Internet telah terkonseptualisasi sedemikian rupa sehingga menjadi forum untuk kebebasan berekspresi dengan potensi yang hampir tanpa batas bagi tiap-tiap individu sebagai suatu cara untuk mengekspresikan jati dirinya dan menerima ekspresi dari jati diri orang lain. Sebagai pengguna media digital, kita harus mampu melawan kabar bohong dengan melakukan verifikasi informasi pada sumber yang valid. Caranya adalah bisa mengakses laman resmi dari media-media arus utama yang sudah melakukan proses pemeriksaan fakta atas informasi tersebut. Selain itu, kita juga harus pahami maksud informasi yang kita terima dengan melakukan seleksi dan identifikasi dari informasi yang kita terima. Sebaiknya jangan asal menyebarkan pesan tanpa memastikan kebenarannya terlebih dulu. Sayangnya pada realitanya hal tersebut masih sering dilakukan oleh para pengguna media digital.
Menyikapi hal itu, maka lembaga Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dalam menggelar webinar dengan tajuk “Memahami Batasan Dalam Kebebasan Berekspresi di Dunia Digital”. Webinar yang digelar pada Senin, 1 November 2021, pukul 09.00-11.30 diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.
Dalam forum tersebut hadir Bonny Prasetia Ajisakti (Program Director Swaragama Group & Sekjen Forum Diskusi Radio Indonesia), Mikhail Gorbachev Dom (Peneliti Institut Humor Indonesia Kini), Eva Yayu Rahayu (Konsultan SDM, Praktisi Keuangan & IAPA), Andrea Abdul Rahman Azzqy, SKom, M.Si., M.Si. (Han) (Dosen Universitas Budi Luhur Jakarta), dan drg. Stephanie Cecillia, MIkom. (Puteri Indonesia DKI Jakarta 1) 2020 selaku narasumber.
Dalam pemaparannya, Andrea Abdul Rahman Azzqy, SKom, MSi, MSi (Han) menyampaikan informasi penting bahwa “Internet memang merupakan sarana untuk mewujudkan kebebasan berpendapat dan kebebasan berekspresi, tetapi perlu ditegaskan bahwa kebebasan berpendapat atau kebebasan berekspresi melalui media manapun tidak pernah sebebas-bebasnya tanpa batas dan etika. Kebebasan berpendapat dibatasi oleh hak-hak orang lain untuk diperlakukan secara layak dan adil, hak-hak setiap orang untuk mendapati ruang publik yang beradab dan menyejukkan. Kunci aman berekspresi di dunia digital yaitu dengan mempertimbangkan konsekuensi dan risikonya. Selain itu juga perbesar lingkaran pergaulan untuk melihat sisi atau argumen yang berbeda. Miliki sikap dan akhlak yang luhur, serta teruslah mengasah kemampuan berkomunikasi.”
drg Stephanie Cecillia, MIkom. selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa kita ke depannya sudah dihadapkan dengan ekonomi digital, dan sebagainya. Terkait dengan itu, sudah terindikasi bahwa banyak industri yang membutuhkan kecakapan digital, maka dari itu sangat perlu memiliki kecakapan digital dengan baik. Ruang digital ada positif dan negatifnya, tergantung bagaimana caranya meningkatkan growth mindset. Kalau kita sudah cakap digital, kita bisa mentransfer energi kita ke hal-hal yang positif, tergantung dari bidang kita masing-masing. Kalau kecakapan digital ini sudah bisa diaplikasikan, sudah pasti Indonesia akan lebih maju ke depannya. Masa depan bangsa betul-betul bergantung dengan masyarakat kita yang cakap digital. Ia ingatkan juga bahwa ketika ingin menyampaikan informasi, harus saling menghargai orang lain seperti kita ingin dihargai oleh orang lain juga. Kedewasaan seseorang tidak bisa diidentifikasikan dari usia, tetapi tergantung bagaimana kita bisa menjaga attitude di internet.”
Para partisipan yang hadir juga dipersilahkan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Krisna Tri Atmaja menyampaikan pertanyaan “Bagaimana tips untuk kita sebagai generasi muda untuk mengedukasi orang yang lebih tua yang baru mengenal dunia digital dengan bahasa atau pemaparan yang sopan?”
Pertanyaan tersebut pun dijawab dengan lugas oleh Mikhail Gorbachev Dom, bahwa “Saat ini bukan hanya anak-anak saja tetapi orang tua juga harus mulai cakap digital, apalagi orang terdekat kita. Berikan informasi pembanding kepada orang tua apalagi kalau sudah terbukti menyebarkan hoaks; kita coba cek lalu beritahu berita benarnya, jadi biar dia yang membaca dan memutuskan kalau informasi yang disebar itu salah. Jangan di-push dan judge, tapi berikan informasi benarnya. Kesalahannya hanya kurangnya literasi digital, dan kita bisa atasi dengan memberikan informasi pembandingnya.”
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Timur. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten. Juga, bagi yang ingin mengetahui tentang Gerakan Nasional Literasi Digital secara keseluruhan bisa ikuti akun Instagram @siberkreasi.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.