Kota Bandung memang fenomenal. Selalu memberikan inspirasi besar bagi Indonesia. Terbaru, Bandung bersiap menggelar Matasora World Music Festival (MWMF) 2018. Lokasinya di Cijaringao Ecoland, Cimenyan, Bandung, 21–22 Juli 2018.
“Bandung kembali hadirkan pergelaran musik kelas dunia. Pergelaran ini merupakan sebuah mahakarya seni dan budaya yang menjadi bagian tak terpisahkan dari Paris Van Java. Ini dibuktikan dengan suksesnya pergelaran MWMF tahun lalu,” ujar Menteri Pariwisata Arief Yahya, Senin (16/7).
Kembalinya MWMF menjadi angin segar bagi penikmat seni. Karena MWMF 2018 didesain untuk mengembangkan multikultural, yaitu melalui diskusi wacana pedesaan dan perkotaan. Begitu juga gaya hidup eco yang berkelanjutan. Dibumbui oleh pengembangan industri kepariwisataan dengan inisiasi yang memungkinkan komunitas untuk berhubungan dengan budaya.
Selain itu, festival unik ini dikerjakan untuk membuka hati dan pikiran. Pengunjung akan diajak untuk memperkaya budaya dunia. Medianya melalui musik, film, pertunjukan seni, dan tari. Pelengkapnya sebuah program kuliner yang menarik untuk dieksplorasi.
Dari seluruh dunia
“Matasora World Music Festival fokus untuk menjadi suatu event penting dalam kalender budaya. Karena melibatkan seniman, komunitas, sekolah, pemerintah dan bisnis di seluruh dunia. Event ini didesain untuk menarik lebih dari 1.000 pengunjung. Semua akan diajak berkolaborasi untuk memahami esensi dari seni dan budaya. Ini tentunya menjadi suguhan yang menarik,” ungkap Arief Yahya.
Menurut Produser MWMF, Satria Yanuar Akbar, perhelatan tahun ini akan menghadirkan 15 grup musik dari seluruh dunia, antara lain Norwegia, Jepang, India, Hawaii, Burkina Faso (Afrika Barat), Malaysia, Argentina, Amerika, Inggris, Italia, Jerman, Yaman, Filipina, Spanyol, serta Indonesia.
Para musisi ini akan diwadahi di 3 panggung yang dibuat di sudut arena festival. Tiap panggung menghasilkan suasana tersendiri. Semua tercipta dari suasana udara terbuka dan panggung indoor untuk musik balada atau santai. Konser musiknya pun dimulai dari pagi hingga malam.
“Program Tarian juga sangat menarik untuk dieksplor. Aktivitas interaksi membawa penonton kepada musik baru dan penemuan tari yang baru. Memainkan dan menemukan instrumen dari berbagai negara di penjuru dunia. Berpikir, berbicara, tertawa, mendengar, belajar dan berpartisipasi. Program ini menyediakan pengetahuan yang tak terhitung nilainya,” terang Satria.
Selain itu, juga ada program Workshop yang tidak kalah menarik. Pengunjung akan dibawa bergabung dengan pemikiran hebat dunia pada talkshow mengenai masa depan industri musik. Talkshow ini merupakan ide unik dalam festival. Pembicaranya pun sudah pasti keren. Mereka adalah praktisi-praktisi hebat dari badan pemerintahan, industri, dan pendidikan.
“Kami juga menghadirkan Instalasi Seni di lokasi festival sehingga festival ini menjadi kanvas raksasa dari artis muda berbakat indonesia. Karya-karya kontemporer baru dengan aksi yang unik dan indah. Karya seni ini disajikan dalam 2.000 meter persegi di seluruh lokasi festival. Area Grafiti Monumental ini disajikan sebagai landmark program 2018,” ungkap Satria.
Festival film
Keseruan tidak berhenti pada itu saja. Ada juga program Film Festival. Program ini menyajikan film dokumenter dalam ethnomusikologi and antropologi budaya. Hal ini bertujuan untuk merayakan pembuat film muda dan mengenalkan talent dari seniman lokal.
Festival akan memutarkan 12 film dokumenter bertema musik dan budaya. Soal kuliner pun tidak luput untuk disuguhkan. Pemandangan dan aroma dari kuliner dari seluruh dunia akan disajikan temui di food bazaar.
“Kami menyajikan beberada dari jajanan terkenal dunia dari morsels yang sedap dari India hingga high tea dari inggris. Pilihan makanan untuk para vegetarian juga tersedia. Terdapat banyak hal untuk semua orang. Bersiap untuk membahagiakan perut Anda,” pungkas Satria.
Kabid Pemasaran Area I Kemenpar Wawan Gunawan, menilai perhelatan ini akan sukses. “Ada pengalaman dari tahun sebelumnya. Kemudian Matasora juga digelar di Bandung yang kuat dalam hal 3A (atraksi, aksesibilitas, dan amenitas). Saya yakin event ini akan maksimal dan menghadirkan wisatawan,”ujar Wawan.
Ketua Pelaksana Top 100 Calender of Event (CoE) Wonderful Indonesia Kementerian Pariwisata Esthy Reko Astuti mengatakan, MWMF merupakan intisari musik, seni dan budaya. Semua terangkum menjadi sebuah kesatuan utuh festival berstandar internasional.
“Inilah mengapa MWMF terpilih masuk ke dalam 100 Wonderful Events Kementerian Pariwisata tahun 2018. Event ini konsisten menyajikan inspirasi bagi para pengunjung. Sudah selayaknya event ini juga masuk kedalam agenda Anda. Selamat menikmati penampilan utuh harmonisasi budaya dunia. Sampai ketemu di Bandung,” pungkas Esthy yang juga Staf Ahli Bidang Multikultural Kemenpar itu. [*]
Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 19 Juli 2018