Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menggelar Malam Penganugerahan Penghargaan Subroto 2018 di Jakarta, Jumat (28/9/2018). Ini adalah penghargaan tertinggi yang diberikan Kementerian ESDM kepada para stakeholder yang memiliki prestasi luar biasa dalam memajukan sektor ESDM. Tahun ini adalah tahun kedua penyelenggaraan penghargaan yang namanya diambil dari Prof Subroto, Menteri Pertambangan Dan Energi Periode 1978–1988.

Membuka Malam Peng­anu­gerahan Subroto 2018, Menteri Energi dan Sumber Daya Mi­neral Ignasius Jonan menegaskan bahwa 28 September 2018 adalah hari spesial. Tidak semata karena tanggal tersebut adalah Hari Pertambangan dan Energi ke-73, tetapi juga karena pada saat itu pula ada beberapa prestasi yang telah dicapai oleh KESDM.

Prestasi yang dimaksud antara lain rasio elektrifikasi mencapai 97 persen dan diharapkan pada akhir 2019 mencapai 99 persen, BBM satu harga, pemberian converter kit LPG untuk nelayan kecil, pembangunan jaringan gas kota, pengeboran sumur air bersih, hingga pembagian Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE) untuk masyarakat yang belum menikmati listrik sama sekali.

“Tahun ini juga menjadi momentum besar, saat 2 blok migas raksasa Indonesia, Mahakam dan Rokan dikelola oleh anak bangsa, serta 51 persen kepemilikan Freeport pun akan dikuasai oleh negara. Sumber daya kita mulai dikelola putra putri terbaik bangsa,” kata Jonan.

Ikut memberikan sambutan adalah Menteri Pertambangan dan Energi 1978–1988 Prof Subroto, yang mengapresiasi kinerja KESDM dalam kurun empat tahun terakhir. Subroto juga memberikan catatan penting tentang hadirnya revolusi energi yang difokuskan pada clean energy salah satunya melalui efisiensi energi.

Penghargaan Subroto Bidang Efisiensi Energi

Efisiensi Energi merupakan salah satu bidang penghargaan yang diberikan pada Malam Penganugerahan Penghargaan Subroto 2018. Penghargaan ini diberikan se­bagai bentuk apresiasi kepada para pemangku kepentingan di sektor gedung dan industri terkait keberhasilan upaya efisiensi dan konservasi energi yang telah dilakukan. Para pemenang diharapkan dapat menjadi model gedung dan industri yang hemat di Indonesia untuk kemudian dapat dijadikan contoh dan direplikasi bagi pengelola industri dan gedung lainnya.

Penghargaan Subroto Bidang Efisiensi Energi Tahun 2018 juga ber­tujuan untuk mem­persiapkan wakil Indonesia dalam meng­ikuti ajang ASEAN Energy Award (AEA) Tahun 2019. Sejak tahun 2000, Indo­nesia tidak pernah absen untuk me­ngirimkan wakil pada ajang lomba hemat energi tingkat ASEAN tersebut dan telah ba­nyak memperoleh prestasi sebagai winner.

Dikarenakan para pemenang akan di­ikutsertakan dalam ajang tingkat ASEAN, kategori dan kriteria penilaian Penghargaan Subroto Bidang Efisiensi Energi mengacu pada ASEAN Energy Award, yaitu Ka­te­gori Bangunan Gedung Hemat Energi; Kategori Manajemen Energi pada Indus­tri dan Bangunan Gedung. Selain dua ka­te­gori tersebut, terdapat kategori khusus di luar ASEAN Energy Award yaitu Kate­gori Penghematan Energi di Instansi Pe­me­rintah. Kategori ini dibuat agar dapat me­ma­cu pelaksanaan penghematan energi di gedung pemerintah karena gedung pe­me­rintah harus dapat menjadi contoh dan pelopor gerakan hemat energi di ma­sya­­rakat sesuai dengan Inpres Nomor 13 Ta­hun 2011 tentang Penghematan Energi dan Air.

Juri lomba yang terlibat merupakan perwakilan dari Kemenko Bidang Per­ekonomian, Himpunan Ahli Konservasi Energi (HAKE), Green Building Council Indonesia (GBCI), American Society of Heating, Refrigerating, and Air-Conditioning Engineers (ASHRAE), United Nations Industrial Development Organization (UNIDO), serta perwakilan dari Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (DJEBTKE). Dalam penentuan pe­menang, para juri secara ketat meng­acu kepada kriteria penilaian yang telah ditetapkan. [ASP]

Foto: Iklan Kompas/ Antonius SP

Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 10 Oktober 2018.