Maraknya aktivitas digital mengharuskan kita untuk peduli pentingnya memproteksi perangkat digital yang kita miliki. Selain membantu memudahkan pekerjaan di dunia kerja, mencari hiburan dan bertransaksi secara daring mulai menjadi kebiasaan baru.

Adanya kebiasaan baru tersebut menimbulkan tingginya kejahatan di dunia digital, dan teknologi menjadi incaran upaya peretasan. Selain itu, ada bentuk kejahatan digital lain berupa penyebaran hoaks yang bahkan dapat bertujuan memecah belah masyarakat Indonesia.

Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar webinar dengan tajuk “Bijak Bermedia Sosial: Jangan Asal Sebar di Internet”. Webinar yang digelar pada Kamis, 19 Agustus 2021, diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.

Dalam forum tersebut hadir Rhesa Radyan P (Kaizen Room), Dipl Kffr Freesca Syafitri SE MA (Tenaga Ahli DPR RI dan Dosen UPN Veteran Jakarta), Yanti Dwi Astuti MA (Dosen Fishum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Japelidi), Mathelda Christy (Kaizen Room), dan Kevin Bennedict (Putra Digantara Indonesia 2017 dan Abang Jakarta Utara 2018) selaku narasumber.

Dalam pemaparannya, Rhesa Radyan P menyampaikan, kita mungkin sudah sangat akrab dengan dunia digital. Namun, selayaknya dunia fisik di sekitar kita, ada beberapa hal yang perlu kita ketahui dan pahami agar tidak tersesat dalam dunia digital. Salah satunya, mengenai jejak digital yang kita tinggalkan di dunia maya.

Jejak digital ada 2 macam, yang aktif dan pasif.  Jejak digital pasif berupa data yang “ditinggalkan” tanpa sengaja oleh pengguna internet ketika berselancar di dunia maya. Contohnya, ketika mengunjungi sebuah situs, maka server tempat situs itu tersimpan mungkin akan menyimpan alamat IP (internet protocol) pengunjungnya.

“Dari alamat IP itu bisa dikenali internet service provider (ISP) yang dipakai, termasuk perkiraan lokasi pengakses situs tersebut. Sedangkan jejak digital aktif adalah yang secara sengaja diunggah di media sosial. Contohnya, segala sesuatu yang di-post di platform dunia maya seperti blog, website, dan yang biasa dilakukuan oleh pengguna di internet yaitu adalah posting media sosial,” jelasnya.

Kevin Bennedict selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan, kita dapat menggunakan internet dengan sebaiknya seperti dengan cara membanjirinya dengan konten-konten positif. Ia juga menyampaikan bahwa sebagai content creator, tentunya harus dapat menguasai digital skill dengan baik, yang terdiri atas empat pilar yaitu kecakapan, etika, keamanan, dan budaya berdigital.

Media digital, katanya, juga tidak luput dari pengaruh negatif. Contohnya, netizen Indonesia dicap sebagai netizen paling tidak sopan se-Asia Tenggara menurut Digital Civility Index (DCI). Ini diduga karena kurangnya (menerapkan) nilai-nilai Pancasila dan etika. Untuk itu, perlu lebih banyak lagi pengguna media digital yang mengikuti pelatihan-pelatihan literasi digital, seperti mengikuti seminar literasi digital,agar semakin cakap digital.

Salah satu peserta bernama Mohammad Ragil Reynaldi berpendapat, “Mengenai data pengguna gadget Indonesia, tadi dijelaskan bahwa pengguna internetnya melebihi jumlah total penduduknya, maksudnya satu penduduk bisa menggunakan lebih dari satu gadget. Bagaimana dampaknya di masa depan baik dari sisi positif dan sisi negatif? Apakah cenderung berdampak negatif dikarenakan digital literacy di Indonesia ini tidak sepenuhnya positif?”

Yanti Dwi Astuti menjawab, “Indonesia sudah siap untuk memasuki era transformasi digital, didukung dengan semakin banyaknya penduduk yang menggunakan media digital dan jumlahnya pun semakin bertambah dari tahun ke tahun. Untuk itu, kita perlu yang namanya meningkatkan literasi digital agar dapat membawa kita ke arah yang positif, bukan negatif.”

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Utara. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]