[pukka_dropcap style=”” txt_color=”” bg_color=”” size=””]D[/pukka_dropcap]alam upaya meningkatkan sistem pertahanan nasional dan mewujudkan kemandirian produksi senjata, Kementerian Pertahanan (Kemhan) tengah mengembangkan beberapa alat utama sistem senjata (alutsista) dan sejumlah teknologi di bidang pertahanan.

Pada beberapa kesempatan, Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto menegaskan bahwa Kemhan berperan melaksanakan tugas pembangunan kekuatan. Berbagai peralatan tempur maupun alutsista yang mumpuni pun diperlukan untuk mengemban tugas tersebut.

Kemampuan produksi alutsista secara mandiri, kata Menhan, perlu ditingkatkan agar kelak Indonesia tidak bergantung pada negara lain. Selain itu, diharapkan ke depannya kekuatan Indonesia juga cukup diperhitungkan, baik di level regional maupun internasional.

Terkait kemandirian persenjataan, tahun ini Badan Penelitian dan Pengembangan Pertahanan Kementerian Pertahanan (Balitbang Kemhan) akan fokus membangun beberapa prototipe alat peralatan pertahanan. Dengan demikian, diharapkan pada 2024 Indonesia mampu memproduksi senjata yang berkualitas, setara dengan produk luar negeri.

“Ini merupakan langkah strategis bagi sistem pertahanan Indonesia, terlebih dalam hal kemandirian,” ujar Kepala Balitbang Kemhan Marsekal Muda TNI Julexi Tambayong dalam presentasi mengenai prototipe alutsista TNI di kantor Balitbang Kemhan, Jakarta, Senin (1/3/2021).

Lebih lanjut, soal kemandirian Alutsista, Sekretaris Balitbang Kemhan Brigjen TNI Abdullah Sani menyampaikan bahwa pada 2021 akan menjadi momen bagi Balitbang Kemhan untuk fokus membangun prototipe alutsista. Dengan begitu, diharapkan, pada 2024, Indonesia akan mampu memproduksi senjata secara mandiri yang berkualitas, bahkan bisa setara dengan produk alutsista dari luar negeri.

 Pengembangan alutsista

Balitbang Kemhan bekerja sama dengan perguruan tinggi dan berbagai perusahaan, baik BUMN maupun BUMS, telah berhasil membuat beberapa prototipe alutsista untuk memaksimalkan sistem pertahanan nasional. Di antaranya, radar pasif, kendaraan peluncur roket R-HAN 122B, dan Mobile Command Control Vehicle (MCCV).

Radar Pasif
Radar Pasif (Dok Kompas.com)

Radar pasif berfungsi mendeteksi target dengan memanfaatkan gelombang elektro magnetik yang dipancarkan oleh target itu sendiri dengan metode passive location. Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan (Kapuslitbang) Alpalhan Brigadir Jenderal (Brigjen) TNI Rosidin MSi (Han) MSc mengatakan, kelebihan radar pasif ini antara lain adalah mampu mendeteksi keberadaan “pesawat siluman” yang tidak dapat dideteksi oleh radar aktif.

Pengembangan radar pasif ini merupakan bagian dari program kebutuhan radar nasional dan rencana kebutuhan radar pasif untuk Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas). Rencananya, radar pasif ini dapat digunakan untuk mengisi celah (gap filler) yang tidak tercakup oleh radar aktif di area perbatasan NKRI.

Prototipe lain yang berhasil dikembangkan adalah kendaraan peluncur roket R-HAN 122B. Roket R-HAN 122B direncanakan dapat memperkuat Kendaraan Peluncur Roket 122 MM RM70 GRAD 40 buatan Cekoslovakia yang saat ini digunakan TNI AL yaitu Satuan Marinir.

Rosidin menambahkan, kendaraan peluncur roket R-HAN 122B menggunakan 40 laras dan daya luncurnya sejauh 30 kilometer, lebih unggul dibandingkan kendaraan peluncur roket dari Cekoslovakia yang hanya memiliki jarak luncur 18 kilometer.

R-HAN 122B
R-HAN 122B (Dok Kompas.com)

Alutsista ketiga yang berhasil dikembangkan adalah Mobile Command Control Vehicle (MCCV), kendaraan berteknologi modern dan multifungsi. MCCV dapat berfungsi sebagai pusat komunikasi dan komando pengendalian terintegrasi antara komandan operasi dengan prajurit atau personel di lapangan, baik di medan pertempuran maupun perkotaan.

Rosidin menjelaskan, MCCV adalah terobosan di dalam dunia militer. Sebab, saat ini, TNI belum membuat kendaraan khusus untuk sarana pusat komando dan pengendalian operasi yang berperan sebagai Mobile Ground Control Station (MGCS). MCCV juga telah didukung dengan perangkat drone yang pengendaliannya bisa dilakukan secara langsung dari kendaraan tersebut.

Sebagai proteksi, MCCV juga dilengkapi dengan perlindungan balistik, sensor antitermal, radio jammer, dan multispectral camouflage net. Untuk mobilitas, MCCV menggunakan roda berjenis run flat type yang memiliki kemampuan menahan tembakan proyektil.

Dengan ketangguhan tersebut, MCCV bisa pula digunakan untuk segala jenis operasi. Misalnya, pengamanan saat demonstrasi, manajemen penanggulangan bencana alam, posko taktis (poskotis) bagi kegiatan penelitian, atau special force operations lain.

MCCV
MCCV (Dok Kompas.com)

Teknologi bidang pertahanan

Balitbang Kemhan melalui Pusat Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan Teknologi Pertahanan (Puslitbang Iptekhan) juga tengah mengembangkan beberapa teknologi di bidang pertahanan.

Kepala Puslitbang Iptekhan Balitbang Kemhan Marsekal Pertama (Marsma) TNI Oki Yanuar ST mengatakan, hal ini dilakukan untuk memaksimalkan kinerja TNI. Beberapa teknologi yang dikembangkan di antaranya adalah Combat Swimmer Vehicle (CSV), pembangkit daya berbasis torium, dan Pesawat Terbang Tanpa Awak (PTTA).

CSV atau kendaraan khusus penyelam berfungsi meningkatkan kemampuan penyelam pasukan katak TNI AL dalam melakukan infiltrasi dan pengawasan ke teritorial musuh. Baterai yang menjadi sumber penggerak ini mampu bertahan selama 4 jam. Kendaraan ini memiliki kecepatan sampai 5 knot saat dikendarai di permukaan laut dan 3 knot ketika melakukan penyelaman.

Teknologi lainnya yang dikembangkan adalah pembangkit daya berbasis torium untuk bidang perbekalan, komunikasi, dan elektronik. Torium merupakan sumber energi baru terbarukan (EBT) dari senyawa kimia golongan radiokatif alam, seperti halnya uranium.

Karena tidak menggunakan bahan bakar fosil, pemanfaatan torium dinilai akan lebih dapat menjamin ketahanan energi nasional dan kepentingan pertahanan pada masa depan. Ke depannya, Puslitbang Iptekhan berencana mengembangkan reaktor garam cair.

Kemhan juga sedang mengembangkan Pesawat Terbang tanpa Awak (PTTA) atau pesawat siluman jenis Medium Altitude Long Endurance (MALE). Hal ini diharapkan dapat memperkuat sistem pertahanan NKRI.

Pengembangan alutsista serta teknologi sistem pertahanan tersebut adalah langkah yang signifikan. Kita berharap hal ini dapat memberi kontribusi besar dalam bidang pertahanan RI.

 

Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 9 Maret 2021.