Ajang sport tourism terbesar di Indonesia, Tour de Singkarak (TdS) 2018 akan bergulir lagi. Tepatnya pada 4–11 November 2018. Event ini akan diikuti 15 tim mancanegara dari 26 negara. Selain itu, 5 tim nasional dipastikan ambil bagian. Mereka akan berpacu melewati 8 etape dengan total jarak 1.267 kilometer untuk merebutkan total hadiah Rp 2,3 miliar.

Tour de Singkarak resmi dilun­curkan di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona Jakarta, kantor Kementerian Pariwisata, Se­nin (22/10/2018). Launching dihadiri Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya bersama Wakil Gubernur Sumatera Barat (Sumbar) Nasrul Abit, dan wali kota/bupati se-Sumbar.

Event ini tidak bisa dianggap remeh. Sebab, TdS telah masuk di kalender Union Cycling International (UCI) kategori Asia Tour 2.2. Sejak 2013, Amauri Sport Organisation (ASO) merekomendasi TdS menjadi kejuaraan mayor di Asia karena mampu menyedot lebih dari satu juta penonton.

Berdasarkan jumlah penonton, TdS berada peringkat ke-5 dunia. Atau, hanya kalah dari setelah Tour de France (12 juta penonton), Giro deItalia (8 juta), Vuelta a Espana (5 juta), dan Santos Tour Down Under (750 ribu).

Dengan banyaknya jumlah penonton, Menteri Pariwisata Arief Yahya menilai TdS efektif mempromosikan pariwisata di Sumbar. Menurutnya, Sumbar adalah salah satu destinasi wisata unggulan Indo­nesia. Khususnya dalam sport, culture, and tourism.

“Tahun 2017 lalu Sumbar dikunjungi 56.313 wisman dan 6,5 juta wisnus. Untuk itu, saya mengajak semua pihak, seluruh jajaran di tingkat pusat dan daerah, pihak swasta, media, maupun masyarakat luas untuk mendukung dan menyukseskan penyelenggaraan Tour de Singkarak tahun 2018,” ajaknya.

Arief menjelaskan, penyelenggaraan sport tourism TdS 2018 memberikan dua dampak sekaligus. Yakni dampak langsung pada ekonomi masyarakat (direct impact economic value) dan media value yang tinggi terhadap promosi pariwisata Sumbar secara nasional dan internasional.

“TdS saat ini telah berusia 10 tahun. Sehingga dalam 1 dekade ini, perhelatan ak­bar balap sepeda setingkat dunia ini dapat menjadi salah satu ajang sport tourism bergengsi di mancanegara,” kata Arief.

Para peserta akan unjuk kekuatan dengan melintasi 16 kabupaten/kota di Provinsi Sumbar. Banyak destinasi wisata yang akan dilalui. Mereka akan disuguhkan pemandangan alam Sumatera Barat nan memesona. Karena para pembalap akan melewati bukit, jurang, danau, lembah, air terjun, dan hamparan sawah nan indah.

“Pelaksanaan TdS yang menyusuri alam Minangkabau memiliki beraneka ragam obyek wisata. Baik itu alam (nature) maupun budaya (culture). Tidak hanya mengenalkan destinasi Danau Singkarak, tetapi juga destinasi lainnya menjadi lebih dikenal masyarakat di antaranya Lembah Harau, Kelok 9, Istana Pagaruyuang, Pantai Gandoriah, Pantai Padang, serta Pantai Tiram dan banyak lagi,” tambah Arief.

Foto-foto: dokumen Kementerian Pariwisata RI

TdS ke-9 tahun ini akan menempuh 8 etape. Etape 1 dari Bukittinggi-Sijujung dengan panjang 140.5 km, etape 2 Sawahlunto-Dharmasraya sepanjang 204.1 km, dan etape 3, Kabupaten Solok-Tanah Datar sepanjang 150.4 km.

Etape 4 Padang-Agam sepanjang 144 km, etape 5 dari 50 Kota-Pasaman 170.5 km, dan etape 6 Kota Solok – Payahkumbuh 105 km. Adapun etape 7 Padang Panjang-Solok Selatan 194.4 km dan etape 8 Pesisir Selatan-Pariaman 258 km.

“Setiap daerah yang akan dilalui tentu akan semua bersolek. Baik dari atraksi, akses menuju destinasi, maupun amenitas. Ini kesempatan daerah yang dilewati pebalap untuk mempromosikan daerahnya. Karena even TdS merupakan event internasional, media value-nya besar,” ungkap Arief.

Nasrul menambahkan, dampak po­sitif penyelenggaraan TdS sangat di­rasakan oleh masyarakat Sumbar. Ter­utama direct impact ekonomi selama penyelenggaraan berlangsung. Hal ini terlihat dengan meningkatnya tingkat hunian kamar hotel, penjualan makanan, suvenir, dan oleh-oleh khas Sumbar.

“Selain itu, mendorong meningkatnya infrastruktur. Terutama jalan-jalan yang akan dilalui peserta balap sepeda menjadi terpelihara dan semakin mulus,” ujar Nasrul.

Menurut Nasrul, event TdS juga menjadi sarana yang efektif untuk mem­promosikan pariwisata Sumbar. Sejak penyelenggaraan TdS pertama 2009, kini bermunculan destinasi wisata baru di Sumbar dan dikenal masyarakat luas.

“Tidak terasa kita sudah menyeleng­garakan Tour De Singkarak 2018 selama 10 tahun, atau kita sebut 1 dekade. Sehingga tema tahun ini adalah ‘One Decade for All’ yang merupakan kinerja kerja kita untuk Sumatera Barat. Merupakan karya kita bersama Sumatera Barat untuk Indonesia,” kata Nasrul.

Provinsi Sumbar tahun ini memiliki 132 calender of event (CoE). Dari 132 CoE tersebut , 3 event di antaranya TdS 2018, Festival Pagaruyung, dan Sawahlunto International Music Festival masuk di CoE Wonderful Event.

Nasrul mengatakan, pariwisata Sum­bar sudah didukung oleh unsur 3A (atrak­si, amenitas, dan aksesibilitas) yang memadai. Sumbar memiliki atraksi (man-made) antara lain Pacu Jawi, Pacu Itiak, Tabuik, Pacu Kuda, Lomba Layang-Layang, Pacu Biduak, dan TdS. Sedangkan atraksi alam (natural) antara lain Danau Meninjau, Pulau Pagang, Pulau Mandeh, Bukit Tinggi, dan Pulau Mentawai sebagai destinasi surfing kelas dunia.

Sementara itu, untuk amenitas Sum­bar sejak 2015 mempunyai 313 hotel dengan jumlah kamar 4.750 unit. Sedangkan unsur aksesibilitas Sumbar memiliki Bandara Internasional Minang­kabau (BIM) yang diterbangi oleh maskapai nasional, antara lain Garuda Indonesia, Sriwijaya Air, Lion Air, NAM Air, Citilink, Batik Air, dan Wings Air. [*]

Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 29 Oktober 2018.