Tak dapat dimungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi.

Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik, sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.

Menyikapi hal itu, Kominfo menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tajuk “Trend Pekerjaan di Era Digital”. Webinar yang digelar pada Senin, 19 Juli 2021 di Kabupaten Tangerang, ini diikuti oleh puluhan peserta secara daring.

Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Muhammad Iqbal (comic artist dan ilustrator), Tutik Rachmawati PhD (Director of Center for Public Policy dan Management Studies Unpar), Dr Bevaola Kusumasari MSi (Dosen Fisipol UGM), dan Dr Putu Eka Trisna Dewi SH MH (Dosen Universitas Ngurah Rai).

Tema yang dibahas oleh masing-masing narasumber meliputi digital skills, digital ethics, digital culture, dan digital safety. Muhammad Iqbal membuka webinar dengan mengatakan, pandemi membuat kerja di rumah jadi dimaklumi. Selain itu, jumlah freelancer yang meningkat dan muncul platform freelance di bidang kreatif seperti Fiver, Flexjobs, Dribble, atau bidang teknis, administrasi, hingga manajemen dan konsultasi.

“Dunia kerja terimbas pandemi dan terjadi pengungsian digital. Kini, media sosial juga dapat digunakan sebagai platform profesional. Seperti Webspace, Profil, Cross post, Time stamp, dan Statik,” ujarnya.

Iqbal menambahkan, dalam mengelola media sosial perlu direncanakan seberapa sering membuat posting-an. Lalu prioritas pada muatan, bukan sekedar tampilan. Komunikasi yang lebih manusiawai serta konten dengan porsi sekali gigit.

Tutik Rachmawati ikut menjelaskan, saat ini teknologi berubah cepat, sehingga sulit meramalkan jenis pekerjaan baru di masa depan. “Sebaiknya tetap fokus pada pengembangan kecerdasan emosi dan ketangguhan mental.”

Tutik menyebut, pendidikan sekarang mungkin tidak lagi relevan untuk tahun 2050 (pendidikan terlalu menjejali murid dengan banyak informasi/pengetahuan). Jenis pekerjaan baru muncul, jenis pekerjaan lama tidak lagi dibutuhkan.

Pada 2050 diprediksi kecerdasan buatan (artificial intelligence) akan menggantikan pekerjaan yang butuh intuisi seperti chef, psikolog, bankir, sampai pengacara. “Jenis pekerjaan baru di masa depan seperti data analyst, product designers and creators of commercial content health care asistant, digital security guard, hingga robot maintenance,” paparnya.

Bevaola Kusumasari turut menerangkan, dunia tengah memasuki era revolusi industri 4.0 dan automatisasi dilakukan oleh mesin tanpa memerlukan tenaga manusia dalam pengaplikasiannya. “Kita harus pandai dan jeli memanfaatkan teknologi digital untuk menangkap peluang usaha baru. Era digital menghadirkan banyak inovasi baru, seperti internet of things (IoT), big data analytics, location detection technologies, 3D printing, smart censor, dan multilevel customer interaction.”

Ia menambahkan, persaingan di bidang ide-ide kreatif dan penguasaan teknologi digital menjadi salah satu kunci sukses. Penerapan konten kreatif lokal dengan jeli di era digital dapat menjadi sumber inspirasi.

Para pelaku industri maupun generasi muda perlu memperluas wawasan dan mengasah keterampilan sehingga dapat menghasilkan konten yang bagus, menarik, dan memiliki nilai jual. Menurutnya, dalam menulis konten digital bisa dilakukan dengan konten inspiratif, edukatif, informatif, dan menghibur.

Sebagai pembicara terakhir, Putu Eka Trisna memaparkan, electronic commerce atau e-commerce adalah kegiatan bisnis yang menyangkut konsumen, manufaktur, services provider, dan pedagang perantara dengan menggunakan jaringan-jaringan komputer yaitu internet.

E-commerce merupakan suatu transaksi komersial yang dilakukan antara penjual dan pembeli atau dengan pihak lain dalam hubungan perjanjian yang sama untuk mengirimkan sejumlah barang, pelayanan, atau peralihan hak,” ucapnya.

Transaksi komersial ini terdapat di dalam media elektronik (media digital) yang secara fisik tidak memerlukan pertemuan para pihak. Adapun kelebihan bisnis online yakni mudah dilakukan, jangkauan lebih luas, proses lebih cepat, membuka lapangan pekerjaan, dan efisien.

Sementara kekurangan bisnis online, yakni tidak bisa bekerja tanpa koneksi internet, rawan dibohongi atau ditipu suplier, sistem dropship tapi tidak sampai ke konsumen, harus sabar karena banyak konsumen yang hanya bertanya tanpa membeli, dibanding-bandingkan dengan online shop lain, omset menurun jika tidak up to date.

Salah satu peserta bernama Rendy berpendapat, jika tren pekerjaan saat ini seluruhnya terhubung dengan dunia digital, lalu bagaimana anak muda yang pendidikannya seperti mesin, otomotif, dan listrik. “Apakah sulit untuk mendapatkan pekerjaan? Karena saat ini terlalu banyak orang bekerja tidak sesuai dengan kemampuannya.”

Menjawab hal tersebut Iqbal menjelaskan, dengan perkembangan teknologi yang akhirnya tergitalisasi, bidang-bidang konvensional bisa masuk juga ke digital. “Efeknya, lebih banyak mendapat kesempatan dikenal oleh orang banyak. Contohnya seperti Go-mekanik, masyarakat dapat mengakses layanan montir yang bisa memperbaiki kendaraan dengan cukup mengakses aplikasi nanti montir tersebut akan datang ke tempat pemesan.”

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kabupaten Tangerang. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]