Urap merupakan menu tradisional Indonesia yang berasal dari Jawa Kuno. Sajian ini biasa ditemui di daerah Jawa, seperti Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur.

Pada dasarnya, urap adalah menu sayuran rebus yang diolah dengan kelapa parut dan bumbu. Sebelum nama urap populer, makanan tersebut juga sempat disebut kuluban dan gudangan.

Berdasarkan sejarahnya, kuluban sudah ada sejak abad ke-10. Nama kuluban disebutkan dalam prasasti Linggasuntan yang berasal dari Kerajaan Medang. Kerajaan Medang disebut juga Kerajaan Mataram Kuno yang sempat berpusat di Jawa Tengah, lalu pindah ke Jawa Timur.

Meski kuluban terdengar cukup lampau, hingga saat ini, beberapa daerah, seperti Jepara, masih menyebut urap dengan nama kuluban.

Selain menjadi salah satu makanan tradisional yang tertua, urap juga memiliki filosofi. Kata “urap” berasal dari bahasa Jawa, yakni urip yang artinya hidup.

Setiap sayuran yang ada pada urap pun memiliki makna. Tauge melambangkan pertumbuhan dan kreativitas. Bayam berwarna hijau melambangkan kedamaian dalam hidup. Bumbu urap yang terbuat dari kelapa melambangkan semua orang hidup dapat menghidupi seluruh keluarga.

Digemari masyarakat

Dalam satu sajian urap, penikmatnya bisa mendapatkan makanan yang memiliki tekstur kompleks tapi nikmat. Cita rasanya cenderung gurih dengan hint pedas manis. Ini yang membuat urap digemari banyak orang.

Apalagi, urap dapat dikonsumsi dengan atau tanpa lauk. Tak hanya itu, urap juga biasa dijadikan pendamping makanan pokok, seperti nasi, jagung, dan singkong.

Saat ini, urap biasa ditemui di warung-warung makan. Namun, apakah nikmatnya berbeda jika kita menyantapnya di warung makan yang ada di wilayah Jawa?

Di Magelang, misalnya, ada satu warung yang menyajikan nasi urap, yakni warung Nasi Urap Bu Tutik. Warung nasi ini telah berdiri sejak 2011. Tutik membangun usaha ini untuk menambah pemasukan.

“Kan, suami mau pensiun, jadi saya bikin usaha untuk menambah pemasukan. Lalu, pada 2019, saya diajukan balai desa agar warung dapat dikategorikan sebagai usaha mikro kecil dan menengah (UMKM),” kata Tutik

Nasi Urap Bu Tutik terdiri atas nasi yang disajikan bersama urap. Isinya, sayur bayam, kelapa muda, kacang, tauge, kacang panjang, kol, wortel, lauk ikan asin layur, tempe, dan telur. Walaupun nasi urap Bu Tutik sangat lengkap, harga yang ditawarkan masih cukup terjangkau, yakni Rp 20.000 per porsi.

Karena memakai kelapa muda, urap yang disajikan di warung tersebut memiliki manis alami. Dimakan dengan nasi hangat, ah nikmatnya.

Jika penasaran dengan rasanya, Anda bisa langsung mengunjungi warung Nasi Urap Bu Tutik di Jalan Rambutan VI/05, Kalinegoro, Rt 07/06. Selain pergi langsung ke warungnya, nasi urap ini dapat dipesan melalui Whatsapp di nomor berikut https://wa.me/6285868880140.

Sebagai informasi, Nasi Urap Bu Tutik turut memeriahkan gelaran Borobudur Marathon 2023 Powered by Bank Jateng yang diselenggarakan pada Minggu (19/11/2023). Jika kebetulan hadir ke gelaran tersebut, jangan lupa mencicipinya ya. [Nur Melati Syamdani]

Artikel ini merupakan bagian dari Program kerja sama antara Bank Jateng dan Harian Kompas untuk Pawone Borobudur Marathon 2023.