Tak dapat dimungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi.

Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik, sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.

Menyikapi hal itu, maka baru-baru ini Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tema “Bijak Bermedia Digital”. Webinar yang digelar pada Jumat (17/9/2021) di Kabupaten Tangerang, diikuti oleh puluhan peserta secara daring.

Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Sumedi – Praktisi Pengembangan Website, Puji F Sussanti – Founder Rempah Karsa, Akhmad Nasir, S.Sos – Direktur DOT Studio dan Sri Astuty, S.Sos, M.Si – Staf Pengajar Universitas Lambung Mangkurat, Japelidi.

 

Bernetiket

Tema yang dibahas oleh masing-masing narasumber meliputi digital skills, digital ethics, digital culture, dan digital safety. Sumedi membuka webinar dengan mengatakan, level dasar kecakapan digital kewarganegaraan digital (digital citizenship) yaitu bisa menggunakan media dan teknologi digital yang aman, bertanggung jawab, dan beretika.

“Masyarakat harus bijak dalam artian selalu menggunakan akal budinya, dan pandai serta hati-hati menyikapi masalah,” tuturnya. Adapun jenis-jenis resiko bermedia digital, antara lain pencurian data, pemerasan, pengambil alihan akun dan penggandaan akun.

Beberapa tips bermedia digital yakni tinggalkan jejak digital yang baik, cek fakta, saring sebelum sharing. Atur privasi di akun media sosial, gunakan password yang rumit, jangan unggah dokumen pribadi, dan gunakan 2-step authentication.

Akhmad Nasir menambahkan, dalam survei Digital Civility Index (DCI) untuk mengukur tingkat kesopanan digital global, Indonesia menduduki peringkat paling bawah di kawasan Asia Tenggara. Dari total 32 negara yang disurvei pun Indonesia menduduki peringkat bawah, yakni urutan ke-29.

“Kita harus bernetiket, artinya adalah tata krama dalam menggunakan internet. Masyarakat haruslah bernetiket dalam bermedia digital, karena kita semua manusia bahkan sekalipun saat berada di dunia digital, jadi ikutilah aturan seperti dalam kehidupan nyata,” ujarnya.

 

 

Berlaku etis

Selain itu, penggunaan internet berasal dari bermacam negara yang memiliki perbedaan bahasa, budaya dan adat istiadat. Lalu, berbagai fitur dalam internet memungkinkan kita berlaku etis atau tidak etis.

“Kenali dan jauhi konten-konten negatif, seperti contohnya hoaks, perundungan online (cyberbullying), ujaran kebencian, konten pornografi, kekerasan seksual, plagiarisme, pelanggaran privasi. Social media itu jendela kecil untuk menafsir siapa kita. Rawatlah demi masa depan yang lebih baik,” katanya.

Puji F Sussanti menjelaskan, kita harus berkomunikasi dengan baik antarsesama. Penting bagi seluruh generasi memahami adanya mindful communication di dunia digital. Mindful communication merupakan komunikasi penuh perhatian yang melibatkan penerapan prinsip-prinsip perhatian dalam berhubungan dengan sesama.

“Prinsip-prinsip ini meliputi menetapkan niat, hadir sepenuhnya, tetap terbuka, tidak menghakimi, dan berhubungan dengan penuh belas kasih, empati, dan simpati,” tuturnya. Kompetensi digital culture individu, menyadari bahwa saat memasuki era digital, otomatis dirinya menjadi warga negara digital.

“Saatnya menjadikan media digital sebagai sarana bagi kita melestarikan dan mempraktikkan budaya masyarakat yang baik sesuai jati diri bangsa dengan membuat dan menyebarkan konten yang positif, praktikkan cinta Tanah Air dalam ruang digital, promosikan gaya hidup berkualitas, saling menghargai, dan santun serta bermartabat,” jelasnya.

 

Ancaman

Sebagai pembicara terakhir, Sri Astuty mengatakan, menurut laporan lembaga Check Point, Software Technologies Inc., Indonesia saat ini menjadi negara ketiga yang paling ditarget dalam ancaman digital security setelah Amerika Serikat dan India.

Industri finansial atau keuangan serta data diri menjadi sektor yang paling rentan terhadap ancaman digital security. Persoalannya adalah teknologi itu hanya dapat memitigasi gejala-gejala yang muncul dalam kekacauan informasi, tetapi tidak menyasar akar masalahnya.

“Kecenderungan kita untuk mempercayai mentah-mentah apa yang kita baca di internet dan kegagalan kita untuk memverifikasinya, ini yang seharusnya diatasi. Pentingnya keamanan digital yaitu, kemampuan individu dalam mengenali, mempolakan, menerapkan, menganalisis, dan meningkatkan kesadaran keamanan digital dalam kehidupan sehari-hari,” ujarnya.

Dalam sesi KOL, Tyra Lundy mengatakan, literasi digital lebih ke kecakapan dalam menggunakan digital, supaya kita bisa menjadi pribadi yang cerdas dan pribadi yang pintar. “Agar wawasan kita semakin luas, karena jika wawasan sudah luas maka orang tersebut pasti bijak dalam berkomentar atau membuat konten,” katanya.

Dalam webinar ini, para partisipan yang hadir juga dipersilakan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Endro Sidik menanyakan tentang cara menanamkan kecakapan digital kepada generasi muda agar selalu bijak bermedia sosial.

“Salah satunya dengan ikut kegiatan seperti ini literasi digital, adalah menjadikan kita lebih baik, dan beritahukan juga bahwa didunia digital ada hukum-hukum yang membatasi diri kita, untuk anak dibawah umur tetap harus adanya pendampingan dari orang tua atau orang yang lebih dewasa, agar anak- anak bisa tetap mengakses dunia digital dengan tetap baik dan aman,” jawab Sumedi.

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kabupaten Tangerang. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui Instagram @siberkreasi.dkibanten dan @siberkreasi.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, terutama kepada Kominfo. Mengingat program literasi digital ini hanya akan berjalan dengan baik dan mencapai target 12,5 juta partisipan, jika turut didukung oleh semua pihak.