Tahukah kita persebaran hoaks terkait virus Corona di media sosial terbanyak bersumber dari Facebook dengan jumlah 861 kasus dari total jumlah 1.231 kasus yang tercatat sejak April 2020. Bahaya hoaks mengenai topik tersebut dapat memperburuk situasi pandemi, dan membuat masyarakat lebih terkotak-kotak akan simpangsiurnya informasi yang tersebar, menyebabkan kepanikan, bahkan dapat berakibat fatal dan membuat orang mengabaikan anjuran protokol kesehatan akan produk-produk penangkal Covid-19. Orang tua yang mengalami peralihan menuju ke era digital menjadi target paling mudah untuk mempercayai dan menyebarkan hoaks, dengan rentang usia di atas usia 65 tahun mencapai jumlah sebesar 11 persen dari total penyebar hoaks (2016). Hal tersebut diakibatkan telat mengenal internet dan media sosial, kemampuan literasi digital yang kurang memadai, dan menurunnya kemampuan kognitif.

Menyikapi hal itu, maka lembaga Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dalam menggelar webinar dengan tajuk “Menjadi Netizen Pejuang, Bersama Lawan Hoaks”. Webinar yang digelar pada Selasa, 27 Juli 2021 pukul 13:00-15:30 diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.

Dalam forum tersebut hadir Aina Masrurin (Media Planner Ceritasantri.id), Harry Pribadi Garfes, SH, MH (Akademisi & Sekretaris LKKBH STAIINDO Jakarta), Sugiyono, MIP (Akademisi, Pemerhati Pendidikan, Sosial & Keagamaan), Pri Anton Subardio (CEO BUMDesa Mutiara Soka & Nemolab), dan Komo Ricky (Aktor & Presenter TV) selaku narasumber.

Dalam pemaparannya, Pri Anton Subardio menyampaikan informasi penting bahwa “Literasi digital juga memiliki peran penting dalam memerangi konten negatif. Kini, disinformasi dan misinformasi menjadi hal yang lumrah di tengah semakin aktifnya masyarakat dalam melakukan pencarian informasi. Namun, para ahli kesehatan telah memperingatkan bahwa informasi yang salah akan sangat berpengaruh pada kesehatan dan pengambilan keputusan masyarakat dalam menghadapi pandemi saat ini. Mencegah misinformasi selama pandemi, yang berisi tentang ketidakpastian dan kontroversi seputar pandemi Covid-19, telah memanaskan perdebatan tentang misinformasi dalam beberapa minggu terakhir ini. Banyak pihak seperti peneliti, pembuat kebijakan, bahkan lembaga penegak hukum telah bersama-sama memerangi penyebaran misinformasi agar tidak menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat. Literasi digital yang kritis menempatkan seseorang sebagai konsumen informasi yang lebih aktif, misalnya mampu menilai konten digital apakah terpercaya atau mengandung bias tertentu. Seseorang yang kritis juga akan melakukan aksi nyata memerangi misinformasi.”

Komo Ricky selaku aktor dan presenter TV serta narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa ia juga berusaha berkecimpung di media YouTube sebagai content creator dan kini sebagai ayah baru. Dalam menanggapi hal-hal yang ada di sosial media, ia selalu berusaha untuk mengambil esensi positifnya, khususnya sebagai public figure, harus sudah biasa menerima komentar negatif yang menurutnya tidak mungkin akan hilang. Sebagai seorang influencer, ia juga dapat berusaha atau menghimbau para pengikut di akun, ataupun orang-orang terdekat kita, dalam bermedia sosial dengan cara yang benar. Soal terpapar hoax di internet, ia belum pernah termakan kabar bohong karena selalu aware dan selalu berusaha mencari pandangan berbeda dari orang lain terhadap informasi yang ia ragukan tersebut.

Para partisipan yang hadir juga dipersilahkan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Albert menyampaikan pertanyaan “Bagaimana membedakan antara fakta dan hoaks menyangkut perkembangan virus Covid-19 akhir-akhir ini, terkait dengan semakin maraknya virus yang terus berkembang menjadi lebih berbahaya, karena berita tersebut juga merusak psikologis pembacanya? Hal yang paling berbahaya ada hoaks tersebar begitu cepat, lalu apa yang harus kita lakukan sebagai warga biasa?”

Pertanyaan tersebut pun dijawab dengan lugas oleh Sugiyono, MIP, bahwa “Salah satu hal yang bisa kita lakukan terkait dengan pemberitaan Covid-19 adalah selalu mengecek sumber informasi yang legal dan resmi, yaitu Pemerintah dan bisa melalui Satgas maupun Kemenkes. Jangan asal menerima informasi yang diterima, harus mencari sumber yang bisa mempertanggung jawabkan informasi tersebut. Jika masih ada yang tidak percaya terhadap dampak virus ini, orang-orang terdekat yang ikut terjangkit akan menjadi bukti tak terbantahkan terkait kabar bohong tersebut.”

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Timur. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten. Juga, bagi yang ingin mengetahui tentang Gerakan Nasional Literasi Digital secara keseluruhan bisa ikuti akun Instagram @siberkreasi.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.