Perkembangan zaman di era digital membuat banyak hal yang ingin kita ketahui, untuk bisa memenuhi kebutuhan pendidikan dan belajar kita akan wawasan baru. Hal tersebut membuka peluang atas layanan penyedia pendidikan virtual yang bisa dilakukan melalui smartphone saja, terutama di masa pandemi saat ini yang membuat jutaan peserta didik belajar melalui pembelajaran jarak jauh. Mulai dari pendidikan paling awal seperti PAUD hingga pendidikan tingkat tinggi, diikuti pelatihan dan pendidikan masyarakat, kursus, pendidikan khusus, hingga pendidikan keagamaan.

Di masa serba digital, manfaatkan sebaik mungkin momen saat ini untuk bisa menghasilkan sesuatu di ruang digital, seperti konten, atau untuk mengasah kemampuan yang dimiliki atau wawasan baru bagi diri sendiri. Oleh karena itu, penting mengenali karakter diri sendiri dan memahami bakat serta minat yang dapat difokuskan dan dikembangkan.

Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar webinar dengan tajuk “Tetap Berprestasi di Masa Pandemi, Kiat Belajar Online”. Webinar yang digelar pada Kamis, 7 Oktober 2021, diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.

Dalam forum tersebut hadir Samuel Berrit Olam (Founder dan CEO PT Malline Teknologi Internasional), Denisa N Salsabila (Kaizen Room), Sugiyono (Akademisi dan Pemerhati Pendidikan, Sosial, dan Keagamaan), Khairul Anwar (Marketing dan Communications Specialist), dan Sony Ismail (Musisi Band J-Rocks) selaku narasumber.

Dalam pemaparannya, Sugiyono menyampaikan bahwa transformasi budaya di ruang digital, termasuk dalam konteks pembelajaran digital, harus dilalui untuk bisa terus berprestasi di bidang akademik. Pengajar, peserta didik, maupun orangtua atau wali peserta harus bisa beradaptasi dalam memanfaatkan teknologi dalam belajar online, sehingga membutuhkan literasi digital.

“Transformasi tersebut membuat pendidik membuat materi dengan konten atau kemasan semenarik mungkin, dan menciptakan ruang diskusi online, untuk memaksimalkan momen pandemi dan transformasi dari offline ke online. Kita harus dapat membangun lingkungan belajar interaktif dan kondusif, dan hubungan komunikasi antara pengajar, peserta didik, berserta orangtua harus diciptakan untuk membantu proses pembelajaran. Dalam kondisi apapun sebagai peserta didik, pengajar, ataupun orang tua, kita harus bertransformasi sesuai zaman dan kebutuhan supaya bisa siaga atas segala perubahan,” terangnya.

Sony Ismail selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa sebagai seorang ayah dari anak berumur 9 tahun, sama seperti orangtua lainnya, ia telah melalui proses adaptasi dalam pembelajaran jarak jauh. Walaupun begitu, setelah berkonsultasi dengan orangtua lainnya yang mengalami hal yang sama beserta guru, ia melihat bahwa semakin lama anak-anak akan lebih senang jika belajar sambil berinteraksi menggunakan teknologi.

Melalui aplikasi untuk jadwal aktivitas sehari-hari, anaknya akan menjalankan schedule secara patuh apabila dibandingkan dari permintaan ayahnya sendiri, misal ketika mengajak makan malam atau belajar. Sehingga, menurutnya hal ini memungkinkan teknologi untuk membuat anak lebih disiplin, tergantung dalam kecakapan penggunaannya.

Literasi digital ini sangat dibutuhkan terutama dalam mengejar berbagai ketertinggalan yang ada, misal dalam isu etika digital. Jika kita memiliki minat dalam suatu hal, manfaatkan benar-benar ruang digital untuk mengembangkan minat dan keahlian yang ada untuk menjadi sosok yang lebih kreatif, produktif, dan menghasilkan karya yang bermanfaat ke khalayak umum.

Salah satu peserta bernama Yulia menyampaikan, di era digital saat ini kesadaran tentang moral dan etika dalam masyarakat makin menurun khususnya bagi anak-anak usia sekolah.

“Adakah cara yang menarik agar masyarakat, khususnya anak-anak generasi penerus bangsa, lebih memperhatikan etika dan moral melalui media sosial, saat berita-berita yang tersebar yang tidak mempunyai moral dan etika menjadi sesuatu yang menarik dan bahkan menjadi hobi buat disebarkan?” tanyanya.

Pertanyaan tersebut dijawab Denisa N Salsabila. Mengajarkan etika sejak dini sangatlah penting, apalagi terkait penggunaan media sosial yang sudah mulai digunakan oleh anak-anak di bawah umur.

“Jika berdasarkan pengalaman pribadi, saya ikut mengedukasi adik saya dalam menggunakan media sosial, seperti, apa saja yang boleh dan tidak dibagikan, bagaimana berkomentar yang baik dan tidak nyinyir, dan bagaimana menjaga privasi orang lain. Jika mengalami hal yang tidak menyenangkan, jadikan momen tersebut sebagai cara mengedukasi anak. Sehingga, pentingnya untuk terus melakukan pendampingan dari orangtua atau orang dewasa lainnya,” jawabnya.

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Timur. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.