Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Megawati Soekarnoputri menegaskan kembali makna penting bendera pusaka dalam gelaran Penyerahan Duplikat Bendera Pusaka kepada Gubernur Seluruh Indonesia, di Balai Samudera, Jakarta, Senin (5/8/2024).

Dalam pidatonya, Megawati menekankan bahwa pemahaman akan nilai sejarah dan semangat yang terkandung dalam bendera pusaka harus terus disebarluaskan kepada generasi muda.

Presiden Ke-5 Republik Indonesia tersebut juga mengurai sejarah perjuangan bendera pusaka yang dimulai ketika Fatmawati Soekarno, ibunda Megawati, menjahitnya pada Oktober 1944. Kala itu, Fatmawati tengah mengandung anak pertamanya, Guntur Soekarnoputra. Bendera Merah Putih yang dijahit dengan penuh ketelitian ini kemudian dikibarkan pada 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta, saat Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Setelah proklamasi, Jakarta mengalami situasi darurat yang memaksa Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta pindah ke Yogyakarta pada 3 Januari 1946, membawa serta bendera pusaka.

“Kalau tidak ada proklamasi, tidak ada bendera, kita tidak akan diakui sebagai suatu bangsa. Itu yang harus disebarluaskan,” tegas Megawati.

Baca juga: BPIP Gaungkan Persahabatan dan 14 Sikap Etika dalam Bermedsos

Salah satu gubernur yang hadir menerima duplikat bendera pusaka dalam acara tersebut adalah Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X. Selain duplikat bendera pusaka, Sri Sultan menerima salinan teks proklamasi dari Wakil Ketua Dewan Pengarah BPIP Try Sutrisno dan naskah pidato 1 Juni 1945 dari Sekretaris Dewan Pengarah BPIP Wisnu Bawa Tenaya.

Refleksi sejarah bangsa

Pertemuan antara Megawati dan Sri Sultan merefleksikan sejarah panjang bangsa Indonesia yang turut dibangun oleh dua keluarga pahlawan. Soekarno, sebagai proklamator kemerdekaan; dan Fatmawati, penjahit bendera Merah Putih pertama, merupakan simbol perjuangan dan pengorbanan dalam merebut kemerdekaan Indonesia.

Di sisi lain, Sri Sultan Hamengku Buwono IX, ayah dari Sri Sultan Hamengku Buwono X, memiliki peran penting dalam tegaknya negara kesatuan RI. Ia memberikan saran untuk memindahkan ibu kota ke Yogyakarta dan menjadi Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta yang pertama setelah Indonesia merdeka.

Sri Sultan Hamengku Buwono IX juga mengemban berbagai jabatan penting dalam pemerintahan, mulai dari menteri negara hingga wakil presiden. Kontribusi besarnya dalam pembangunan dan pembentukan kebijakan negara sangat berarti bagi Indonesia. Kedua keluarga pahlawan ini menunjukkan bahwa pengorbanan dan dedikasi adalah kunci dalam membangun dan mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia.

Dalam acara ini, Megawati juga mengingatkan pentingnya menjaga dan merawat nilai-nilai sejarah yang terkandung dalam bendera pusaka. Bendera ini tidak sekadar selembar kain, tetapi juga simbol dari keberanian, perjuangan, dan pengorbanan para pahlawan yang telah berjuang demi kemerdekaan.