Penyakit kanker dapat menyerang siapa saja, tanpa melihat usia. Tidak hanya menyerang orang dewasa, kanker juga dapat menyerang anak-anak. Setiap tahunnya, kasus baru kanker pada anak diperkirakan ada sekitar 400.000 kasus yang terdiagnosis. Ini berarti setiap harinya terdapat 1.000 kasus baru kanker pada anak.

Di Indonesia, sebanyak 4,7 persen dari seluruh kasus kanker adalah kanker anak dengan angka kematian sebesar 50–60 persen. Angka kematian ini lebih tinggi lima kali lipat dibandingkan di negara maju. Hal ini diakibatkan keterlambatan datangnya penderita ke fasilitas kesehatan atau sudah berada dalam stadium lanjut dan sulitnya akses ke fasilitas kesehatan.

“Hingga saat ini, penyebab kanker pada anak belum diketahui secara pasti. Mayoritas kasus kanker yang menyerang anak di Indonesia adalah Leukemia, atau biasa kita kenal dengan kanker darah. Selain itu, tumor padat yang paling banyak di Indonesia adalah retinoblastoma, atau tumor ganas pada retina,” ujar dr Nur Melani Sari Sp A(K) yang merupakan salah satu dokter spesialis anak  konsultan hematologi onkologi di Santosa Hospital Bandung Kopo.

Sebagian besar kanker terjadi pada sel setelah pembuahan, seperti perubahan gen pada sel mata, ginjal, dan lain sebagainya. Perubahan gen ini atau dikenal dengan mutasi gen, mengubah sel normal menjadi sel kanker dan sifatnya tidak diturunkan. Sementara itu, mutasi gen lain dapat diturunkan apabila perubahannya terjadi pada sel sperma maupun sel telur sehingga dapat memengaruhi seluruh sel tubuh anak. Mutasi jenis ini yang dapat meningkatkan risiko seseorang terhadap kanker.

Skrining menjadi salah satu upaya untuk mengetahui kanker pada anak dan mengetahui faktor risiko serta kemungkinan kelainan genetik dan biologis atau disebut pencegahan primer. “Berbeda dengan penemuan dini (early detection) yang disebut sebagai pencegahan sekunder, yaitu upaya menemukan kondisi penyakit sedini mungkin, misalnya sudah terjadi perubahan di tingkat sel walaupun belum bergejala atau kanker ditemukan pada stadium awal,” papar Nur Melani Sari. Dan pada kanker anak karena risiko kanker anak belum diketahui secara pasti, maka proses skrining menjadi sulit kecuali pada retinoblastoma. Oleh karena itu, upaya yang dapat ditingkatkan adalah  pengenalan gejala atau tanda yang umum dan patut diwaspadai untuk kanker pada anak bisa dilihat dari kulit yang pucat, memar/perdarahan, nyeri tulang sehingga mengalami pembengkakan tanpa riwayat trauma atau infeksi, adanya benjolan atau pembengkakan yang tidak nyeri dan tanpa demam, penurunan berat badan atau demam tanpa sebab yang jelas, batuk yang berkepanjangan, atau sesak napas dan berkeringat pada malam hari.

Tahapan pengobatan kanker pada anak di Santosa Hospital Bandung Kopo dimulai dari mendiagnosis kankernya. “Untuk kanker darah, kepastian kanker diperoleh dari hasil pengecekan sumsum tulang. Sementara itu, tumor padat dipastikan dari jenis sel, yang biasanya diperoleh dari proses biopsi (pembedahan),” terang Nur Melani Sari.

Terapi kanker pada anak terdiri atas kemoterapi, yaitu dengan obat yang mampu menghentikan pertumbuhan sel ganas yang disuntikkan lewat pembuluh darah, atau dimasukkan ke dalam tulang belakang (intratekal), radioterapi (penyinaran), tindakan pembedahan, dan obat-obat bertarget yang bekerja lebih spesifik.

Risiko kanker dapat dicegah dengan pola hidup sehat, mulai dari memberikan asupan gizi seimbang, rutin berolahraga untuk menjaga kebugaran, menjaga berat badan ideal, menjaga kebersihan lingkungan, dan tidak merokok di sekitar anak.  “Selain itu, maksimalkan pemberian air susu ibu (ASI) hingga usia dua tahun. Peranan orangtua sangat penting dalam hal memberikan contoh yang baik kepada anaknya untuk hidup sehat,” pungkasnya. [AYA]

Untuk informasi, hubungi Nova Anggreany 087822773207, Sonya Thamrin 082121486363. Situs web www.santosa-hospital.com