Digitalisasi telah merevolusi sendi-sendi kehidupan manusia, yang membantu kehidupan kita sehari-hari. Media sosial sebagai bentuk produk dunia digital telah banyak merubah dunia kini. Masalah yang dialami oleh pengguna digital Indonesia adalah perilaku netizen yang kurang terpuji.

Selain dari masalah etika, terdapat juga isu keamanan digital yang tumbuh berbanding lurus dengan banyaknya pengguna internet. Kejahatan-kejahatan siber yang paling umum dilaporkan di Indonesia adalah skimming, cracking, pemalsuan data, deface website, hingga cyber-terrorism. Tersebarnya hoaks juga menjadi momok di ruang digital saat ini.

Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dalam menggelar webinar dengan tajuk “Hidup Pintar di Tengah Dunia Digital”. Webinar yang digelar pada Selasa (5/10/2021), pukul 13:00-15:30 diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.

Dalam forum tersebut hadir Mohammad Adnan (CEO Viewture Creative Solution), Novita Sari (Aktivis Kepemudaan Lintas Iman), Eva Yayu Rahayu (Konsultan SDM dan Praktisi Keuangan & IAPA), Djaka Dwiandi Purwaningtijasa, S.T. (Digital Designer & Photographer), dan Adew Wahyu (Jurnalis & Content Creator) selaku narasumber.

Budaya

Dalam pemaparannya, Eva Yayu Rahayu menyampaikan, “Dalam segi budaya, kita harus bisa membawa budaya lama dan mentransformasi budaya tersebut seiring berjalannya dengan zaman secara positif. Oleh karena itu pentingnya kita memahami literasi budaya, kemampuan individu dan masyarakat dalam bersikap terhadap lingkungan sosialnya sebagai bagian dari budaya itu sendiri. Produk dari transformasi semoga membawa hal-hal positif dan berguna karena hal tersebut merupakan tindakan nyata dari perkembangan akal atau pikiran manusia.”

“Internet membantu perubahan tersebut dengan menjadi masing-masing individu kreatif, bijak, dan inovatif dalam berinternet. Kreatif, berkarya melalui aplikasi internet hingga menjadi sumber mata pencaharian. Dalam menjadi netizen Indonesia yang cerdas di mata dunia, buatlah konten media sosial yang bisa menjangkau seluruh orang; membuat konten yang membahas topik lengkap; menampilkan konten dengan konsep baru dan inovasi; memfokuskan pada pasar yang dibidik; membuat unggahan yang menarik. Teknologi adalah api, aplikasi adalah bensinnya. Teknologi bukan sarana untuk hidup, melainkan teknologi adalah kehidupan itu sendiri.”

Adew Wahyu selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa teknologi pintar adalah kecerdasan buatan mausia yang terbentuk dari pengalaman yang diperuntukkan mempermudah kehidupan manusia. Kita harus lebih cerdas dalam menggunakan teknologi. Kita masih kurang mengetahui apa saja yang termasuk teknologi pintar, walaupun kita sudah memanfaatkannya di kehidupan sehari hari. Jika kita tidak bisa meningkatkan kemampuan kita, ke depannya kita akan terkalahkan dengan kecanggihan teknologi. Sehingga, kita harus terpacu akan kemajuan tersebut, untuk bisa lebih hidup lebih efisien dan efektif. Lompatan kecanggihan saat ini, dengan kita tidak terlepas dari teknologi yang sudah menjadi kebutuhan, kita harus bisa beradaptasi dengan baik melalui literasi digital. Kita tidak boleh hanyut dan terlena akan kemajuan teknologi, sehingga kita harus waspada akan dampak-dampak yang ditimbulkan.

Para partisipan yang hadir juga dipersilahkan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Siti Robayani menyampaikan pertanyaan “Bagaimana mensosialisasikan pembatasan penggunaan gawai atau teknologi kepada anak agar dapat dimanfaatkan kearah yang positif dan sesuai dengan umur anak? Bagaimana mencegah penyalahgunaan data seseorang untuk kepentingan pribadi orang lain misalnya seperti penipuan?”

Pertanyaan tersebut pun dijawab dengan lugas oleh Eva Yayu Rahayu, “Tentunya untuk anak di bawah umur diperlukan pendampingan penggunaan perangkatnya, misal apakah benar-benar dilakukan untuk menunjang proses pembelajaran. Hal yang biasa saya lakukan adalah membatasi durasi penggunaan perangkat dengan digantikan dengan aktivitas lainnya, misal membantu memasak. Pentingnya untuk menyiasati atau melakukan manajemen waktu, dan juga menaruh komputer keluarga di tempat yang mudah dilihat dan diawasi. Untuk menghindari penyalahgunaan data oleh pihak tak bertanggung jawab, berpikir dua kali dan benar-benar memikirkan apa yang akan dibagikan dengan menghindari membagikan data atau informasi pribadi.”

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Timur. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten. Juga, bagi yang ingin mengetahui tentang Gerakan Nasional Literasi Digital secara keseluruhan bisa ikuti akun Instagram @siberkreasi.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.