Kita sebagai pengguna media digital memiliki kebebasan berekspresi dan bersosial media. Namun, hal ini juga harus diimbangi dengan etika berdigital dan berbagai batasan yang harus dilakukan di ranah digital. 

Lalu sebagai netizen yang diharuskan berpikir kritis, kita juga tidak terlepas dari memahami cara menghadapi orang yang tak bertanggung jawab atas unggahannya di dunia digital. Kalau orang berkomentar negative, kita jangan menirunya karena perlu disadari ada UU ITE. Menyebarkan sesuatu yang tidak baik dan berkomentar negatif juga bisa memicu suatu konflik. 

Oleh karenaitu, kita harus bijak, sopan dan santun, komunikasikan dengan baik dan efektif, dan harus tetap positif dan smart dalam berinteraksi di media digital untuk menjaga keharmonisan.

Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar webinar dengan tajuk “Cakap Bermedia Digital”. Webinar yang digelar pada Selasa, 26 Oktober 2021, diikuti oleh sejumlah peserta secara daring. 

Dalam forum tersebut hadir Nurly Meilinda (Universitas Sriwijaya dan IAPA), E Nugrahaeni Prananingrum (Dosen Universitas Negeri Jakarta dan Japelidi), Divdeni Syafri (Founder PT Let’s SMART Consulting dan Professional Speaker), Annisa Choiriya (Kaizen Room), dan Cindy A Endge (Content Creator) selaku narasumber. 

Dalam pemaparannya, Nurly Meilinda menyampaikan bahwa media sosial bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan personal branding, memberitahu sisi asli dari diri kita. Kita bisa terkoneksi dengan siapapun, di manapun, dan kapanpun tetapi perlu diketahui bahwa media sosial juga mempunyai dua sisi yang berbeda. 

Dampak dari rendahnya literasi digital adalah kita akan tidak mampu memahami batasan kebebasan berekspresi dengan perundungan siber, ujaran kebencian, pencemaran nama baik atau provokasi yang mengarah pada segregasi sosial. Juga, tidak mampu membedakan keterbukaan informasi publik dengan pelanggaran privasi di ruang digital. 

“Terkait dengan itu, hal yang harus dilakukan dalam menggunakan media sosial adalah menjaga privasi, jaga keamanan, menghindari hoaks, menyebarkan hal positif, dan  gunakan media sosial seperlunya saja. Selain itu, hal yang tidak boleh dilakukan di media sosial, seperti memulai konflik, curhat masalah pribadi, menjelekkan orang lain, berbagi berlebihan, bersikap ekstrim dalam menghadapi sesuatu,” jelasnya.

Cindy A Endge selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa untuk terhindar dari dampak negatif media digital tentu harus berhati-hati. Cek dulu informasinya apakah benar atau tidak, dan pastikan tujuan kita mengakses internet hanya untuk hal-hal yang positif. Bisa juga menyeimbangkan kehidupan sehari-hari dengan positif. 

Kita perlu aware dengan tidak membagikan data ke sembarang orang yang tidak dikenal. Literasi digital itu kecakapan kita di ruang digital dan menjadikan kita netizen yang cakap digital, menjadi masyarakat yang positif, membanjiri konten-konten positif, dan untuk melawan konten negatif. 

Terkait itu, kita harus mengendalikan keinginan mencari informasi dan menyaring informasinya. Motivasinya tentunya sharing hal-hal yang positif, mengerjakan sesuatu yang positif dan menginspirasi orang lain, karena kita ingin menciptakan pribadi dan image yang positif untuk dibagikan ke orang lain agar bisa memberikan inspirasi dan memotivasi orang lain.

Salah satu peserta bernama Rizky Amalia menyampaikan, menyikapi era digital yang kian marak banyak sekali konten yang mengajarkan hal negatif yang dapat terpapar kepada anak-anak. Tanpa kita sadari secara langsung membuat anak-anak pengguna internet semakin berkurang etikanya dalam kehidupan sehari-hari. 

“Bagaimana cara yang baik untuk menanamkan etika berinternet kepada anak-anak agar seimbang dalam kecakapan digital mereka?” tanyanya.

Divdeni Syafri menjawab, supaya meningkatkan kreativitas di internet, orangtua harus memantau anaknya, kenalkan keanekaragaman kepada anak-anak. Kalau anak mau bercakap digital maka orangtuanya juga harus cakap digital agar bisa memberikan pemahaman kepada anaknya. Ajarkan anak bagaimana beretika di ruang digital. Biasakan komunikasi dengan baik kepada anak, hargai anak, berikan pujian-pujian kepada anak.

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Selatan. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]