Tak dapat dimungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi.
Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik, sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.
Menyikapi hal itu, maka baru-baru ini Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tema “Tips and Trik Hindari Penipuan Daring”. Webinar yang digelar pada Selasa, 3 Agustus 2021 di Kabupaten Pandeglang, diikuti oleh puluhan peserta secara daring.
Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Aidil Wicaksono – Kaizen Room, Pradhikna Yunik Nurhayati, SIP, MPA – IAPA, Abdul Rohim – Redaktur Langgar.co dan Dewi Rahmawati S.Kom – Product Manager at Localin.
Tema yang dibahas oleh masing-masing narasumber meliputi digital skills, digital ethics, digital culture, dan digital safety. Aidil Wicaksono membuka webinar dengan mengatakan, seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, semakin banyak pula perubahan-perubahan drastis yang kita rasakan.
Mengingat pelajaran sejarah tentang revolusi industri, bahwa revolusi industri menjadi awal mula bagi pesatnya perkembangan teknologi yang terjadi hingga saat ini. Sebelum mengalami revolusi industri dan digitalisasi, kita sebagai manusia mengandalkan komunikasi verbal tatap muka.
“Lalu, seiring dengan perkembangannya, manusia pun menemukan teknologi telepon, dan kemudian memunculkan pula teknologi seperti pager, televisi, komputer, laptop, hingga pada akhirnya memunculkan smartphone atau telepon pintar maupun gadget – gadget canggih lainnya yang saat ini kita gunakan,” jelasnya.
Pradhikna Yunik menambahkan, menggunakan media digital hendaknya dengan niat, sikap dan perilaku yang etis demi kebaikan bersama, agar bisa membangun etika di dunia digital dengan secara sadar, integritas, tanggung jawab dan kebajikan.
“Yang harus dipahami adalah jejak digital/ digital shadow, karena menampung segala informasi aktivitas pengguna internet. Jejak digital ada yang pasif, seperti browsing history, dan ada jejak digital yang aktif seperti share location, sharing artikel. Jejak digital berkata kasar bisa menghilangkan banyak kesempatan, termasuk melamar pekerjaan,” ungkapnya.
Abdul Rohim turut menjelaskan teknologi digital menjadi realitas baru bagi masyarakat, sekaligus menciptakan kebiasaan dan kebudayaan baru bagi masyarakat. Seluruh pola komunikasi, relasi, dan interaksi kita.
Pola komunikasi dan relasi kita akan sangat tergantung pada perangkat media digital. Pergaulan akan semakin terhubung dengan wilayah yang lebih luas. Pola interaksi yang lebih impersonal lintas batas umur, budaya, strata sosial, wilayah, bahasa.
“Hampir sebagian besar aktivitas riil masyarakat akan terserap di dunia digital. Tercipta masyarakat baru digital dengan kebudayaan yang lebih cair, reseptif pada perubahan dan tak menentu. Kenali diri sendiri dan pahami kemungkinan penipuan. Terapkan kritis, skeptis, dan verifikatif,” ungkapnya.
Sebagai pembicara terakhir, Dewi Rahmawati mengatakan, secara teknis, penipuan dapat bersifat social engineering dengan ragam bentuk yang kita terima, mulai dari SMS, telepon, email bahkan dalam bentuk virus serta pembajakan/peretasan akun dan cloning platform yang kita miliki.
“Hingga April 2021, OJK telah memblokir 3.198 pemberi pinjaman P2P ilegal. Kejahatan siber yang sering terjadi ada scam, spam, phising, dan hacking. Hal paling utama adalah kita harus cermat dan hati-hati, menahan diri, berani merasa cukup. Sebab, keserakahan adalah sumber segala masalah,” pungkasnya.
Dalam sesi KOL, AdeAyu Sudrajat menjelaskan bahwa kita harus menggunakan media sosial untuk berhati-hati jangan mudah percaya dengan yang diinformasikan. Kita harus lebih aware, kritis dan selalu cek terlebih dahulu.
“Karena kita bisa menghasilkan uang dari media sosial, dan berkomunikasi juga semakin mudah yang tidak pada zaman dulu yang harus surat menyurat. Gunakan digital secara bijak jangan menyebarkan hoax atau melakukan pembullyan, dan harus lebih teliti dan tidak sembarang ngasih informasi data pribadi,” katanya.
Dalam webinar ini, para partisipan yang hadir juga dipersilahkan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Aneke Putri menanyakan, bagaimana cara membedakan bukti transfer yang palsu dan yang asli secara kasat mata?
“Alangkah baiknya dibuat seperti virtual account bank, agar tidak masuk jumlah yang berlebih seperti itu. Lalu bisa juga dengan memperbaiki update sistemnya, agar kejadian seperti itu tidak terjadi kembali. Kita juga sebagai konsumen harus lebih teliti kembali dan berhati-hati,” jawab Aidil.
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kabupaten Pandeglang. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui Instagram @siberkreasi.dkibanten dan @siberkreasi.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, terutama kepada Kominfo. Mengingat program literasi digital ini hanya akan berjalan dengan baik dan mencapai target 12,5 juta partisipan, jika turut didukung oleh semua pihak.