Sayangnya saat ini di Indonesia masih banyak masyarakat yang mengonsumsi dan bahkan membuat berita hoaks. Mengapa hal demikian terjadi? Sebenarnya cukup mudah jawabannya, yakni masih banyak yang malas belajar literasi digital sehingga tidak mengetahui perbuatannya. Biasanya mereka yang membuat dan menyebarkan berita hoaks didorong oleh keinginan untuk dianggap hebat dan menjadi yang pertama mengetahui sesuatu. Persoalan benar atau salahnya informasi tersebut seakan tidak dianggap.

Oleh karena itu, kita harus bekerja bersama untuk mengedepankan pembelajaran mengenai literasi digital. Setelah mempelajarinya, jangan sampai berhenti di kita. Sebarkan literasi ini ke teman-teman dan keluarga. Hoaks itu jumlahnya banyak dan kita sendiri tidak akan mampu melawannya, maka penting untuk jalin kerja sama.

Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar webinar dengan tajuk “Menjadi Generasi yang Makin Cakap Digital”. Webinar yang digelar pada Jumat, 3 September 2021, diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.

Dalam forum tersebut hadir Dr Tb Ai Munandar SKom MT (Dekan FTI Universitas Serang Raya Banten), Salim Ali Yahya (Direktur Media dan Publikasi Ruang Setara), Supranoto (Dosen FISIP Universitas Jember dan Pengurus DPP IAPA), Ari Ujianto (Penggiat Advokasi Sosial), dan Decky Tri (travel blogger dan content creator) selaku narasumber.

Dalam pemaparannya, Ari Ujianto menyampaikan bahwa kita sebagai pengguna media digital harus mengetahui mengenai apa saja yang dapat meninggalkan jejak digital. Contohnya, post di Instagram, pencarian di Google, tontonan YouTube, pembelian di marketplace, jalur ojek online, dan game online . Jejak digital dibagi menjadi dua. Pertama, jejak digital aktif yakni data atau informasi yang sengaja diunggah seseorang ke dunia maya. Contohnya kicauan di Twitter dan status Facebook. Kedua, jejak digital pasif, yaitu data yang ditinggalkan tanpa sadar oleh pengguna ketika berselancar di dunia maya.

“Beberapa tips untuk mengelola jejak digital antara lain adalah harus ramah dan sopan saat berinteraksi, aktifkan privacy setting, jangan terlalu banyak share dan berbagilah yang penting-penting saja, dan gunakan password manager demi keamanan akun. Selain itu, bisa juga pertimbangkan penggunaan anonim, jangan malas untuk membaca terms and conditions, dan ingat selalu bahwa apa yang kita share dan posting akan menjadi milik kita selamanya di ranah digital,” terangnya.

Decky Tri selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa dengan kemajuan teknologi dan internet, kita bisa mengembangkan potensi diri. Banyak sekali konten bermanfaat yang tersebar di media sosial. Di internet, kita bisa juga mencari hiburan dengan nonton YouTube atau Netflix. Belajar online pun bisa kita lakukan. Kita yang lebih cakap digital bisa mengedukasi yang lebih tua, seperti mencegah penyebaran berita hoaks, dan menghindari penipuan online.

Secara tidak langsung kita sudah banyak belajar dari internet dan sudah sangat difasilitasi olehnya. Informasi bahkan bisa datang dari vlog, contohnya kita bisa melihat negara-negara lain melalui video-video yang di-share oleh para content creator, agar pada saat nanti kita berpergian atau informasi apapun yang kita butuhkan, kita sudah banyak dapatkan dari internet.

Salah satu peserta bernama Raisa Agustina Putri menyampaikan, “Penggunaan mesin pencarian saat ini menjadi salah satu hal terpenting yang dilakukan banyak pelajar pada masa pandemi. Walau begitu, sering sekali jawaban atau informasi yang diberikan oleh mesin pencarian itu salah atau bahkan bisa memberikan hoaks. Bagaimana cara memastikan bahwa informasi yang diberikan adalah valid?”

Tb Ai Munandar menjawab, jangan mempercayai informasi hanya dari satu sumber saja, kita harus cek berkali-kali informasi tersebut dan dari banyak sumber. Cek penulis dari berita tersebut, apakah penulis itu kredibel. Jangan sampai kita mempercayai informasi dari media-media yang tidak kredibel.

“Pastikan sumbernya adalah media yang dibangun pemerintah atau media yang memang jelas namanya. Cek juga domain-nya, jangan langsung ambil mentah-mentah berita tersebut. Hati-hati juga dengan berita yang provokatis,” jawabnya.

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Pusat. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]