Universitas Bojonegoro (Unigoro) menggelar diskusi kelompok terarah (focus group discussion/FGD) bersama Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk menindaklanjuti perjanjian kerja sama yang telah dilakukan awal Juni di Ruang Adu Unigoro, pada Rabu (19/6/2024).

UGM yang diwakili oleh Ketua Klinik Lingkungan dan Mitigasi Bencana (KLMB) UGM Prof Dr Suratman MSc beserta perwakilan Fakultas Geografi UGM, memaparkan strategi pendirian fakultas baru di Unigoro.

FGD tersebut juga dihadiri oleh perwakilan Bappeda Kabupaten Bojonegoro, DPRD Kabupaten Bojonegoro, PT. Asri Dharma Sejahtera (ADS) Bojonegoro, Perum Perhutani KPH Bojonegoro, PC Persatuan Insyinyur Indonesia (PII) Bojonegoro, dan mitra-mitra strategis lainnya.

Rektor Dr Tri Astuti Handayani SH MM MHum mengucapkan terima kasih atas kehadiran pihak UGM untuk menindaklanjuti rencana kerja sama yang telah disepakati. Di antaranya, pendampingan pembentukan fakultas geografi, kampus hiring untuk alumni S-2 dan S-3 UGM menjadi dosen di Unigoro, serta KKN tematik kolaboratif, pengabdian masyarakat, dan penelitian bersama.

Hal senada juga disampaikan oleh Ketua Yayasan Suyitno Bojonegoro Dr Arief Januwarso SSos MSi. Selain mendirikan fakultas geografi, Unigoro juga berencana membuka program pascasarjana atau S-2 untuk prodi Ilmu Hukum, Administrasi Publik, dan Manajemen Ritel. “Melalui FGD ini, kita ingin ada penyamaan persepsi antara semua pihak. Mulai dari sektor pemerintah, sektor swasta atau industri, hingga mitra-mitra terkait,” ucapnya.

Kolaborasi

Prof Suratman mendorong Unigoro memberi solusi atas isu global dan nasional serta isu-isu saintifik yang mengalami disrupsi. Salah satunya menjadi perguruan tinggi sebagai penghasil produk saintik agar menjadi branding dan ikon utamanya. “Misalnya dengan mendirikan pusat studi dan laboratorium lapangan di Wonocolo.

Unigoro sebagai akademisi berkolaborasi dengan Pemkab Bojonegoro mengembangkan dan mengelola daerah tersebut untuk mewujudkannya sebagai Geopark UNESCO atau memiliki hutan pendidikan seperti UGM yang namanya Wanagama. Bojonegoro ini kan masih luas hutannya, bisa diinisiasi punya hutan pendidikan Unigoro yang bernama Wanagoro,” paparnya.

Mantan Wakil Rektor Bidang Penelitian dan Pengabdian Masyarakat UGM ini sempat menyinggung gagasan para akademisi dalam forum Rembuk Bojonegoro 2022, yakni Bojonegoro harus memiliki pendidikan tinggi yang berstandar internasional, serta uang yang bersumber dari minyak dan gas (migas) diprioritaskan untuk pembangunan SDM. “Unigoro harus merespons gagasan itu dengan menjadi inisiator, agen, atau leading dalam menyongsong Bojonegoro masa depan,” ucapnya.

Peluang masa depan

Prof Suratman mengungkapkan, Universitas Bojonegoro memiliki peluang besar jika fakultas geografi dan inovasi telah berdiri nanti. Pasalnya, hingga saat ini, belum ada perguruan tinggi yang mendirikan fakultas geografi dan inovasi di wilayah Tuban, Lamongan, Ngawi, Madiun, Nganjuk, dan Jombang. Sementara di kampus negeri, pendidikan geografi hanya berupa program studi. Selain itu, lulusan fakultas ini bisa bekerja di berbagai sektor. “Di Fakultas Geografi dan Inovasi Unigoro, rencananya ada empat prodi, yaitu Geografi, Ilmu Lingkungan, Pembangunan Wilayah, serta Kartografi dan Pengindraan Jauh. Kami optimistis rencana ini juga akan mendapat dukungan dari putra daerah terbaik Bojonegoro,” ungkapnya.

Paparan dari Prof Suratman mendapat respons positif dari peserta diskusi. Wakil Ketua DPRD Bojonegoro Sukur Priyanto mengucapkan selamat atas rencana pendirian fakultas baru di Unigoro. Dia mendorong Pemkab Bojonegoro untuk mendukung berdirinya Fakultas Geografi dan Inovasi Unigoro. “Pembukaan fakultas baru ini diharapkan tidak hanya menguntungkan perguruan tinggi, tetapi juga untuk menjawab kebutuhan masyarakat Bojonegoro. Unigoro harus jadi parameter pendidikan tidak hanya untuk transfer knowledge, tetapi juga ada aksi nyata dari Unigoro untuk masyarakat. Pemkab Bojonegoro harus punya visi pendidikan tinggi,” tuturnya.

Sementara itu, Direktur Utama PT ADS Bojonegoro M Kundori SS MSc juga sepakat dengan pendirian Fakultas Geografi dan Inovasi Unigoro untuk mengembangkan potensi lokal, khususnya menyikapi wacana hilirisasi migas di Kota Ledre.

“Hilirisasi migas adalah bagian terpenting untuk ditumbuhkan sekarang. Selama ini, hilirisasi migas belum terbangun di Bojonegoro. Dampaknya adalah pembukaan lapangan kerja di sektor itu belum ada,” tukasnya.

FGD yang diikuti oleh akademisi, pemerintah, dan swasta ini berakhir dengan dorongan pembentukan Tim Adhoc Percepatan Pembangunan Unigoro.

Baca juga: Spirit Tri Dharma, Unigoro Tandatangani MoU dengan UGM