Topik kampus hijau terus menggema belakangan ini. Dalam konteks pelestarian lingkungan, suatu kampus hijau tidak hanya dipenuhi dengan pepohonan yang rindang, tetapi juga bagaimana ekosistemnya mampu memanfaatkan sumber daya sekitarnya secara efektif.
Melihat pentingnya menjaga kelestarian lingkungan, universitas-universitas diharapkan mampu membantu mengurangi kadar emisi gas rumah kaca dengan membangun gedung kampus yang ramah lingkungan. Sebab, selama ini, pembangunan gedung yang masif di perkotaan menjadi salah satu penyumbang emisi gas rumah kaca.
Hal ini pun direspons dengan baik oleh banyak kampus di dunia, tak terkecuali di Indonesia. Tak hanya dari sisi fisik, beberapa kampus pun menerapkan efisiensi pengelolaan energi dan air untuk operasionalnya.
Salah satunya yang memiliki komitmen tinggi terhadap hal ini adalah Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Kampus yang berlokasi di Gading Serpong, Tangerang, ini dinobatkan sebagai perguruan tinggi peringkat ketiga terbaik dalam hal pengelolaan energi dan air di Indonesia berdasarkan peringkat UI GreenMetric World University Rankings 2019.
Secara umum, UMN menempati peringkat ke-13 sebagai kampus hijau berkelanjutan di Indonesia dan peringkat ke-1 perguruan tinggi swasta paling hijau di Jabodetabek. Sementara untuk peringkat dunia, UMN berada di peringkat ke-60 untuk pengelolaan energi dan perubahan iklim (energy and climate change) dan peringkat ke-41 dalam pengelolaan air (water). Untuk mendapatkan peringkat dalam UI GreenMetric World University Rankings 2019, UMN bersaing dengan 780 universitas dari lebih 80 negara di dunia.
“Dari awal pembangunan, UMN memang memiliki komitmen untuk membangun gedung kampus yang ramah lingkungan. Konsep ramah lingkungan ini juga ditunjukkan dengan pepohonan yang banyak di kawasan kampus,” ujar Wakil Rektor II UMN Andrey Andoko.
Andrey menceritakan, UMN saat ini sudah menggunakan energi surya untuk lampu penerangan jalan. Penggunaan energi surya tersebut akan terus diluaskan secara bertahap.
Selain energi, UMN sangat peduli terhadap pengelolaan air. Saat ini, UMN sudah memiliki pengelolaan air yang baik. Untuk air hujan, pihak kampus mengalirkan air hujan melalui biopori agar tidak terbuang. Sementara untuk air limbah, UMN sudah memiliki Sewage Treatment Plant (STP) untuk mendaur ulang air limbah.
“Air limbah tersebut akan didaur ulang, lalu kemudian akan digunakan kembali untuk hal-hal, seperti sanitasi atau penyiraman tanaman,” ujarnya.
Belajar manajemen energi
Predikat sebagai kampus hijau membuat UMN juga memfasilitasi pembelajaran mengenai pengelolaan energi dan bangunan hijau melalui Program Studi (Prodi) Teknik Fisika. Melalui teknik fisika, mahasiswa UMN dapat mempelajari ilmunya, baik secara teori maupun penerapannya secara nyata.
Gedung di UMN ini bahkan menjadi laboratorium bagi mahasiswa Teknik Fisika. Mereka bisa mempelajari teknologi energy saving building. Bahkan, mahasiswa juga dilibatkan dalam penelitian-penelitian terkait energi. Oleh karena itu, sebelum praktik kerja magang, mahasiswa UMN bisa mendapat sertifikasi bidang green building yang menjadi nilai tambah bagi mereka.
“Dengan predikat sebagai kampus hijau dengan pengelolaan energi, iklim dan air yang baik di Indonesia dan dunia, mahasiswa bisa semakin nyaman belajar. Kami pun dari pihak kampus juga menunjukkan kontribusinya untuk menjaga kelestarian lingkungan,” pungkas Andrey.
Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 7 Januari 2020.