Arti dari sebuah hoaks adalah kabar, informasi, dan berita yang bersifat palsu atau bohong; informasi yang direkayasa untuk menutupi informasi sebenarnya. Dengan kata lain, arti hoaks juga bisa didefinisikan sebagai upaya pemutarbalikan fakta menggunakan informasi yang seolah-olah meyakinkan tetapi tidak dapat diverifikasi kebenarannya.

Hoaks merupakan ekses negatif kebebasan berbicara dan berpendapat di internet, khususnya media sosial dan blog. Sedangkan menurut Wikipedia, arti hoaks adalah usaha untuk menipu atau mengakali pembaca/pendengarnya untuk mempercayai sesuatu. Padahal, pencipta berita tersebut tahu bahwa berita yang ia berikan adalah berita palsu. Melihat hoaks semakin marak tersebar di dunia maya, menjadi penting untuk kita sebagai pengguna media digital untuk melawannya.

Menyikapi hal itu, maka lembaga Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dalam menggelar webinar dengan tajuk “Bersama Lawan Kabar Bohong (Hoaks)”. Webinar yang digelar pada Selasa, 9 November 2021, pukul 13.00-15.30 diikuti oleh sejumlah peserta secara daring. 

Dalam forum tersebut hadir Mathelda Christy (Praktisi Pendidikan dan Training), Olivia Lewi, MA (Dosen FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta), Eva Yayu Rahayu (Konsultan SDM dan Praktisi Keuangan & IAPA), Samuel Berrit Olam (Founder & CEO PT Malline Teknologi Internasional), dan Putri Juniawan (Presenter TV) selaku narasumber. 

Dalam pemaparannya, Mathelda Christy menyampaikan informasi penting bahwa maraknya aktivitas digital yang dilakukan mengharuskan kita untuk peduli pentingnya memproteksi perangkat digital yang kita miliki. Selain membantu memudahkan pekerjaan di dunia kerja, mencari hiburan, pun transaksi secara daring mulai menjadi kebiasaan baru. Kebiasaan baru tersebut menimbulkan banyaknya kejahatan di dunia digital,dan teknologi menjadi incaran upaya peretasan. Berita bohong atau hoaks adalah informasi yang sesungguhnya tidak benar, tetapi dibuat seolah-olah benar adanya. Ia bertujuan membuat kita merasa tidak aman, tidak nyaman, dan kebingungan. Dalam kebingungan, kita akan mengambil keputusan yang lemah, tidak meyakinkan, dan bahkan salah. Cek dan ricek link yang dikirimkan, jika tidak menggunakan tanda gembok, bukan https, dan menggunakan URL yang aneh, pastikan itu adalah hoax atau link palsu. Perlu juga diingat bahwa pembuatan konten-konten yang menghibur tetap harus memiliki batasan, misalnya tidak ada unsur-unsur yang dimaksud untuk merugikan orang lain dan juga tidak ada unsur perundungan.

Putri Juniawan selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa memang kita harus menjadi pejuang melawan kabar bohong atau hoaks, karena berdasarkan penelitian yang dilakukan kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia bekerja sama dengan Kominfo pada tahun 2015, masih banyak sekali berita bohong yang beredar di dunia maya. Berita hoaks itu dimulai dari sejak media sosial mulai digunakan oleh masyarakat. Ketika kita memasuki dunia media sosial itu bersifat anonim, jadinya kita bisa memalsukan identitas, dan makanya banyak sekali orang yang berkontribusi di situ. Ia juga ingatkan ketika menemukan berita, sebelum diklik, lihat dulu judul dan isinya, apakah sama atau tidak. Jangan asal langsung sebar begitu saja karena menurut kamu bagus tanpa tahu kebenarannya.

Para partisipan yang hadir juga dipersilahkan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Khaznan menyampaikan pertanyaan “Interaksi yang terjadi di media sosial setiap hari sudah menjadi kebudayaan baru bagi hampir setiap orang. Bahkan penyebaran hoaks pun telah menjadi bagian dari kebudayaan tersebut, karena malasnya masyarakat untuk mencari tahu lebih lanjut tentan berita yang disebarkan. Pertanyaan saya yakni apakah kebiasaan buruk yang berhubungan dengan hoax ini akan selalu ada sebagai bentuk keseimbangan kehidupan media sosial, di mana ada hal baik pasti ada hal buruk, atau dapat menghilang seiring berjalannya waktu?”

Pertanyaan tersebut pun dijawab dengan lugas oleh Eva Yayu Rahayu, bahwa berita hoaks akan selalu ada, karena arus informasi yang sangat cepat tersebar. Sifat manusia ini memang mempunyai sifat kepo dan selalu ingin tahu. Kuncinya adalah selalu secara konsisten menahan diri, belajar, dan selalu memberikan edukasi secara terus menerus.

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Selatan. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten. Juga, bagi yang ingin mengetahui tentang Gerakan Nasional Literasi Digital secara keseluruhan bisa ikuti akun Instagram @siberkreasi.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.