SEMARANG, Senin (17/4/2023) – Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Jawa Tengah menggelar Dialog Terbuka bertajuk “Ayo Mudik Aman & Nyaman” sebagai media diskusi dan penyebaran informasi mengenai seberapa siap Jawa Tengah menyambut para pemudik.

Setelah PPKM resmi dicabut oleh Presiden Joko Widodo pada Desember lalu, pergerakan arus mudik Lebaran tahun ini diprediksi akan meningkat dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Masyarakat Indonesia dipastikan akan mudik setelah tiga tahun menunda pulang ke kampung halaman akibat pandemi. Untuk itu, Pemerintah Jawa Tengah gencar melakukan pemantauan kesiapan jalur mudik.

Komisi D DPRD Provinsi Jawa Tengah yang bertanggung jawab atas koordinasi masalah lalu lintas, transportasi, dan infrastruktur, mengaku sedang berfokus pada pencegahan kemacetan, akses keluar masuk tol, terminal dan angkutan umum, serta jalan-jalan yang siap dilalui.

Ketua Komisi D DPRD Provinsi Jawa Tengah Alwin Basri mengatakan, jalan berlubang di sepanjang pantura sudah berkurang banyak. “Di Pati, Jembatan Juwana yang sebelumnya direnovasi, per 1 April kemarin sudah bisa dilalui. Begitu pun dengan jalanan Batangan, proyeknya sudah dihentikan. Jadi, kendaraan sudah bisa lewat dengan lancar,” kata Alwin.

Jawa Tengah terus berbenah di bawah pantauan gubernur secara langsung. “Kami terus melakukan pemantauan terhadap potensi macet dan bencana alam. Gubernur Jawa Tengah secara langsung terus memantau pergerakan ini,” ujar Kabid Perhubungan Jalan Dinhub Kota Semarang Heribertus Slamet Widodo.

Heribertus menyebut bahwa telah dilakukan berbagai uji coba sebagai langkah untuk mengurai kemacetan selama mudik. Jika diperlukan, akan diterapkan kebijakan contra flow, one way, dan ganjil-genap di ruas-ruas jalan tertentu.

Nantinya, lanjut Heribertus, juga akan dibuka tol fungsional Solo-Yogya sepanjang enam kilometer untuk mengurai kemacetan di sekitar Kartasura. Jalur-jalur alternatif sudah dipersiapkan rambu-rambu tambahan. Sementara itu, di titik-titik tertentu yang dirasa berisiko akan disiapkan petugas.

Koordinasi seluruh pihak

Agar mudik dapat berlangsung aman dan nyaman, kuncinya terletak pada koordinasi seluruh pihak yang terlibat. Tidak hanya pemerintah beserta jajaran polisi lalu lintas yang bertugas mengatur keberlangsungan mudik, tetapi masyarakat selaku pelaku mudik juga berperan penting mendukung kesuksesan mudik tahun ini. Untuk meminimalisasi kemacetan, tahun ini diterapkan kebijakan sistem satu arah (one way) dan ganjil-genap untuk menekan angka volume mobilitas masyarakat.

“Mudik ini jalannya itu tetap, tetapi volume kendaraannya yang meningkat, maka terjadi macet. Jadi, masyarakat tidak perlu emosi, kemacetan memang pasti akan terjadi. Jadi, coba nikmati saja macetnya dan menjaga ketertiban lalu lintas,” imbau Alwin Basri.

Pengamat Transportasi Unika Soegijapranata Semarang Djoko Setijowarno memproyeksikan dari 123,8 juta angka mobilitas atau pergerakan yang terjadi, hanya 86 persen di antaranya yang termasuk pergerakan mudik. Angka ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun lalu.

Hal itu mengingat 2022 kondisi masih semi-mudik akibat penyesuaian dengan pandemi Covid-19. Tahun lalu juga menunjukkan penurunan drastis angka kecelakaan lalu lintas saat mudik.

“Masyarakat mudik kebanyakan menggunakan transportasi pribadi, apalagi juga terjadi peningkatan penggunaan sepeda motor mudik. Hal ini perlu diperhatikan, seperti keselamatan bagi pengendara. Istirahat setiap 2 jam bagi pengendara,” kata Djoko.

Ia menambahkan, sudah disediakan banyak rest area sepanjang jalur mudik yang bisa dimanfaatkan sebagai tempat istirahat untuk pemudik. Jangan sampai para pengemudi memaksakan diri apalagi menahan kantuk. “Sebesar 80 persen kecelakaan disebabkan kelelahan. Jadi, istirahatlah,” imbuh Djoko.

Salah satu faktor yang harus diwaspadai saat ini adalah cuaca, mengingat terdapat potensi cuaca buruk di beberapa wilayah Indonesia menurut prediksi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

Di Jawa Tengah sendiri terdapat lima jalur utama yang biasa digunakan untuk mudik, yaitu pantura, jalur tengah, jalur selatan, jalur selatan-selatan, dan tol. Sebanyak 80 persen di antaranya memilih menggunakan jalur tol karena lebih efektif dari segi waktu perjalanan.

Namun, menurut Djoko, apabila terjadi perpindahan pergerakan masyarakat dari jalan tol ke jalan utama yang biasanya, dapat menjadi kesempatan bagi daerah-daerah untuk mempromosikan dan mengelola wilayahnya menjadi rest area sekaligus mengenalkan pariwisata dan kuliner bagi masyarakat.

Pada intinya, koordinasi dari seluruh elemen, baik pemerintah, aparat, maupun masyarakat menjadi kunci dalam kesuksesan mudik tahun ini. Pemerintah telah berupaya menerapkan kebijakan dan mempersiapkan infrastruktur, aparat kepolisian lalu lintas akan menjaga jalur mudik dan lalu lintasnya, sehingga peran masyarakat adalah menjaga ketertiban dan kebijakan yang berlaku agar mudik berlangsung dengan aman dan nyaman. [SITI ZAHWA HUMAIRA/TSABITA S NAJA/*/ANF]