Tren aplikasi digital di Indonesia kini sangat melonjak. Dapat dilihat dari banyaknya aplikasi yang mampu membantu kebutuhan dan kepentingan manusia. Namun, masih banyak aplikasi yang disalahgunakan dan menjadi topeng untuk prostitusi, pelecehan, dan juga penipuan.

Jika memang menemukan aktivitas yang cenderung negatif saat menggunakan aplikasi, dapat dilaporkan ke patroli siber berserta bukti dokumentasinya. Pemerintah pun sudah mulai mengambil langkah, misalnya memblokir akses aplikasi livestreaming yang sering memiliki konten asusila, sehingga pemerintah sudah dipastikan tidak akan diam atas penyalahgunaan aplikasi.

Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar webinar dengan tajuk “Tren Aplikasi Dunia Digital”. Webinar yang digelar pada Rabu, 13 Oktober 2021, diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.

Dalam forum tersebut hadir Samuel Berrit Olam (Founder dan CEO PT Malline Teknologi Internasional), Athif Thitah Amithuhu (Media Sastra Online Ceritasantri.id), Eva Yayu Rahayu (Konsultan SDM dan Praktisi Keuangan dan IAPA), Xenia Angelica Wijayanto (Kepala Centre for Publication LSPR Institute dan Japelidi), Ade Wahyu (Jurnalis dan Content Creator) selaku narasumber.

Dalam pemaparannya, Athif Thitah Amithuhu menyampaikan bahwa teknologi yang masuk dengan cepat tentunya akan memengaruhi tata cara hidup manusia. Kini lebih terfokus untuk menjadi terkenal, sehingga melupakan menerapkan nilai, moral, dan etika yang berlaku dalam memanfaatkan ruang digital.

“Prinsip-prinsip dasar beretika digital dalam menggunakan aplikasi ada beberapa. Seperti adanya kesadaran akan tujuan dan fungsi penggunaan aplikasi dan platform yang digunakan, integritas mengenai kejujuran di ruang digital untuk tidak melakukan tindak kejahatan digital, kebajikan dalam bagaimana pengguna menyerap manfaat dan sadar akan menyebarkan info untuk niat baik dan positif, dan tanggung jawab atas dampak dan konsekuensi atas aksi dan tindakan yang kita lakukan di ruang digital,” jelasnya.

Ade Wahyu selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa literasi digital mengajarkan kita untuk cakap sebagai pengguna ruang digital, termasuk dalam penggunaan aplikasi. Kita juga mempelajari apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan di ruang digital untuk tetap aman.

Ke depannya, perkembangan teknologi akan menuju otomasi perangkat seperti mobil dan rumah, hingga perkembangan teknologi mendahului manusia. Kehadiran teknologi saat ini seharusnya memudahkan manusia dengan 90 sumber pendapatan dari penjualan online, tanpa perlu adanya sewa tempat seperti berjualan konvensional.

Jika dilakukan dengan baik dapat memudahkan kehidupan kita semua. Sudah seharusnya kemajuan yang ada digunakan sebaik-baiknya sehingga menjadi manfaat semaksimal mungkin sambil mengetahui dan sadar atas ancaman kejahatan digital.

Salah satu peserta bernama Gilang menyampaikan, perkembangan teknologi memberikan banyak kemudahan terutama dalam transaksi online. Namun, ini memberikan perubahan budaya dalam bertransaksi tatap muka.

“Apa saja dampak positif dan negatif dari perubahan budaya transaksi kita saat ini? Bagaimana nasib penjual tradisional yang belum mampu mengaplikasikan secara digital agar tetap diminati pembeli?” tanyanya.

Eva Yayu Rahayu menjawab, “Di masa digital ini memang kita harus beradaptasi atas perubahan zaman dan tidak seharusnya untuk dihindari. Teruslah belajar dan cari cara bagaimana memanfaatkan teknologi untuk kemudahan mencari pendapatan. Misal, dengan berjualan hanya membatasi lingkup dan potensi penjualan melalui e-commerce.”

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Timur. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]