/CERITA.
Oleh : Febrian
Nusa Penida, sebuah pulau kecil yang masih termasuk Provinsi Bali, mulai banyak dilirik wisatawan, termasuk saya. Tapi, sampai saat ini memang masih lebih banyak turis asing dibanding turis dalam negeri yang berkunjung. Hanya sekitar 30 menit dari Bali menggunakan kapal cepat, juga banyak tempat indah yang belum banyak terjamah, mungkin menjadi alasan Nusa Penida mulai banyak dikunjungi wisatawan.
Menurut saya, satu atau dua hari tidak cukup untuk bisa mendatangi semua tempat yang ada di sini. Ada dua pilihan untuk mengitari pulau ini, bisa dengan sepeda motor atau mobil. Di setiap dermaga di Nusa Penida banyak tempat penyewaan mobil dan sepeda motor yang tersedia, jadi tidak perlu khawatir.
Berikut adalah beberapa tempat yang saya singgahi ketika berkunjung ke pulau ini. Pantai Kelingking atau yang lebih dikenal dengan Karang Dawa oleh penduduk lokal. Tempat ini sangat terkenal dengan pemandangan indah pantainya yang jika dilihat dari atas berbentuk menyerupai bagian kepala seekor dinosaurus. Kita juga bisa turun ke bawah, tapi perjalanan ke bawah menuju pantainya memang masih sulit medannya. Menurut saya, masih belum cukup aman untuk orang yang belum biasa tracking.
Berikutnya adalah Pantai Atuh. Pantai ini biasanya lebih banyak dikunjungi wisatawan ketika pagi hari sampai siang hari karena letaknya yang ada di timur tempat matahari terbit di pagi hari. Di area pantai ini airnya sangat jernih dan ombak yang tidak terlalu besar. Jadi, paling cocok memang untuk bersantai sambil minum kelapa muda. Tempat ini juga terkenal dengan sebuah batu karang besar yang terdapat lubang yang besar di tengahnya seperti terowongan.
Tempat yang sempat saya kunjungi juga adalah Mata Air Guyangan. Untuk mencapai lokasi ini memang sangat dibutuhkan kondisi tubuh yang fit dan juga kesabaran tinggi karena mata air ini terletak berada di bawah tebing yang letaknya hampir mendekati permukaan air laut. Saat berendam di mata air ini, kita bisa langsung melihat pemandangan laut lepas yang keindahannya sangat menghipnotis.
Sebenarnya sangat banyak tempat indah lain di Nusa Penida yang bisa dikunjungi. Namun, waktu saya di sini sangat terbatas, jadi tidak banyak tempat yang saya kunjungi. Tips yang bisa saya berikan jika mau berkunjung ke Nusa Penida, antara lain tidak membawa koper—lebih baik membawa tas yang nyaman seperti ransel, menggunakan sepatu sandal karena banyak medan yang agak terjal, membawa kamera untuk mengabadikan momen-momen di tempat yang indah, dan jangan lupa untuk membawa sunblock karena sinar mataharinya cukup menyengat dan bisa membuat kulit terbakar.
Jadi, tunggu apalagi? Segera tentukan waktu untuk datang ke Nusa Penida. Selamat jalan-jalan, semoga kita berpapasan!
Foto-foto : Febrian
Instagram : @_febrian
www.ceritafebrian.com
/LITERASI.
Bukan Bali Biasa
Oleh Clarasia Kiky
Bepergian sendirian kerap saya jadikan pilihan, terutama ketika ingin memperkaya pengalaman dan menambah teman. Saya melakoninya pada 2015 dan 2016 di Ubud, Bali. Bali yang ramai dan begitu mainstream menjadi istimewa bila acara bepergian memiliki tujuan spesifik, salah satunya menjadi sukarelawan festival.
Ubud Writers and Readers Festival tentu sudah tidak asing lagi. Perhelatan literasi terbesar ketiga di dunia dan pertama di Asia Tenggara ini memberikan banyak pengalaman menyenangkan. Salah satunya menjadi bagian dari tim untuk memastikan lokakarya berjalan dengan baik serta memandu penulis-penulis nasional dan internasional pilihan untuk berkeliling di festival dan tempat-tempat lain sekitar Ubud.
