Sinyal perbaikan kinerja ekonomi Indonesia mulai tampak semenjak kuartal II-2021, yang terlihat menguat di kuartal IV-2021. Momentum ini menjadikan tahun 2022 sebagai tahun kunci bagi pemulihan ekonomi Indonesia. Sasaran pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2–5,5 persen pada 2022 dapat dicapai dengan memastikan implementasi upaya pemulihan ekonomi dan reformasi struktural sesuai yang tercantum dalam Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2022.

Pada triwulan II 2021, Indonesia berhasil mencatatkan pertumbuhan ekonomi terakselerasi hingga 7,1 persen secara year on year (yoy), didorong oleh menguatnya seluruh komponen pengeluaran Produk Domestik Bruto (PDB) dan pertumbuhan positif semua lapangan usaha. Sektor industri pengolahan mengalami perbaikan yang signifikan, terutama didorong subsektor industri alat angkut yang dipicu oleh insentif Pajak Penjualan atas Barang Mewah, industri logam dasar yang mendukung program hilirisasi industri, industri kimia yang dipicu peningkatan produksi obat-obatan, serta industri makanan dan minuman yang sejalan dengan peningkatan produksi crude petroleum oil beserta turunannya.

“Pelaksanaan pembangunan selama masa pandemi Covid-19 yang berlangsung sejak Maret 2020, memberi pelajaran yang sangat berharga bagi bangsa Indonesia. Di tengah berbagai keterbatasan tersebut, Indonesia mampu bangkit dari kondisi yang membuat banyak negara di dunia mengalami krisis. Kondisi tersebut justru memberikan peluang untuk bangsa Indonesia berkreasi dan berinovasi dalam pemulihan ekonomi, serta menciptakan lompatan besar dengan melakukan reformasi di berbagai bidang, khususnya reformasi sistem kesehatan nasional, reformasi sistem perlindungan sosial, dan reformasi ketahanan bencana, serta menjadikan keterbatasan tersebut sebagai momentum dalam meningkatkan ketahanan di segala bidang. Selanjutnya, pemulihan ekonomi saja tidak cukup, bangsa Indonesia harus melakukan Transformasi Ekonomi agar ekonomi dapat tumbuh tinggi secara berkelanjutan,” urai Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa.

Walaupun akselerasi pertumbuhan ekonomi Indonesia sempat tertahan pada triwulan III 2021 seiring dengan meluasnya penyebaran Covid-19 varian Delta, pertumbuhan ekonomi tetap positif sebesar 3,51 persen dan indikator makroekonomi perlahan sudah menunjukkan pemulihan. Pengendalian pandemi Covid-19 yang semakin terarah, tecermin dari melandainya kurva penambahan kasus harian baru, pelonggaran kebijakan pembatasan aktivitas masyarakat di sebagian besar kabupaten/kota di Indonesia, serta proses vaksinasi harian yang terus mengalami peningkatan signifikan. Aktivitas masyarakat terpantau mengalami peningkatan sejak Agustus 2021 dan terus meningkat, bahkan beberapa aktivitas seperti kunjungan ke tempat belanja dan apotek serta kunjungan ke taman sudah kembali ke level sebelum pandemi.

Sejalan dengan hal tersebut, indikator-indikator konsumsi juga menunjukkan perbaikan. Indeks Ekspektasi Kondisi Ekonomi yang sempat berada di zona pesimistis, sudah mulai kembali ke zona optimis pada September 2021. Berdasarkan data dari Mandiri Spending Index, pada akhir triwulan III-2021, belanja masyarakat telah menunjukkan akselerasi ke periode sebelum pandemi, walau pada triwulan III 2021, belanja tersebut mengalami kontraksi sebesar 19,0 persen secara quarter to quarter. Namun, apabila dibandingkan dengan kuartal yang sama tahun sebelumnya, belanja masyarakat meningkat sebesar 8,0 persen (yoy). Secara spasial, dampak Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat/Level lebih dalam terjadi di Jawa, meski pemulihan juga relatif lebih cepat. Pasca-PPKM Darurat/Level, tingkat belanja terus meningkat di semua wilayah, kecuali Bali dan Nusa Tenggara yang masih terbatas.

