas dan nikmat dari berbagai daerah di Tanah Air. Berada di tempat ini, saya jadi mendapat penga­laman baru, bertualang kuliner, dan mene­mukan aneka jajanan yang lezat. Karena banyak yang mengundang selera, saya akan kembali datang bersama keluarga ke Kampoeng Legenda,” cetusnya.

Sementara itu, menurut pakar kuliner Indonesia William Wongso, masa depan kuliner terletak pada street food (makanan jalanan), bukan fine dining (restoran mewah). Baik dari segi nilai maupun serapan tenaga kerja, street food jauh melampaui fine dining.

William juga pernah menyebutkan bahwa meski dalam 1.000 kalimat, tak akan sanggup meng­g­am­barkan kompleksitas warisan kuliner Indonesia yang berakar di ribuan pulau di Indonesia. Menurut William, cara terbaik menggambarkan cita rasa kuliner Indonesia sebagai refleksi cita rasa daerah, hanya bisa dicicipi di dapur penduduk setempat.

Dan, lebih dari 70 “dapur” kuliner legendaris tersebut dapat dijumpai di Kampoeng Legenda hasil kerja sama dengan Mal Ciputra Jakarta dengan JIISCOMM.

Cita rasa spesial

Marketing Manager Mal Ciputra Jakarta Silvia Soesianto menyampaikan, “Ciri khas dan cerita unik yang melatarbelakangi kelahiran kuliner menjadi sorotan utama dalam event ini.”

Silvia menceritakan bagaimana lezatnya mangut manyung Bu Fat dan prosesnya yang spesial. Ikan manyung yang digunakan sebagai bahan utama hanya didapat dari perairan Jepara, Cirebon, sampai Banyuwangi. Lalu ikan diasap di sentra pengasapan ikan Demak, untuk kemudian diolah dengan bumbu ala Bu Fat.

“Mereka bahkan secara khusus mengemas ikan manyung tersebut untuk dibawa ke Jakarta, ke acara ini. Banyak juga penjual kuliner legendaris lainnya yang membawa bahan-bahan masakan khusus mereka. Berapa takarannya, jenisnya apa saja, secara khusus mereka bawa. Kecuali, bahan-bahan yang umum, seperti sayuran yang bisa distok di Jakarta,” papar Silvia.

Bukan hanya para tenant-nya yang spesial, konsep dekorasinya juga. Dengan menampilkan konsep dekorasi yang lebih modern dengan tetap tidak menghilangkan sisi tradisional Indonesia.

“Kami mengharapkan event ini tidak hanya menarik untuk pengunjung dewasa, tetapi juga bisa merambah ke anak-anak generasi milenial. Oleh karena itu, kami menghadirkan giant screen yang salah satu fungsinya untuk ‘menangkap’ unggahan dengan hashtag #kampoenglegenda2018 di IG. Jadi, para milenial yang datang bisa share ke yang lain tentang event ini,” ujar Silvia.

Bukan hanya itu, Silvia menambahkan akan ada dua orang terpilih setiap harinya untuk menyantap kuliner di Kampoeng Legenda secara gratis. Selain menikmati aneka kuliner yang tersaji, Mal Ciputra Jakarta menyuguhkan talkshow dengan tema “Kuliner Legendaris Indonesia di Mata Milenial” bersama pakar kuliner Indonesia William Wongso dan mewakili artis dari generasi milenial Indonesia Yuki Kato pada saat opening Kampoeng Legenda. [ACH/AJG]

Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 9 Agustus 2018.