Seperti halnya interaksi di ruang nyata, ruang yang tersedia di media sosial dihuni oleh jutaan orang dengan beragam karakter, latar belakang budaya, dan pendidikan yang berbeda-beda. Media sosial menjadi tempat interaksi dan komunikasi tanpa batas dan juga menjadi sarana untuk menyampaikan ekspresi ketika saluran komunikasi dalam kehidupan nyata tersumbat.

Di sisi lain, platform media sosial menyediakan seperangkat cara untuk menyembunyikan identitas ataupun menyembunyikan penyampai pesan. Pengguna media sosial memiliki ruang yang setara dan sejajar dalam menyampaikan informasi, bahkan termasuk informasi yang tergolong menyesatkan. Literasi digital yang masih rendah terhadap penggunaan media menyebabkan penggunanya masih sering melakukan penyebaran hoaks, ujaran kebencian, cyberbullying, dan lain sebagainya.

Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dalam menggelar webinar dengan tajuk “Menjadi Netizen Pejuang, Bersama Lawan Hoax”. Webinar yang digelar pada Rabu (4/8/2021) pukul 13:00-15:30 diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.

Dalam forum tersebut hadir Trisno Sakti Herwanto, S.I.P., M.P.A. (IAPA), Mochamad Azis Nasution (Pemimpin Redaksi Channel9.id), Iqbal Syafrudin (Dosen PPKN Universitas Negeri Jakarta), Fransiska Desiana Setyaningsih, M.Si. (Dosen Unika Widya Mandira Kupang & Japelidi), dan Sheila Siregar (Presenter & Communications Specialist) selaku narasumber.

Ciri hoaks

Dalam pemaparannya, Trisno Sakti Herwanto, S.I.P., M.P.A. menyampaikan, “Kita perlu mengenal dan menangkal hoaks di dunia digital. Beberapa ciri cerita hoaks bisa adalah memiliki judul yang dramatis dan bombastis untuk menarik perhatian, bersifat provokatif karena berita buruk cenderung lebih laku disebar, dan juga bersifat manipulatif dalam artian bisa memanipulasi teks, foto, dan video untuk mengecohkan masyarakat.”

Oleh karena itu, lanjut Trisno, kita baiknya pahami mengenai batasan informasi, dengan cara melakukan eksplorasi dengan tetap terapkan filter. Pastikan terlebih dahulu tujuan kita menggunakan internet dan informasi apa yang dibutuhkan dan apa yang tidak dibutuhkan. Lalu selalu cek sumber informasi dan pastikan kredibilitas media penerbit ataupun penulisnya. “Pastinya jangan lupa lakukan saring sebelum sharing untuk berhenti memviralkan informasi negatif dan provokatif.”

Sheila Siregar selaku narasumber Key Opinion Leader menyampaikan, ia belum pernah menyabarkan atau mengirimkan berita hoaks sejauh ini karena bekerja di bidang komunikasi sebagai jurnalis yang semakin menekuni media relations, sehingga harus lebih paham dan cakap digital. Walau begitu, menemukan informasi atau berita hoaks yang akhirnya meresahkan publik, masyarakat dan institusi pastinya pernah ia alami.

Contoh yang ia ceritakan adalah saat sebuah institusi di mana ia pernah bekerja dikabarkan akan bangkrut dan tentu saja informasi meresahkan tersebut terkait dengan nasib orang banyak. Ia juga menyampaikan keresahannya terhadap mudahnya sesuatu yang viral dari sosial media untuk naik di media mainstream, media online, kemudian media-media nasional.

Para partisipan yang hadir juga dipersilakan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Salwa Salmabila menyampaikan pertanyaan, “Bagaimana caranya untuk mengetahui media yang menyebarkan hoaks dan bagaimana cara mengatasi agar tidak terjerumus oleh berita hoaks?”

Pertanyaan tersebut pun dijawab dengan lugas oleh Fransiska Desiana Setyaningsih, M.Si., “Kita sebagai pengguna media digital harus engambil beberapa langkah seperti membandingkan sebuah berita yang disebarkan oleh beberapa sumber, memfilternya secara cermat, dan jangan mudah terpercaya dengan berita yang memang belum benar adanya. Jika memang ada berita hoaks yang kita temukan, lebih baik di-report atau diadukan saja ke aduankonten@kominfo.go.id.”

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Utara. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten. Juga, bagi yang ingin mengetahui tentang Gerakan Nasional Literasi Digital secara keseluruhan bisa ikuti akun Instagram @siberkreasi.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.