Data demografis dari Kustodian Sentral Efek Indonesia pada 2021 menunjukkan bahwa semenjak pandemi dari awal 2020 sampai sekarang, jumlah investor reksa dana mengalami kenaikan yang paling banyak, sebesar 89,84 persen. Hal ini membuktikan bahwa ketika pandemi, kita mengalami penurunan dari sisi ekonomi.

Selain itu, masyarakat sudah banyak beralih ke ranah digital. Investor terbanyak sekarang adalah dari kalangan usia di bawah 30 tahun (56,27 persen), dengan pertumbuhan kenaikan jumlah investor terbanyak, yaitu pegawai negeri/swasta guru (35,83 persen). Yang menarik adalah persentase kenaikan jumlah investor 2021 terbanyak berasal dari pendidikan SMA ke bawah. Inilah yang menjadi dasar pentingnya literasi digital, terutama mengenai investasi agar para investor pemula tidak salah langkah.

Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar webinar dengan tajuk “Investasi yang Aman dan Nyaman di Era Digital”. Webinar yang digelar pada Rabu, 7 Juli 2021, ini diikuti oleh puluhan peserta secara daring.

Dalam forum tersebut hadir A Zulchaidir Ashari (Kaizen Room), Mochamad Azis Nasution (Pemimpin Redaksi Channel9.id), Roza Nabila (Kaizen Room), Eka Y Saputra (web developer dan konsultan teknologi informasi), dan Hilyani Hidranto (influencer) selaku narasumber.

Dalam pemaparannya, A Zulchaidir Ashari menyampaikan bahwa cara kita mendapatkan peluang di dunia digital adalah dengan memberi edukasi, berkolaborasi, dan terus beradaptasi. Adapun beberapa tips untuk mengatur keuangan saat pandemi, antara lain jangan tergiur program diskon belanja online dan utamakan pengeluaran untuk yang lebih penting, persiapkan asuransi untuk pendidikan anak dan kesehatan keluarga, serta pilihlah investasi yang aman seperti emas, deposito dan tabungan berjangka.

“Ada hal penting dalam berinvestasi, yaitu mindset, metode investasi yang terdiri atas rencana investasi, tujuan keuangan profil risiko, dan rencana keuangan, serta cara mengelola uang,” lanjutnya.

Salah satu peserta bernama Ratur menyampaikan pertanyaan, “Bagaimana cara kita mengedukasi orang-orang yang sekadar ikut-ikutan agar tidak sembarangan berinvestasi di aplikasi investasi? Karena jika rugi besar dalam berinvestasi, mereka pasti akan menganggap aplikasi investasi itu menipu mereka.”

A Zulchaidir Ashari menjawab, hal itu terjadi akibat masyarakat kita ada yang takut  tertinggal. Karena ketakutan itu, terjadilah kurang literasi digital dalam hal keuangan. Peran kita adalah untuk menyebarkan bahwa jangan terlalu cepat untuk mengikuti apa yang disampaikan influencer investasi tersebut.

“Tetap berpikir kritis dan menanamkan untuk selalu belajar hal-hal baru. Meskipun latar belakangnya bukan ekonomi, kita harus belajar bagaimana membaca neraca sebuah perusahaan ataupun mempelajari profil risiko dan manajemen risiko dari perusahaan itu,” ujarnya.

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Utara. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]