Tingkat pemulihan ekonomi berbeda antar kelompok pendapatan. Dibanding kelompok menengah, kelompok pendapatan bawah diperkirakan akan pulih lebih lama, serta cenderung lebih selektif dalam melakukan pengeluaran, tercermin dari rendahnya pengeluaran di restoran. Kelompok menengah ke atas berpotensi untuk mendorong akselerasi pemulihan ekonomi Indonesia, mengingat kelompok menengah atas mendominasi 83 persen total pengeluaran. Lebih lanjut, berdasarkan data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), kelompok pendapatan menengah ke atas memiliki indeks IKK yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok pendapatan masyarakat lainnya pada triwulan III 2021.

Perbaikan ekonomi juga terlihat dari kinerja investasi. Dibandingkan dengan indikator pada triwulan II 2021, beberapa indikator investasi pada triwulan III 2021 menunjukkan perbaikan, seperti impor barang modal, penjualan alat berat, dan konsumsi semen. Pertumbuhan pada indikator tersebut tercatat masih cukup tinggi, masing-masing sebesar 16,0 persen, 53,6 persen, dan 147,3 persen pada triwulan III 2021. Pertumbuhan yang tinggi pada indikator investasi tersebut tidak terlepas dari peranan investasi publik yang tecermin dari peningkatan belanja modal pemerintah didorong oleh percepatan pelaksanaan proyek infrastruktur dasar dan infrastruktur konektivitas. Lebih lanjut, peningkatan harga komoditas juga telah berkontribusi pada peningkatan investasi, khususnya pada investasi kendaraan. Di sisi lain, walaupun industri manufaktur mengalami kontraksi sepanjang Juli dan Agustus 2021 yang tercermin dari penurunan Indeks Purchasing Managers’ Index Manufaktur, perbaikan kinerja di sektor ini mulai mengalami ekspansi sejak September, utamanya ditandai dengan kapasitas produksi yang masih berada di atas 70 persen.

Kebijakan fiskal yang responsif juga telah membantu upaya pemulihan ekonomi domestik. Defisit APBN yang diperkirakan sebesar 5,8 persen per PDB pada 2021, mendorong akselerasi pertumbuhan pada belanja barang dan modal sehingga mampu berkontribusi positif pada pertumbuhan ekonomi. Pemerintah juga terus melanjutkan komitmen penyaluran program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang bertujuan untuk melindungi, mempertahankan, dan meningkatkan perekonomian nasional. Hingga 19 November 2021, realisasi PEN mencapai 66,6 persen dari total pagu. Persentase realisasi terbesar berasal dari kluster insentif usaha, yaitu sebesar 99,4 persen, diikuti kluster perlindungan sosial sebesar 75,5 persen, program prioritas sebesar 64,0 persen, kesehatan sebesar 63,0 persen, serta dukungan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dan korporasi sebesar 50,4 persen dari total pagu. Di sisi lain, pemulihan juga ditandai meningkatnya realisasi pendapatan negara yang tumbuh terakselerasi sebesar 18,24 persen secara year to date (ytd) pada 31 Oktober 2021, seiring dengan peningkatan pertumbuhan penerimaan perpajakan senilai 17 persen (ytd) dan Penerimaan Negara Bukan Pajak senilai 25,20 persen (ytd).

Akselerasi ekspor diperkirakan akan terus berlanjut hingga akhir 2021, seiring dengan optimisme pemulihan global yang mendorong peningkatan barang-barang ekspor Indonesia. Nilai ekspor pada Oktober 2021 mencapai USD 22 miliar, naik sebesar 53,4 persen, didorong oleh peningkatan ekspor pada kelompok komoditas bahan bakar mineral. Kajian Bloomberg menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang diuntungkan dari kenaikan harga komoditas mengingat komoditas unggulan ekspor Indonesia berbasis sumber daya alam. Melihat perkembangan perekonomian terkini, outlook pertumbuhan ekonomi pada 2021 diperkirakan sebesar 3,8–4,0 persen.

Rencana Kerja Pemerintah 2022

Tema pembangunan tahun 2022 adalah Pemulihan Ekonomi dan Reformasi Struktural, yang diarahkan agar Indonesia dapat tetap berada pada jalur untuk mencapai Visi Indonesia 2045. Covid-19 telah menyebabkan trajectory pertumbuhan Indonesia keluar dari jalur, sehingga kembali menjadi negara berpendapatan menengah-bawah pada 2020, setelah sempat berhasil menjadi negara berpendapatan menengah-atas pada 2019. Pandemi Covid-19 telah mengajarkan Indonesia bahwa pertumbuhan berkualitas perlu didorong agar ekonomi dapat lebih tangguh dalam menghadapi tantangan ke depan. Untuk mencapai Visi Indonesia 2045, diperlukan pertumbuhan rata-rata sebesar 6 persen per tahun.