Foto-foto dokumen pribadi.
/CUTTING EDGE.
“Restart” Pikiran
Oleh : Windy Widiati
Barre instructor
Keseharian tinggal di Jakarta yang penuh dengan gedung dan terlalu akrab dengan macet membuat tubuh kurang sehat jika terlalu lama berada di ibu kota ini. Menyambangi tempat yang punya keindahan alam bisa menjadi pelipurnya.
Pai, Thailand bagian utara, menjadi salah satu tempat mengasingkan diri. Sengaja menyepi menjelang akhir tahun 2016, saya mengunjungi kota kecil di pegunungan yang punya banyak tempat makan vegetarian dan vegan ini. Setiap hari saya berjalan kaki keliling kota. Siang hari latihan Muay Thai, malamnya latihan yoga.
Kelas yoga diadakan di atas rumah panggung tua di tengah hutan di samping sungai, menciptakan suasana yang amat damai selama latihan. Jauh dari hiruk-pikuk, pikiran saya ibaratnya komputer yang di-restart. Setelah selesai rasanya ringan, badan maupun pikiran. Setelah itu, lanjut jalan-jalan lagi keliling gunung-gunung itu dengan menggunakan motor.
Meski sehari-hari disibukkan sebagai instruktur barre, yoga tetap menjadi panggilan jiwa saya. Beberapa waktu terakhir saya pun selalu menyempatkan diri berkunjung ke studio ashtanga yoga di tempat-tempat yang saya kunjungi. Bahkan saat di Moskwa, menembus salju dan jalanan licin, menerka arah dengan petunjuk jalan dalam huruf Cyrillic, saya pun berangkat ke studio yoga.
Foto-foto dokumen Windy Widiati.
Instagram : Windy.Widiati
/KOLEKTIF.
Asyiknya “Nongkrong” sambil Berendam
Tidaklah berlebihan apabila Bandung, Jawa Barat, disebut sebagai kota kreatif. Warga Kota Parahyangan ini tak pernah berhenti menyuguhkan karya-karya unik. Tak hanya seni atau budaya–yang biasa kita lihat di sepanjang Jalan Asia Afrika pada malam hari. Untuk urusan tempat nongkrong, mereka menawarkan beragam pilihan menarik yang sulit didapat.
One Eighty. Ya, kafe yang berada di Jalan Ganesha ini, contohnya. Selain bisa menikmati santapan lezat, baik minuman panas, dingin, camilan, ataupun makanan “berat”, pengunjung bisa menikmati asyiknya nongkrong sambil berendam.
Tentu saja, berendam yang dimaksud bukan berada di kolam renang dengan air mencapai ketinggian 2 meter, melainkan berada di dalam kolam dengan ketinggian air hanya sedikit di bawah betis orang dewasa.
Di kolam ini, tertata meja kursi kayu berangka besi yang di sekelilingnya terdapat tanaman rambat hijau. Tak hanya pagi atau siang, pada malam hari pun tempat ini begitu ramai. Angin sepoi-sepoi yang berpadu pencahayaan memukau ini semakin menciptakan sensasi tersendiri. Wajar, bila kafe ini menjadi tempat yang tepat bercengkrama atau sekadar melepas lelah setelah beraktivitas.
Ada beberapa minuman yang ditawarkan, mulai dari espresso, hot flavour tea, piccolo late, manual brew, butter scotch coffee, hingga hot butter scotch chocolate. Untuk makan “berat”, kita juga mendapatkan pilihan beragam, contohnya piza dan sandwich. Quatro carni atau tuna sandwich yang disajikan dengan keripik kentang crispy layak dicoba.
Sementara itu, bagi yang ingin bersantap, tetapi tidak mau berendam, kafe ini memiliki 2 lantai yang bisa dijadikan pilihan. Menariknya lagi, setiap Selasa dan Rabu malam, pengunjung bisa menyaksikan pertunjukan musik. Penasaran? [BYU]
Foto-foto Iklan Kompas/Egbert Siagian