Keuntungan dan uang sering dianggap sebagai motivasi orang untuk berbisnis. Namun, sebaiknya hal itu juga dibarengi dengan idealisme dan memiliki dampak positif bagi masyarakat. Sekarang, merek lokal berjiwa nasionalis pelan-pelan muncul ke permukaan dan populer di masyarakat.

Salah satu merek yang cukup populer mencuat beberapa tahun lalu adalah Damn! I Love Indonesia yang dibesut oleh Daniel Mananta. Berbekal figur publik, Daniel memang ingin melestarikan nasionalisme lewat mereknya. Kini, Damn! I Love Indonesia sudah menjamur di beberapa pusat perbelanjaan dan bisa langsung dimiliki oleh banyak masyarakat.

Tak berbeda dengan Damn! I Love Indonesia, merek apparel lokal lainnya juga cukup menarik untuk dicermati. Salah satunya, merek streetwear Indonesia Monstore. Dibangun oleh Nicholas Yudha, Michael Chrisyanto, dan Agatha Carolina, Monstore dimulai sejak 2008. Monstore dibuat dengan konsep seni yang bercerita. Tujuan lainnya, mengangkat seniman yang menciptakan desain tersebut.

Tak heran Monstore kerap berkolaborasi dengan beberapa seniman lokal. Nantinya, nama seniman lokal ini akan dicantumkan ke produk kausnya. Hasilnya, banyak seniman lokal yang karyanya bagus, tetapi tidak punya media untuk promosi tertarik untuk berkolaborasi.

Apresiasi yang cukup besar dari pemerintah akhirnya didapatkan oleh Monstore. Pemerintah yang diwakili Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) memilih Monstore untuk berangkat ke US Trade Show. Di sana, Monstore memiliki target, selain memperluas exposure, juga menunjukkan bahwa produk karya Indonesia tak kalah dengan merek asing.

Pangsa kuliner makin Lezat

Selain fashion, bidang bisnis yang makin ramai digeluti anak muda adalah kuliner. Banyak merek kuliner lokal bermunculan. Beberapa di antaranya sudah menjadi besar dan memiliki banyak cabang. Tentu, omzetnya juga tidak main-main.

Salah satu yang kini terkenal adalah Warunk Upnormal. Beberapa gerainya kini sudah menjadi rujukan generasi muda untuk nongkrong. Dengan menyajikan menu fast food khas Indonesia, yaitu mi instan inovatif, nasi goreng, dan roti bakar, serta yang terbaru kopi Indonesia, Warunk Upnormal menyeruak di tengah invasi merek asing yang masuk ke Indonesia. Sajian khas lokal itu ditambahkan dengan fasilitas wi-fi.

Warunk Upnormal didirikan oleh Rex Marindo bersama teman-temannya di bawah bendera PT Citarasaprima Indonesia Berjaya. Setelah mencapai puluhan gerai di Indonesia, yang terbaru, Warunk Upnormal juga sudah mengekspor biji kopi untuk pasar luar negeri. Membanggakan.

Selain Upnormal, ada satu nama lagi yang cukup menyita perhatian anak muda pencinta kuliner, yaitu Eatlah. Didirikan oleh tiga anak muda, Charina Prinandita, Riesky Vernandes, dan Michael Chrisyanto, Eatlah mengedepankan konsep makanan sederhana nan lezat. Menu paling tenar yang pernah disajikan Eatlah adalah menu dengan saus telur asin alias salted egg.

Eatlah perlahan menjadi sebuah karya anak bangsa yang diterima oleh konsumen Indonesia dengan harapan bisa menjadi merek makanan cepat saji yang bisa bersaing di luar negeri. Berawal dari space kecil di Food Plaza PIK, Eatlah kini sudah bisa masuk ke pusat perbelanjaan.

Masih banyak lagi sebenarnya bisnis dari generasi muda yang berjiwa nasionalis. Tren nasionalisme yang berkembang di anak muda Indonesia memang menjadi pendorong.

Para generasi muda ini sangat ingin tampil membawa nama bangsa. Tak hanya melalui teknologi informasi, tetapi juga di bidang lain. Memang saat ini menjadi momen terbaik bagi generasi muda unjuk kreasi dan kreativitas untuk tampil karena nama Indonesia sedang dilirik dunia. [*]

Kebiasaan Positif Wirausaha yang Bisa Ditiru

Menjadi wirausaha sukses tidak bisa dilakukan dalam semalam. Ada beberapa sifat yang memang harus dimiliki dan dijalankan secara konsisten. Berikut ini beberapa kebiasaan positif yang bisa ditiru agar bisa jadi wirausaha yang sukses.

1. Tekuni passion dan talenta Anda tanpa henti.
2. Buat target pencapaian, jangka panjang dan pendek.
3. Kembangkan jaringan pertemanan alias networking.
4. Dedikasikan waktu untuk terus belajar.
5. Tidak takut gagal.
6. Terima kritik dan masukan.
7. Bersemangat setiap hari.

Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 19 Agustus 2019.