Rektor Unika Atma Jaya (UAJ), Dr Agustinus Prasetyantoko memberikan pandangan mengenai situasi dalam negeri dan luar negeri serta tantangan yang akan dihadapi oleh para wisudawan dan wisudawati.

Pertama, situasi dunia dengan dinamika penuh ketidakpastian, tidak hanya dari sisi ekonomi, yang tengah diwarnai berbagai gejolak krisis di berbagai belahan dunia, tetapi juga dalam hal politik, sosial, dan mungkin juga peradaban kebudayaan. Secara umum, peradaban dunia tengah bergolak menemukan keseimbangan baru.

Rektor UAJ Dr Agustinus Prasetyantoko

Kedua, di dalam negeri adanya dinamika di bidang perekonomian, selain sosial dan politik, terutama menghadapi pemilu serentak 2019, baik pemilu legislatif maupun pemilu presiden. Paling tidak hingga April 2019 nanti, dinamika sosial politik cenderung memanas, ditandai dengan berbagai perdebatan, khususnya di media sosial.

Hal tersebut disampaikan dalam acara wisuda 1.140 orang sarjana baru program Sarjana, Pascasarjana dan Doktor Unika Atma Jaya di Jakarta, Senin (12/11/2018). Sebanyak 1.067 wisudawan dan wisudawati tingkat sarjana dan 73 wisudawan dan wisudawati tingkat magister mengikuti prosesi wisuda di Jakarta Convention Centre (JCC) Senayan, Jakarta, yang dipimpin oleh Rektor UAJ Dr Agustinus Prasetyantoko. Tema wisuda sarjana ke-72 dan pascasarjana ke-46 ini adalah “Menemukan Tanda Pahlawan Lintas Generasi”.

“Terhadap situasi terakhir ini, tentu kita tak cukup berdiam diri. Kita harus mengambil peran aktif untuk memastikan proses demokrasi yang secara rutin kita lakukan setiap 5 tahun sekali tak sampai meretas apalagi merobek kesatuan bangsa kita yang memang sudah dari awalnya sangat majemuk. Tindakan kecil, seperti menyeleksi berita yang kita akan sebarkan di sosial media, atau saring sebelum sharing, bisa menjadi langkah penting dalam situasi seperti sekarang ini,” lanjut Prasetyantoko.

Tantangan

Tantangan lainnya yang perlu dicermati adalah teknologi yang memampukan robot tidak hanya menjadi perangkat teknis yang membantu para pekerja, tetapi juga mereka adalah pekerja itu sendiri.  Bagaimana dengan manusia? Pada masa depan, manusia dituntut memiliki kemampuan yang tak bisa diambil alih oleh robot, seperti kemampuan memecahkan masalah yang kompleks secara kritis dan reflektif (complex problem solving dan critical thinking), kreativitas dan empati, koordinasi dan negosiasi, serta hal lain yang memerlukan kapasitas insani.

Prasetyantoko menegaskan, “Revolusi digital tak berarti meminggirkan total manusia, tetapi jelas diperlukan pemaknaan baru akan pembagian kerja, wewenang, dan peran antara human and machine. Manusia dituntut untuk melakukan transformasi secara mendasar (fundamental shift) dan memaksimalkan genuine creativity-nya dengan belajar terus-menerus (long life learning).“

Profesi baru

Dr Ir Illah Sailah, Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah III Jakarta, menuturkan, profesi baru yang bersentuhan dengan internet of things, robotic, dan big data akan menjadi tantangan pada era 4.0. Bersiaplah dengan berbagai persaingan dan perubahan.  Beradaptasilah dengan perubahan, jangan jauhi perubahan.  “Saya juga mengucapkan selamat kepada 39 mahasiswa yang mendapatkan beasiswa Kemristekdikti yang hari ini diwisuda. Semoga suatu hari, Anda juga memberikan beasiswa bagi yang membutuhkan.”

Foto-foto: dokumen Unika Atma Jaya

Pada wisuda ini, UAJ memberikan penghargaan cincin emas kepada 46 wisudawan dan wisudawati yang lulus dengan prestasi cum laude. Sebanyak 36 dari program sarjana dan 10 orang dari program pascasarjana. Rektor menyerahkan cincin penghargaan kepada Ivana Purnawidjaja dari Fakultas Teknobiologi dengan IPK sempurna 4.00. Pemberian cincin emas adalah tradisi dari UAJ dan disematkan langsung oleh Rektor UAJ kepada 46 wisudawan dan wisudawati. [*/INO]