Tak dapat dipungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi. Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik, sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.
Menyikapi hal itu, maka baru-baru ini Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tema “Kecanduan Internet : Ubah Konsumtif menjadi Produktif”. Webinar yang digelar pada Selasa, 24 Agustus 2021 di Kota Cilegon, diikuti oleh puluhan peserta secara daring.
Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Daniel J. Mandigie, Kaizen Room, Dr Achamd Maulani, MSi, Staf Ahli Wakil Ketua DPR RI, AA Subandoyo – Klipaa.com dan Dr Ahmad Ibrahim Badry – Dosen SKSG Universitas Indonesia.
Tema yang dibahas oleh masing-masing narasumber meliputi digital skills, digital ethics, digital culture, dan digital safety. Daniel J Mandigie membuka webinar dengan mengatakan bahwa dengan adannya teknologi baru, maka tantangan dalam hal apapun pun juga baru.
“Teknologi hadir untuk memudahkan kehidupan kita. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan-kemajuan teknologi yang ada menciptakan tantangan baru bagi masyarakat digital,” tuturnya.
Menurutnya, kita mungkin sudah sangat akrab dengan dunia digital. Namun, selayaknya dunia fisik di sekitar kita, ada beberapa hal yang perlu kita ketahui dan pahami agar tidak tersesat dalam dunia digital.
Salah satunya adalah literasi digital, yang banyak menekankan pada kecakapan pengguna media digital dalam melakukan proses mediasi media digital, yang dilakukan secara produktif.
AA Subandoyo menambahkan, saat ini dengan adanya internet kita cenderung, tidur larut malam, lebih suka di kamar dibanding dengan orang tua, malas olahraga, gak sabaran, mudah gelisah, gak kuat baca lama, tidak kenal tetangga.
Di dunia ilmu pengetahuan kita sering melihat tikus percobaan, dilihat dari etika dan netiket kita sudah kecanduan terhadap social media, atau bahkan terjebak dalam kecanduan.
Dunia internet itu sangat luas kalau kita tidak hati-hati kita akan terjebak, dan jika kita sudah terjebak diinternet maka kita akan tersesat serta akan kecanduan sampai lupa waktu dan lupa sekitar.
“Mari kita menjadi subjek jangan menjadi objek. Buat group positif kenali dan kerjasama mendalam dengan orang-orang sesuai passion, jangan pernah sendirian di hutan internet, sekalipun engkau singa!,” paparnya.
Dr Ahmad Ibrahim Badry turut menjelaskan, dalam teknologi digital terkini yang sangat interaktif, ia dapat menghasilkan digital heroin atau digital addiction. Ketika mengakses layar gawai, badan kita dapat mengeluarkan dopamine (setara dengan yang dihasilkan oleh nikotin) dan dapat menimbulkan kecanduan karena rasa nikmat dari pengalaman menang permainan digital atau saat menikmati konten digital lainnya.
Problemnya, ketika pengalaman yang menyenangkan tersebut menjadi suatu kecanduan, hal ini membuat kerentanan pada anak-anak hingga usia dewasa di mana kita dapat terikat kuat pada gawai digital selama lebih dari 5 jam.
“Mari kita buat kecandugan digital ke arah yang aman dan produktif,” ajaknya. Adapun caranya, untuk proses awal, perlu ada identifikasi passion yang berkaitan dengan Kecanduan Digital-nya.
Lalu orangtua atau yang bersangkutan perlu memiliki keterikatan yang cukup untuk melakukan proses transformasinya. Setiap orang harus berkomitmen membatasi diri dalam akses digital yang membuat kecanduan. Apa yang membuat kecanduan dapat menjadi dorongan untuk karya produktif kalau diarahkan.
Sebagai pembicara terakhir, Dr Achamd Maulani mengatakan, globalisasi dan disrupsi kebudayaan tak bisa ditolak. Ia bahkan telah merestrukturisasi selurun aspek kehidupan. Seluruh bangsa mengalami saling kertergantungan satu sama lain. Pilihanya, beradapatasi atau digilas perubahan.
“Salah satu yang berperan penting dalam disrupsi globalisasi adalah media digital/internet. Cakap dan cerdas digital adalah keniscayaan. Kita berada pada sebuah dunia yang seakan dilipat,” katanya.
Sesuatu yang dikonsumsi (dalam pengertian luas) oleh masyarakat modern seringkali bukanlah kegunaan sebuah produk, melainkan citra yang ingin disampaikan. Masyarakat modern tidak lagi mengonsumsi sebuah objek berdasarkan kegunaan dan nilai tukarnya, tetapi lebih karena adanya nilai simbolik dan nilai yang bersifat abstrak.
Masyarakat akhirnya hanya mengonsumsi citra yang melekat pada barang (bukan lagi pada kegunaannya), sehingga masyarakat sebagai konsumen tidak pernah merasa puas. “Mari mengubah pola konsumtif menjadi produktif,” ajaknya.
Kita harus mengubah perilaku antara lain karena peluang dan kesempatan semua sektor terbuka lebar, potensi ekonomi digital Indonesia pada 2025 diperkirakan mencapai Rp 1.995 triliun. Kegiatan ekonomi berbasis sharing/platform ekonomi, khususnya e- commerce, dan marketplace, telah menjadi penggerak bagi ekonomi digital di Indonesia.
“Cara untuk merubahnya adalah dengan cakap dan cerdas berinternet. Cerdas berinternet harus diambil dengan selalu melakukan inovasi, dan transformasi serta kolaborasi. Lalu media digital, harus digunakan untuk membangun jaringan, meningkatkan kreatifitas dan inovasi, membuka peluang-peluang ekonomi dan membuang konten-konten hoax,” pungkasnya.
Dalam sesi KOL, Qausar Harta Yudana mengatakan, di zaman digital seperti ini sangat mempermudah kita dan membantu kita dalam hal pekerjaan. “Untuk lebih bermanfaat dan produktif kita jangan selalu rebahan, ketika kita menemukan konten yang menarik dan serupa dengan kita, maka dapat langsung diaplikasikan Ke diri kita agar lebih produktif lagi,” ujarnya.
Dalam webinar ini, para partisipan yang hadir juga dipersilahkan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Syifa menanyakan, bagaimana cara membatasi akses internet pada anak-anak remaja yang mengesampingkan tugas sekolahnya?
“Bahwasannya pembelajaran daring sudah pada titik jenuh, kekhawatiran kita kalau terus begini maka akan lost generation, maka kami yakinkan kepada pembuat kebijakan untuk lebih membuat regulasi yang baik kedepannya. Anak harus diberi pemahaman yang betul serta edukasi,” jawab Acmad.
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Cilegon. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui Instagram @siberkreasi.dkibanten dan @siberkreasi.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, terutama kepada Kominfo. Mengingat program literasi digital ini hanya akan berjalan dengan baik dan mencapai target 12,5 juta partisipan, jika turut didukung oleh semua pihak.