Sebagai pengguna media digital, kita harus menyadari bahwa ada dampak negatif dari teknologi, seperti cyberbullying, pencurian data pribadi, dan malware. Cara memanfaatkan teknologi yang benar itu sebetulnya balik lagi ke diri kita sendiri, ingin seperti apa dalam menggunakan teknologi tersebut.
Kita harus ingat bahwa teknologi yang ada sekarang bisa membantu pekerjaan kita, terutama bagi anak sekolah karena materi-materinya sangat mudah dicari di internet. Terkait itu, anak juga perlu dibekali dengan literasi digital, agak mampu memilah-milih konten yang baik dan bermanfaat baginya, dan terhindar dari konten negatif yang merugikan dirinya dan sesama pengguna media digital.
Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar webinar dengan tajuk “Interaksi Online Nyaman, Kikis Ujaran Kebencian”. Webinar yang digelar pada Kamis, 2 September 2021, diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.
Dalam forum tersebut hadir Trisno Sakti Herwanto SIP MPA (IAPA), Dr Bambang Kusbandrijo MS (Dosen UNTAG Surabaya dan Pengurus DPP IAPA), A Zulchaidir Ashary (Pena Enterprise), Akhmad Nasir (Direktur DOT Studio), dan Fahri Azmi (pengusaha, Abang-None, dan aktor) selaku narasumber.
Dalam pemaparannya, Akhmad Nasir menyampaikan bahwa dalam berinteraksi secara online kita juga memerlukan keamanan digital. Keamanan digital adalah perlindungan keamanan komputer jaringan, perangkat elektronik, dan informasi digital dari serangan siber. Apa saja faktor yang memengaruhi terjadinya kejahatan siber atau cyber crime? Hal-hal seperti vandalisme, pencurian data, popularitas, uang, sabotase, dan rasa penasaran. Salah satu contoh kejahatan siber adalah modus pemerasan.
“Untuk mencegah peretasan tersebut tips yang bisa kita lakukan adalah merahasiakan sandi dan rutin menggantinya, memakai kata sandi yang unik dengan campuran huruf, angka, dan simbol, dan mengaktifkan sistem keamanan dua langkah. Tidak ada solusi tunggal untuk menjaga keamanan digital kita. Keamanan digital bukan hanya soal tools yang digunakan, tapi tentang memahami ancaman yang kita hadapi dan cara menghadapinya,” jelasnya.
Fahri Azmi selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa ia pernah mengalami hal negatif berupa hate speech, tetapi ia tetap menanggapinya dengan santai. Ia sudah menganggap bahwa hal tersebut merupakan bagian dari bermain media sosial. Tidak perlu merasa terganggu terhadap hal tersebut, karena kita juga tidak mengenal orang tersebut.
Tanggapannya soal konten-konten yang viral, akan bagus sekali jika konten tersebut positif dan bermanfaat untuk orang lain. Namun, jika konten tersebut adalah konten negatif sebenarnya cukup memprihatinkan mengingat pengguna media digital yang mengakses internet itu bisa dari berbagai usia.
Salah satu peserta bernama Muammar Qadhafi menyampaikan pertanyaan, “Bagaimana cara kita menghindari hoaks, serta bagaimana cara menyikapi era digital seperti sekarang yang mungkin bisa berdampak negatif?”
Trisno Sakti Herwanto menjawab, “Kita dapat menghindari hoaks dengan selalu mengecek sumber beritanya. Jika memang kita sudah tahu berita tersebut tidak benar, tidak perlu dipikirkan apalagi sampai membagikannya kembali. Daripada kita mencari hoaks atau berita negatif, lebih baik kita mengisi media sosial kita dengan informasi-informasi yang positif agar arah kita, cita-cita, dan pencapaian kita positif juga.”
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Utara. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]