Pelecehan seksual atau tindakan seksual yang tidak diinginkan atau tanpa persetujuan (tersinggung, malu, takut) di era digital semakin sering ditemui. Bentuknya macam-macam, dari komentar mengenai bagian tubuh atau penampilan, cyber grooming, permintaan berhubungan, pesan dengan muatan seksual, pelecehan gender, suap seksual, penyalahgunaan perilaku seksual, dan perilaku fisik.
Sebagai pengguna media digital, kita bisa membantu untuk melakukan hal-hal yang bersifat proteksi seperti memilah foto sebelum upload, serta mengatur privacy setting di media sosial seperti mematikan comment atau memilih opsi “Close Friends”. Agar memahami itu, kita harus memiliki skill tentang privacy di ranah digital.
Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dalam menggelar webinar dengan tajuk “Berani Lapor Pelecehan Seksual di Dunia Digital!” Webinar yang digelar pada Selasa (6/7/2021) diikuti oleh ratusan peserta secara daring.
Dalam forum tersebut hadir Trisno Sakti Herwanto SIP MPA (IAPA), Maureen Hitipieuw (Kaizen Room), Septyanto Galan Prakoso SIP MSc (dosen HI UNS dan IAPA), Antonius Andy Permana (Founder & CEO Haho.co.id), dan Gina Sinaga (public speaker dan Founder @wellness__worthy) selaku narasumber.
Data pelecehan
Dalam pemaparannya, Maureen Hitipieuw menyampaikan, “Dalam sebuah survei oleh Plan Internasional tahun 2019, dari 14.000 responden anak perempuan berusia 14-25 tahun dari 22 negara, 58 persen perempuan sudah pernah mengalami pelecehan di dunia daring. Sebanyak 50 persen responden juga merasakan lebih sering mengalami pelecehan melalui daring dibanding luring.”
Lebih lanjut, Maureen memaparkan, Kasus Kejahatan Gender Bebasis Online (KGBO) selama pandemi meningkat hingga 7 kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya, disebabkan kondisi yang serba daring.
“Jika mengalami KGBO, kita harus speak up dan berani untuk melawan dengan mendokumentasikan hal-hal yang terjadi pada diri untuk bisa membantu melancarkan pelaporan dan penyusutan kepada pihak berwenang. Setelah itu, hubungi bantuan di mana saat ini sudah banyak institusi dan lembaga organisasi tepercaya yang dapat mendampingi korban KGBO,” ujar Maureen.
Setelah blokir pelaku dengan menggunakan fitur yang sudah tersedia di berbagai media sosial, Maureen mengimbau untuk melaporkan kasusnya ke jalur resmi seperti Komnas Perempuan (021-3903963, [email protected]), dan Lembaga Bantuan Hukum Asosiasi Perempuan Indonesia untuk Keadilan (LBH APIK) (021-87797289, 0813-8882-2669, [email protected]).
Para partisipan yang hadir juga dipersilahkan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Tiur Margaretha menyampaikan, sebenarnya banyak sekali bentuk pelecehan dan kekerasan seksual di media sosial atau digital. Salah satunya adalah dengan melakukan revenge porn atau pornografi balas dendam yang akibatnya adalah korban mendapat pelecehan setelahnya di media sosial.
“Karena kejadian tersebut, biasanya korban suka melakukan klarifikasi di media sosial juga, akan tetapi ketika korban mencoba untuk membela diri banyak sekali teguran untuk tidak klarifikasi karena bisa terkena UU ITE. Jika korban melakukan klarifikasi di media sosial seperti ini merupakan cara yang salah, kira-kira bagaimana korban bisa membela dirinya?” tanya Tiur.
Pertanyaan tersebut pun dijawab dengan lugas oleh Maureen Hitipieuw. “Pemikiran untuk victim blaming memang masih sangat kental di negara ini sehingga korban merasa tidak memiliki platform untuk melakukan klarifikasi. Jika ingin mengklarifikasi di media sosial, memang betul untuk berusaha menghindari hal-hal yang dapat terkena UU ITE. Proses ini memang butuh kekuatan emosional dan bantuan support system yang tersedia, seperti dukungan dari lembaga pengaduan untuk bisa menerima nasihat hukum, dan tentunya pihak-pihak terdekat seperti keluarga dan sahabat,” papar Maureen.
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Timur. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.