“Langkah kebijakan untuk memastikan terkendalinya pandemi Covid-19 masih menjadi prioritas dalam penyusunan perencanaan pembangunan. Program pemberian bantuan terhadap dunia usaha dan rumah tangga tetap dijalankan untuk mengakselerasi proses pemulihan ekonomi. Pemerintah kembali melanjutkan agenda reformasi struktural melalui perbaikan iklim investasi, reformasi kelembagaan, peningkatan riset dan inovasi, perluasan pembangunan infrastruktur, serta peningkatan kualitas sumber daya manusia,” ujar Suharso.

Sebagai strategi menghadapi tantangan dan risiko yang ada, sekaligus berkontribusi pada pencapaian Visi Indonesia 2045, Kerangka Ekonomi Makro 2022 akan diarahkan pada peningkatan investasi dan ekspor. Investasi diharapkan akan menciptakan lapangan pekerjaan yang lebih besar sehingga mampu mengurangi dampak Covid-19 pada sisi ketenagakerjaan. Sementara itu, peningkatan ekspor akan mengurangi tekanan defisit transaksi berjalan seiring dengan akselerasi pemulihan ekonomi domestik. Pada akhirnya, investasi dan ekspor akan meningkatkan kapasitas produktif pada perekonomian yang sempat turun karena dampak krisis Covid-19 melalui peningkatan stok kapital dan produktivitas.

Pemulihan ekonomi tahun 2022 akan menitikberatkan pada dua pilar: (i) pemulihan daya beli dan usaha serta (ii) diversifikasi ekonomi. Sementara itu, reformasi struktural akan fokus pada reformasi iklim investasi, reformasi kelembagaan dan tata kelola, serta reformasi peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) dan perlindungan sosial. Tema RKP 2022 ini kemudian dijabarkan ke dalam tujuh prioritas nasional. Pertama, memperkuat ketahanan ekonomi untuk pertumbuhan berkualitas dan berkelanjutan. Kedua, mengembangkan wilayah untuk mengurangi kesenjangan dan menjamin pemerataan. Ketiga, meningkatkan sumber daya manusia berkualitas dan berdaya saing. Keempat, revolusi mental dan pembangunan kebudayaan. Kelima, memperkuat infrastruktur untuk mendukung pengembangan ekonomi dan pelayanan dasar. Keenam, membangun lingkungan hidup, meningkatkan ketahanan bencana, dan perubahan iklim. Ketujuh, memperkuat stabilitas politik, hukum, pertahanan, dan keamanan dan transformasi pelayanan publik. Strategi kebijakan tersebut semuanya diarahkan tidak hanya kembali ke tingkat sebelum krisis, tetapi mampu tumbuh lebih kuat dan berkualitas.

Sasaran Pembangunan Nasional 2022

Pemerintah menetapkan sasaran pertumbuhan ekonomi Indonesia 2022 adalah sebesar 5,25,5 persen. Angka ini bukanlah asumsi pertumbuhan ekonomi. Sasaran pertumbuhan ekonomi merupakan agregasi dari hasil berbagai program pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah dan non-pemerintah, melalui kolaborasi yang sinergis antarpelaku kepentingan untuk mencapai sasaran pertumbuhan ekonomi tersebut. Perlu dibedakan antara asumsi pertumbuhan ekonomi dengan sasaran pertumbuhan ekonomi, karena asumsi biasanya berdasarkan pada skenario ­dasar (baseline scenario) dengan maksud untuk dijadikan dasar bagi perhitungan indikator ekonomi lainnya. Sementara itu, sasaran pertumbuhan ekonomi merupakan skenario perencanaan (planning scenario) dan merupakan salah satu target pembangunan  yang harus dicapai dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia secara efektif. Pada tahun 2022, sasaran pertumbuhan ekonomi ini dicapai dengan upaya Pemulihan Ekonomi dan Reformasi Struktural. Dengan sasaran pertumbuhan ekonomi tersebut, gross national income per kapita (Atlas Method) Indonesia akan meningkat menjadi 4.360–4.470 dollar AS pada 2022, membawa kembali Indonesia ke dalam kategori upper-middle income countries.

