Sebagai manusia modern yang intens menggunakan media digital, perlu kita sadari bahwa mesin yang kita seringkali gunakan sekarang sudah punya otak layaknya manusia. Digitalization sudah menjadikan teknologi menjadi solusi, dan digital transformation sudah mengubah sendi-sendi digital di hidup kita, seperti pasar yang digantikan oleh online shop. Namun terkait dengan itu, digitalization ini telah melahirkan juga yang namanya gap digital, yang terlihat dari orang tua yang belum ahli dengan teknologi dengan kaum muda yang sudah diperkenalkan teknologi sjeak lahir. Media akan menjadi tantangan ke depannya karena akan muncul berbagai raksasa bisnis digital yang kalau mengalami collapse akan menciptakan krisis baru. Oleh karena itu, kita perlu cerdas dalam penggunaan media digital untuk dapat menghindari dan juga mengatasi hal tersebut.
Menyikapi hal itu, maka lembaga Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dalam menggelar webinar dengan tajuk “Jangan Iya-iya Saja, Pahami Agar Tidak Terjebak Penipuan Online”. Webinar yang digelar pada Selasa, 2 November 2021, pukul 13.00-15.30 diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.
Dalam forum tersebut hadir Annisa Choiriya (Kaizen Room), Vitri Tundjungsari (Mekar Pribadi, Praktisi Pendidikan & Dosen), Septa Dinata, AS, MSi (Peneliti Paramadina Public Policy Institute), Maryam Fithriati, MSW (Co-Founder Pitakonan Studio and Management & Pegiat Literasi Komunitas), dan Komo Ricky (Aktor, Host & Presenter) selaku narasumber.
Dalam pemaparannya, Maryam Fithriati, MSW menyampaikan informasi penting bahwa transaksi digital meningkat selama pandemi Covid-19, antara lain transaksi melalui aplikasi e-commerce (42 persen), e-banking (34 persen), pesan-antar makanan (34 persen), dan dompet digital (27 persen) menurut data dari World Economic Forum pada bulan Juli 2020. Terkait dengan itu, rata-rata nilai transaksi uang elektronik meningkat di tengah pandemi. Selama periode Januari-Juli 2020, nilai transaksi uang elektronik bulanan mencapai Rp 16,7 triliun; meningkat 59 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2019 sebesar Rp 9,9 triliun. Walau begitu, tercatat juga bahwa sebesar 38 persen pengguna internet di Asia Tenggara masih mengabaikan keamanan saat berinternet selama pandemi Covid-19, menurut data dari Kaspersky pada bulan September 2020. Lebih dari 90 persen negara kurang memperhatikan pentingnya keamanan siber, termasuk Indonesia. Keamanan Digital adalah segala upaya perlindungan terhadap aset dan informasi digital yang dimiliki suatu individu dan kelompok. Kita sebaiknya meningkatkan kemampuan kita dalam memahami manajemen risiko siber, yaitu Identifikasi, Proteksi, Deteksi, Respons, dan Pemulihan.
Bella Ashari selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa di media sosial banyak hal negatif dan positif, tinggal bagaimana kita melihat itu. Tentu kita harus ambil yang baiknya, karena terkait itu, kita bisa jadi apa saja tergantung dengan kemauan kita. Jangan sampai ketinggalan di saat orang lain sudah maju dan kita belum mulai. Dengan mengikuti berbagai kegiatan seperti webinar literasi digital ini, ia merasa bermanfaat dalam menambah ilmu baru. Ia cerita bahwa pernah kena penipuan online juga dan dilakukan ancaman juga. Sebagai seorang influencer, ia pun baru menyadari bahwa pernah bekerja sama dengan online shop tetapi ternyata foto itu digunakan untuk menipu. Dari sana ia belajar bahwa harus kenal baik produk apa yang mau kita promosikan, karena nantinya berbahaya untuk teman-teman kita yang terjebak, kita juga harus memperhatikan dan jangan mengharapkan cuan saja.
Para partisipan yang hadir juga dipersilahkan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Muhammad Reski menyampaikan pertanyaan “Di era yang semakin digital ini marak sekali penipuan dan link phishing yang disebar melalui pesan WhatsApp dengan iming-iming berhadiah uang tunai jutaan rupiah. Seringkali orang tua yang awam terhadap teknologi digital langsung mengisi link tersebut dan memberikan data pribadi, serta memberikan kode OTP yang diminta. Bagaimana cara kita agar lebih pintar mengenali link phishing dan menghindari penipuan, serta langkah apa yang sebaiknya kita lakukan pertama kali jika terlanjur memberikan kode OTP atau akun media sosial kita sudah terlanjur di-hack?”
Pertanyaan tersebut pun dijawab dengan lugas oleh Annisa Choiriya, bahwa “Kalau kita berbicara dengan orang tua kita harus sering-sering mengingatkan. Kalau dari URL-nya kita lihat dulu apakah sudah kredibel; kalau dari blogspot atau wordpress itu sudah cenderung pasti sudah termasuk penipuan. Kalau sudah diawali dengan https itu biasanya sudah aman. Lalu kalau sudah terlanjur di-hack, segera ganti password itu langkah pertama, lalu laporkan ke aplikasi yang dipakai.”
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Timur. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten. Juga, bagi yang ingin mengetahui tentang Gerakan Nasional Literasi Digital secara keseluruhan bisa ikuti akun Instagram @siberkreasi.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.