Maraknya pemanfaatan teknologi digital tanpa diimbangi kecakapan digital hanya akan memunculkan problem kesenjangan komunikasi berupa banjirnya konten negatif. Webinar “Memaksimalkan Teknologi untuk Kehidupan Sosial” yang diadakan pada Jumat (11/6/2021) mengajak masyarakat Indonesia untuk mengatasi hal tersebut melalui budaya digital.

Webinar merupakan bagian sosialisasi dan pendalaman Seri Modul Literasi Digital yang diselenggarakan khusus bagi 14 Kabupaten/Kota di wilayah DKI Jakarta dan Banten. Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yaitu Ahmad Sururi SSos MSi (dosen Universitas Serang Raya & IAPA), Dr Ni Made Ras Amanda SSos MSi (Universitas Udayana dan Japelidi), Djaka Dwiandi Purwaningtijasa ST (digital designer dan fotografer), dan Taty Aprilyana (Kaizen Room).

Tema yang dibahas oleh masing-masing narasumber meliputi digital skills, digital ethics, digital culture, dan digital safety. Ahmad Sururi SSos MSi mengawali webinar dengan pembahasan mengenai digital skills.

“Teknologi merupakan konsep yang sangat luas dan digunakan untuk beberapa cabang ilmu pengetahuan,” ujarnya.

Dimensi teknologi

Ia juga menjelaskan, terdapat beberapa dimensi teknologi dan dampaknya terhadap sektor kehidupan, misalnya teknologi menjadi bagian integral dari masyarakat dan ikut membentuk tingkat kualitas masyarakat. Selain itu, teknologi memengaruhi cara individu berkomunikasi, belajar, dan berpikir, dan merupakan alat untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang terjadi di kehidupan nyata.

“Teknologi selalu memiliki sifat senjata bermata dua, yaitu positif dan negatif. Oleh sebab itu, konteks sosial pengguna dan penggunaannya memiliki faktor yang sangat menentukan,” tambahnya.

Dr Ni Made Ras Amanda Ssos Msi kemudian membahas mengenai digital ethics dengan topik “Berinteraksi dan Kolaborasi dengan Teknologi Digital Sesuai Etika”. Ia mengawali pemaparannya dengan memberikan gambaran media habit masyarakat Indonesia, yang pada tahun 1940-1960 lebih sering mengandalkan koran dan televisi, hingga kini beralih ke berbagai platform digital seperti Facebook, Twitter, WhatsApp, YouTube, dan Instagram.

Selain itu, ia memaparkan mengenai pentingnya tata krama digital, yang merupakan kecakapan dalam memahami peraturan, adab, dan norma-norma dalam berdigital.

“Konten negatif banyak beredar di dunia digital. Kita harus bersikap aktif di dunia digital dalam mengatasi membanjirnya konten negatif berupa hoax, perundungan, dan ujaran kebencian. Mari tunjukkan dunia bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa bermartabat baik di dunia nyata maupun maya,” ujarnya.

Taty Aprilyana kemudian memberi pemaparan mengenai digital culture. Ia mengatakan, “Pola interaksi, baik di dunia maya maupun nyata,  memuat unsur-unsur sosial kemasyarakatan seperti agama, norma, ideologi, budaya, politik, dan adat istiadat.”

Teknik komunikasi

Tentu saja dalam interaksi mensyaratkan komunikasi, yang merupakan proses menciptakan dan menggunakan informasi agar terhubung satu sama lain.

“Komunikasi membutuhkan teknik komunikasi, yakni cara yang digunakan dalam menyampaikan informasi dari komunikator ke komunikan dengan media tertentu. Terkait itu, dalam membangun budaya digital dalam kehidupan sosial, dibutuhkan beberapa aspek, yaitu berpartisipasi dan berkontribusi pada tujuan bersama di ruang digital, mengubah kebiasaan baik di dunia offline menjadi kebiasaan baik di ruang digital, dan memanfaatkan hal yang sudah ada ke dalam platform digital,” tambahnya.

Terkait digital safety, Djaka Dwiandi Purwaningtijasa ST mengatakan, literasi digital dapat memaksimalkan teknologi untuk kehidupan sosial bila dilihat dari sisi keamanan digital. Ia juga berbagi beberapa tips mengenai cara mengamankan perangkat digital dalam jejaring sosial.

“Berhati-hatilah ketika berbagi terlalu banyak, batasi detail tentang riwayat pekerjaan, hati-hati berteman berlebihan, dan ketahui cara memblokir pengikut yang tidak ramah,” ujarnya. Ia juga menambahkan, “Sekali sesuatu di-posting, akan selalu ada jadi berhati-hatilah.”

Saat sesi tanya jawab, ada pertanyaan yang muncul terkait bagaimana mengantisipasi kendala-kendala komunikasi antar generasi, seperti ketidaktersambungan pandangan dan nilai-nilai, melihat bahwa tiap generasi memiliki perilaku digital masing-masing.

“Problema kesenjangan komunikasi tidak hanya terjadi di ruang digital, tetapi juga di kehidupan offline, dan mengatasinya adalah dengan menyediakan diri dan waktu untuk mau mendengarkan pendapat atau masukan dari pihak lain, sehingga kita jadi tahu apa yang jadi motivasi dan pemikiran orang lain,” jawab Taty Aprilyana.

Seperti yang dikatakan oleh Presiden Joko Widodo, “Literasi digital adalah kerja besar. Pemerintah tidak bisa bekerja sendirian. Perlu mendapatkan dukungan seluruh komponen bangsa agar semakin banyak masyarakat yang melek digital.”

Presiden memberikan apresiasi pada seluruh pihak yang terlibat dalam Program Literasi Digital Nasional. “Saya harap gerakan ini menggelinding dan terus membesar, bisa mendorong berbagai inisiatif di tempat lain, melakukan kerja-kerja konkrit di tengah masyarakat agar makin cakap memanfaatkan internet untuk kegiatan edukatif dan produktif,” ujar Presiden.

Seri webinar Indonesia #MakinCakapDigital terbuka bagi siapa saja yang ingin menambah wawasan dan pengetahuan mengenai literasi digital, sehingga sangat diharapkan partisipasi aktif dari seluruh lapisan masyarakat. Rangkaian webinar ini akan terus diselenggarakan hingga akhir 2021, dengan berbagai macam tema yang pastinya mendukung kesiapan masyarakat Indonesia dalam bermedia digital secara baik dan etis. Para peserta juga akan mendapatkan e-certificate atas keikutsertaan webinar. Untuk info lebih lanjut, silakan pantau akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.