Akselerasi pertumbuhan ekonomi tersebut ditopang meningkatnya investasi dan ekspor barang dan jasa, yang masing-masing diperkirakan tumbuh sebesar 5,4–6,3 dan 5,1–5,5 persen. Peningkatan investasi dan ekspor akan meningkatkan kapasitas produktif dan produktivitas perekonomian, yang sempat turun karena dampak Covid-19. Penciptaan lapangan pekerjaan juga semakin meningkat sehingga dapat mengurangi jumlah tenaga kerja yang menganggur. Meningkatnya ekspor juga akan mengurangi tekanan defisit transaksi berjalan.

Konsumsi masyarakat juga diperkirakan mengalami rebound, tumbuh mencapai 5,1–5,3 persen seiring dengan daya beli masyarakat yang meningkat dan tingkat inflasi yang terjaga. Faktor lain yang akan mendorong peningkatan konsumsi masyarakat adalah revenge spending, seiring dengan pulihnya tingkat keyakinan masyarakat, terutama kelompok kelas menengah ke atas. Dalam masa pandemi Covid-19, tabungan masyarakat kelompok ini menunjukkan peningkatan, tetapi menahan konsumsinya seiring dengan ketidakpastian penyelesaian Covid-19. Ketika Covid-19 terkendali, tabungan masyarakat yang tinggi akan menjadi sumber bagi peningkatan konsumsi masyarakat.

Konsumsi pemerintah diperkirakan tumbuh relatif lambat, 3,2–4,4 persen, tetapi diharapkan tetap dapat memberi dorongan pada pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan konsumsi pemerintah didukung kebijakan fiskal yang akomodatif meski pada saat yang bersamaan, secara bertahap, melakukan proses konsolidasi. Konsumsi pemerintah yang relatif melambat salah satunya didorong oleh realokasi belanja ke belanja yang lebih produktif.

Impor barang dan jasa diperkirakan akan tumbuh 4,5–5,1 persen, mencerminkan aktivitas ekonomi domestik yang menguat. Peningkatan impor juga didorong oleh meningkatnya impor jasa seiring pulihnya aktivitas ekspor dan impor, serta perjalanan ke luar negeri.

Dari sisi lapangan usaha, sektor industri pengolahan diharapkan menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi. Sektor industri mampu pulih karena didorong oleh aktivitas produksi yang kembali menuju tingkat normal dan tren pertumbuhan positif beberapa subsektor esensial selama pandemi, seperti industri makanan, minuman, dan farmasi. Sementara itu, sektor-sektor yang terkena dampak paling dalam dari pandemi seperti akomodasi dan makan minum, transportasi dan pergudangan, serta perdagangan diharapkan dapat pulih sejalan dengan kembali normalnya kondisi global dan domestik. Adapun sektor pertanian dan informasi dan komunikasi, sebagai sektor esensial dalam memenuhi kebutuhan masyarakat, tetap akan tumbuh positif. Sektor pertambangan diperkirakan akan pulih, karena peningkatan harga komoditas di pasar internasional dan beroperasinya smelter nikel dan alumina. Sektor konstruksi diperkirakan pulih ke level sebelum pandemi dengan didukung peningkatan pembangunan infrastruktur.

Kondisi makro yang menguat dan stabil pada 2022 diiringi oleh peningkatan kualitas pertumbuhan berkelanjutan. Tingkat Kemiskinan dan Tingkat Pengangguran Terbuka pada 2022 diharapkan turun, masing-masing menjadi 8,5–9,0 dan 5,5–6,3 persen. Rasio gini pun ditargetkan turun menjadi 0,376–0,378. Seiring dengan itu, kesejahteraan masyarakat diharapkan meningkat, diindikasikan oleh meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia menjadi 73,41-73,46. Dalam rangka mendukung upaya menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) hingga sebesar 41 persen pada 2030, penurunan GRK pada 2022 ditargetkan sebesar 26,87 persen. Kebijakan peningkatan kinerja sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan diharapkan dapat menjaga tingkat kesejahteraan petani dan nelayan, yang ditunjukkan oleh indikator Nilai Tukar Petani sebesar 103–105 dan Nilai Tukar Nelayan pada kisaran 104–106. [*]