Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA) mendapatkan penghargaan dari Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa atas pengabdiannya dalam menangani pandemi. Dalam piagam yang diterima Sabtu (11/10/2021) itu, RSUA dinobatkan sebagai Rumah Sakit Rujukan Kelas B dengan Predikat Terbaik dalam Penanganan Pandemi Covid-19 Tahun 2021 Provinsi Jawa Timur.
Penghargaan itu rasanya memang patut didapatkan. Menurut Direktur RSUA Prof Dr Nasronudin dr SpPD K-PTI FINASIM, rumah sakit tersebut menjadi pionir sejak Covid-19 mulai mewabah pada Maret 2020. Itu terlihat dengan pendirian tenda darurat dan layanan diagnostik laboratorium di samping IGD.
“RSUA termasuk pionir untuk memulai menyiapkan, saat itu rumah sakit lain belum siap,” pungkas Prof Nasron.
Lambat laun, seiring meningkatnya kasus, pusat layanan Covid-19 dialihkan ke lantai 2 Gedung Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI). Saat itu sebetulnya Gedung RSPI belum siap. Alat-alatnya mangkrak lebih dari 10 tahun sehingga kekurangan alat. Ditambah, status bangunan yang masih belum usai.
Tak lama kemudian, tepatnya pada Juli 2020, hibah mulai mengalir dari sejumlah mitra lokal, nasional, hingga internasional. RSUA menerima dana sumbangan sebesar Rp 54 miliar dari Prof Tanjung dan Salim Group. Dana itu dipakai untuk mengadakan peralatan ICU, rawat inap, tempat tidur, hingga CCTV, dan alat penunjang lainnya.
Selain itu, ungkap Prof Nasron, RSUA kembali mendapatkan bantuan sebesar Rp 31 miliar dan 110 tenaga medis dari Gubernur Jawa Timur. Setelahnya, Menteri Kesehatan ikut menyusul dengan menyalurkan 87 orang sumber daya manusia (SDM). Dengan demikian, RSUA telah mampu memberikan layanan terbaik dalam menangani kasus Covid-19.
“Bangunan RSPI dulu masih bermasalah, tetapi saat itu kita langsung selesaikan dengan bantuan BPK, Menteri Keuangan, Menteri Kesehatan, dan Mensesneg (Kementerian Sekretariat Negara RI), hingga akhirnya terealisasi bahwa Gedung RSPI dan seisinya dihibahkan ke Unair,” ujarnya.
Prof Nasron menerangkan, Gedung RSPI kala itu telah terstandar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Daya tampung ICU dan rawat inap besar, IGD terpisah, serta penanganan yang profesional. “Gedung itu sudah full negative pressure dilengkapi hepa filter. Jadi, memang sangat bagus dan ideal apalagi untuk merawat pasien infeksi menular lewat droplet,” tandasnya.
Namun, ketika kasus Covid-19 memuncak pada Juni hingga Juli 2021, RSUA kembali mengalami krisis. Lonjakan jumlah pasien memaksa RSUA menyulap aula pertemuan lantai tujuh menjadi ruang perawatan. Saat itu, RSUA mendapat tambahan 40 tempat tidur dari Gubernur Jawa Timur.
Baca juga:
- Rumah Sakit Unair Beri Apresiasi dan Jaminan Kerja bagi Perawat
- Ragam Inovasi RSUA dalam Pelayanan Kesehatan pada Masa Pandemi
Sejak itu, inovasi penanganan Covid-19 mulai digenjot. Sebut saja RAISA hasil kerja sama Unair-ITS dan KECE buah kolaborasi dengan Unesa. Selain itu, alat pemeriksaan kesehatan mandiri buatan sivitas akademika Unair.
Hingga Selasa (14/12/21) tercatat, ada lebih dari 24.500 pasien Covid-19 yang telah ditangani RSUA, baik kasus IGD, rawat jalan, maupun rawat inap.
Mengenai penghargaan yang disematkan pada RSUA, Prof Nasron bersyukur dan berterima kasih kepada seluruh masyarakat, pemerintah, khususnya Gubernur Jawa Timur, serta Unair dan seluruh sivitas RSUA yang telah bersungguh-sungguh melaksanakan peran dan kewajibannya. “Ke depan, kami berharap RSUA tetap bisa berkontribusi bagi negara dan masyarakat Indonesia. Selain itu, menonjol di bidang pendidikan dan penelitian demi mewujudkan Indonesia mandiri di bidang kesehatan,” harapnya.
Unair merupakan salah satu universitas terbaik di Indonesia yang senantiasa berupaya menjadi yang terdepan. Untuk mengetahui kiprah apa saja yang telah dilakukan mahasiswa, dosen, dan alumni Unair lainnya, kunjungi laman unair.ac.id. (*)